Bab 9 Demam Tinggi

Umay yang ternyata sedang demam tinggi, tidak sadarkan diri ketika digotong oleh kakak tingkatnya menuju klinik yang berada tidak jauh dari ponpes.

Cukup lama Umay pingsan tidak sadarkan diri membuat sesisi kamar asramanya panik.

Kak Dewi selaku kakak kamar yang bertanggung jawab, segera mengabari Ustazah Halimah ketika pagi harinya.

"Umay.... Bagaimana perasaanmu nak?" tanya Ustazah ketika datang menjenguk Umay yang baru saja sadar dan masih sangat lemah.

Umay tidak berbicara, iya hanya mencoba menyunggingkan sedikit senyuman untuk menjawab pertanyaan Ustazah Halimah.

Dena kemudian masuk membawakan segelas teh hangat dan bubur ayam untuk Umay sarapan.

Dibantu Ustazah Halimah dan Dena, Umay duduk bersandar mencoba menikmati sarapan paginya.

Ustazah kemudian menyuapkan bubur pada Umay perlahan. Ditengah suapannua, Umay menangis terisak.

"Kenapa nak? Ada yang sakit?" tanya Ustazah Halimah bingung.

Umay menggeleng kuat. Lalu memeluk Ustazah Halimah dengan sangat erat.

Ustazah Halimah mengelus punggung Umay pelan.

Membiarkan Umay melepaskan semua bebannya dengan tangisan.

Sampai Umay merasa lega.

Dena yang juga berada didalam ruangan pun ikut menangis melihat keadaan sahabatnya.

Dengan pelan, Dena juga menepuk-nepuk punggung Umay untuk menenangkan.

Usgazah Halimah sangat mengerti perasaan Umay.Ini adalah kali oertama Umay sakit jauh dari orangtuanya.

Umay membayangkan kejadian kemarin malam ketika tiba-tiba tubuhnya menggigil hebat.

Badan nya terasa panas dingin.

Bagian mata dan hidungnya terasa sangat panas.

Umay merasa sangat lemah sehingga untuk bangkit meraih air minum yang berada di atas lemari didepan ranjang nya pun iya tak mampu, padahal kerongkongannya kering sekali.

Ingin sekali iya beeteriak memanggil Dena untuk meminta bantuan, tapi untuk bersuarapun iya merasa tidak mampu.

Malam itu Umay merasa dirinya hampir saja diambil oleh malaikat maut.

Yang dia ingat hanyalah Umi dan Abi.

Dengan air mata yang menetes menahan rasa sakit di badan, Umay berteriak di dalam hati memanggil-manggil Umi dan Abi nya.

"Umi.... Tolong... Umay demam Umi... Umay tidak kuat untuk bangun.. Badan Umay sakit sekali Umi.." teriaknya di dalam hati.

"Abi... Beliin Umay obat Bi..." teriaknya lagi tanpa suara.

"Astagfirullah..."

"Astagfirullah.."

Ujar Umay ribuan kali sebelum iya tidak sadarkan diri akibat demam tinggi yang dideritanya.

"Umay... Apa perlu kita telepon Umi dan Abi untuk memberi tahu keadaan Umay nak?" tanya tazah Halimah perlahan.

"Tidak Tazah.. Jangan... Umay tidak ingin membuat Umi dan Abi risau..." jawab Umay dengan suara serak nya.

"Yasudah kalau begitu mau nya Umay.. Tapi abis pulang dari klinik ini, kita langsung kerumah tazah aja ya.. Umay dirumah tazah dulu sampai Umay benar-benar sehat ya nak.." perintah tazah Halimah pada Umay.

"Tidak usah Tazah... Insyaallah Umay akan segera sehat setelah minum obat, lagipula ada Dena yang bisa jaga Umay tazah... Umay kembali ke asrama saja ya.." jawab Umay lagi menolak perintah Ustazah Halimah.

"Kamu yakin nak... Dirumah aja yaa.." ujar Ustazah Halimah lagi.

"Tidak tazah.. Terimakasih.. Umay sama Dena saja di asrama.. Umay tidak ingin membuat tazah repot.." jawab Umay lagi kembali menolak.

Ustazah Halimah yang mengerti akan maksud Umay yang pasti merasa canggung dan segan dengan Kyai Ahmad, karena itulah iya menolak perintah Ustazah Halimah.

"Baiklah kalau begitu.. Tapi janji selama 3 hari kedepan kamu harus istirahat total dulu ya nak..." kata Tzah Halimah lagi pada Umay.

"Siap Tazah..." jawab Umay pelan dan mencoba tersenyum.

"Tolong di jaga Umay ya Den..."Ucap tazah pada Dena sahabat Umay.

"Siap tazah.. Insyaallah.." jawab Dena mengangguk kuat.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***