Episode 12

Waktu yang terus bergulir membawa Umay untuk terus mengakhiri hari demi harinya di pondok pesantren bersama teman-teman asramanya.

Umay sangat bersyukur karena sudah hampir 6 tahun lamanya iya menjadi santri di pondok pesantren Al Hikmah milik Kyai Ahmad.

Sebenarnya Umay pernah ditawari oleh Abi dan Umi untuk keluar dari pondok, ketika iya selesai menyelesaikan sekolah menengah pertamanya waktu itu, namun Umay lebih mdmilih untuk melanjutkan sekolahnya di ponpes bersama para santri-dantri yang telah menjadi teman akrab nya dan bahkan sudah dianggapnya sebagai saudaranya sendiri. Terumata Dema sahabat sejatinya.

Ini adalah tahun terakhir baginya bersekolah diponpes Al Hikmah ini. Beberapa bulan lagi, Umay dan teman-teman seangkatan nya akan menyelesaikan sekolah nya di jenjang Menengah Atas. Tentu saja itu artinya, Umay setelah ini akan melanjutkan kuliah diluar dari pondok pesantren.

Ada rasa haru, bahagia namun juga sedih ketika mengingat semua perjalanan yang telah iya lalui di pondok pesantren ini. Diawali dari rasa keterpaksaan nya untuk bersekolah di ponpes ini hingga akhirnya iya justru jadi sangat mencintai pondok pesantren ini yang kemudian membuatnya merasa begitu berat meninggalkan semua kenangan-kenangannya, serta semua para penghuni ponpes yang kini telah mrnjadi bagian dalam hidupnya.

"Umay... Apa kamu sudah menentukan jurusan apa yang akan kamu ambil?" tanya Dena sambil mengipas badan nya dengan buku yang sudah tak terpakai lagi.

"Aku ingin menjadi guru saja...Seperti Abi... " jawab Umay singkat.

"Kamu sendiri bagaimana?" tanya Umay pula pada Dena.

"Entahlah, Aku masih bingung" jawab Dena Pula.

"Orangtuaku menginginkanku ambil kuliah bisnis, tapi Aku tidak berminat sedikitpun... Kepalaku terasa sakit sekali tiap kali Aku memaksa otakku untuk belajar.." curhat Dena sambil memijat ringan kepalanya.

"Huh... Tentu saja otakmu sakit, soalnya yang kamu fikirkan itu bukan pelajaran lagi Den... Tapi wajahnya Ustad Kemal saja yang sekarang terus berputar-putar menguasai semua bagian otakmu itu..!" kata Umau dengan gemas pada sahabatnya.

"Hahaha...." Dena tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Umay.

"Ustad itu sangat tampan Umay... Hanya perempuan berhati dingin sepertimulah yang tidak tertarik pada ketampanan dan ke sholehan ustad Kemal.." olok Dena pula.

"Dasar perempuan lemah....." kata Umay lagi sambil memukul ringan Dena. Lalu mereka tertawa bersama-sama.

"Seandainya Ustad mengajakku menikah, maka Aku akan lwbih memilih untuk menjadi suri rumahnya dari pada melanjutkan kuliahku... Hahaha..." kata Dena lanjut menghayal.

"Ya ALLAH Den.... Istigfar... Bener-bener udah gak waras kamu ya....." teriak Umay ditelinga Dena.

" Aku memang susah tidak waras May... Aku benar-benar tergila-gila dengan Ustad Kemal... Alu sudah jatuh hati padanya... Dan Aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku padanya nanti ketika diacara perpisahan sekolah nanti.." bisik Dena mengagetkan Umay.

"Astagfirullah... Sadar Dena.. Istigfar..." jawab Umay geleng-geleng kepala.

Dena kembali tertawa renyah.

Dena benar-benar telah jatuh hati pada Ustad Kemal, seorang guru baru di ponpes Al Hikmah yang memang memiliki tampang lumayan.

Ustad Kemal juga memiliki suara yang sangat merdu. Tiap kali iya menjadi imam di mesjid, maka lantunan bacaan surah-surahnya terdengar sangat indah dan menentramkan.

Hal inilah mungkin yang menjadi alasan mengapa banyak sekali santri-santriwati mencoba menarik perhatian ustad Kemal dan bahkan sampai pada ustazah- ustazah single yang juga mengajar di ponpes Al Hikmah ini.

"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***