Lara Yang Mendapat Cinta

Surabaya...

Sementara itu, Nicholas yang baru saja bangun dari tidurnya, kini tampak berjalan keluar dari kamar. "Ra... Lara.. Kamu dimana Lara?" panggil Nicholas. Namun, panggilan itu tak kunjung mendapat jawaban. Dia kemudian mencari ke setiap bagian sudut rumah, namun tak juga melihat keberadaan Lara.

Nicholas lalu keluar, menuju ke halaman belakang, karena biasanya Lara duduk di halaman belakang sambil merawat tanaman miliknya. Namun, dia juga tidak menemukan Lara di sana.

Akhirnya dia berjalan ke arah depan dan melihat beberapa anak buahnya, dan satpam penjaga rumah itu masih tertidur begitu pulas.

"HAI APA-APAAN KALIAN!" bentak Nicholas yang membuat mereka seketika terbangun. "Dasar bodoh! Apa yang sebenarnya kalian kerjakan! Apa kalian tahu, saat ini istriku sudah melarikan diri, dan kalian malah tidur seperti ini! DASAR BODOH! CEPAT CARI LARA! KALAU KALIAN TIDAK MENEMUKANNYA, AKAN KUBUNUH KALIAN!"

"Baik Tuan!" jawab mereka semua. Salah seorang anak buah Marshal yang melihat tingkah mereka semua, lalu menelepon Marshal untuk melaporkan keadaan di rumah Nicholas yang baru menyadari jika Lara telah melarikan diri dari rumah tersebut.

Sementara itu Nicholas yang saat ini duduk di ruang tengahnya tampak menelepon saudara sepupunya, Kevin.

"Halo Kak Kevin, Lara melarikan diri. Bantu aku untuk menemukannya!"

***

Lara dan Cinta yang saat ini berada di dalam kamar Lara tampak sedang duduk di balkon kamar, menikmati suasana pagi di rumah itu yang sangat Lara rindukan.

"Istirahatlah Lara, wajamu pucat, dan badanmu sedikit demam. Apakah perlu kupanggilkan dokter?"

"Tidak usah Cinta, aku mau istirahat saja. Kamu tolong temani aku di sini ya, dan ceritakan padaku yang terjadi saat kau datang ke rumah ini."

Mereka pun masuk ke dalam kamar, Lara kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Cinta menemani di sisinya.

"Sekarang tolong kau ceritakan padaku, Cinta."

"Seperti yang kau tahu Lara, saat aku pertama kali datang ke rumah ini tak ada yang percaya jika aku adalah Cinta. Mereka pikir aku Lara, dan hampir saja aku diusir oleh Opa. Untungnya ada Marshal yang tak rela melihat kepergianku."

"Lalu, bagaimana dengan Marshal?"

"Sama saja, dia pun tak percaya padaku. Bukti yang kuberikan berupa KTP pun tak dia percayai."

"Lalu bagaimana caramu meyakinkan Marshal, Cinta?"

Perasaan Cinta begitu hancur mendengar kata-kata Lara, tak mungkin dia berkata jujur jika dia sampai mengorbankan kesuciannya agar Marshal percaya pada dirinya. Lagipula, kejadian itu pun tak sengaja dilakukan oleh Marshal.

"Cinta?"

"Emh Lara, kapan-kapan kuceritakan lagi. Sepertinya wajahmu semakin pucat, aku tak mau sesuatu terjadi padamu, sebaiknya kubuatkan sup dulu untukmu, agar tubuhmu jauh lebih segar."

"Terimakasih Cinta, kamu baik banget."

"Sama-sama, Ra. Aku ke dapur dulu ya."

Lara pun mengangguk, dia kemudian memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian, seseorang tampak masuk ke dalam kamar itu.

"Cinta, kamu udah selesai?"

Namun orang itu tak menjawab, dia hanya menghampiri Lara lalu memeluk tubuhnya. "Marshal, kupikir Cinta."

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Gapapa cuma cape jadi Cinta sedang membuatkan sup untukku."

"Oh, benar kan apa yang kubilang tadi malem. Kamu nggak boleh memaksakan diri Ra, tapi kau malah memaksaku," sambung Marshal sambil terkekeh.

"Tapi kamu mau kan?"

"Aku tidak pernah bisa menolakmu, Ra." 

"Seperti sekarang?" sambung Lara sambil mencium bibir Marshal. Marshal pun membalas ciuman Lara dengan begitu bergairah. Tanpa mereka sadari, saat ini Cinta tengah berdiri di balik tembok sambil menangis setelah menyaksikan kemesraan mereka di depan matanya.

"Namaku memang Cinta, dan dia Lara. Tapi, kenyataan ternyata berkata lain. Laralah yang mendapatkan cinta, sedangkan akulah yang mendapat lara," gumam Cinta. Dia kemudian menghapus air matanya, lalu mencoba menegarkan hatinya, masuk ke dalam kamar milik Lara.

Akhirnya Marshal dan Lara pun berhenti berciuman, saat mendengar suara pintu yang terbuka.

"Lara, ini sup untukmu," ujar Cinta dari ambang pintu. Melihat kedatangan Cinta, Marshal pun begitu gugup. Tak bisa dipungkiri jika Marshal masih selalu merasa bersalah dan begitu menyesal telah merampas kehormatan milik Cinta, sekaligus takut jika Lara tahu akan kejadian tersebut. Dia sangat takut Lara tersakiti, dan menyebabkan dia kehilangan wanita itu lagi.

Melihat Marshal dan Lara, Cinta menyunggingkan senyuman yang begitu manis seolah-olah hatinya baik-baik saja, padahal tidak.

"Terimakasih banyak Cinta," kata Lara sambil memakan sup yang ada di dalam mangkuk. Marshal sekilas melirik pada Cinta dan tersenyum padanya. Cinta pun membalas senyuman itu, meski hatinya terasa begitu perih setelah melihat Marshal dan Lara berciuman.

"Terimakasih banyak Cinta, kamu begitu baik padaku. Entah bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu," ucap Lara setelah memakan sup buatan Cinta.

"Tenang saja Ra, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri."

Lara lalu memeluk Cinta. "Bagaimana jika ternyata kalian memang bersaudara?" gumam Marshal tanpa didengar oleh mereka berdua.

****

Malamnya....

Cinta baru menyadari jika charger ponselnya tertinggal di kamar Lara. Cinta yang malam ini entah mengapa tidak bisa tidur, akhirnya memutuskan ke kamar Lara untuk mengambil chargernya, meskipun dia pun tak yakin kalau Lara belum tidur. Bukankah tidak ada salahnya mencoba? Begitulah pikirnya.

Namun, saat Cinta akan mengetuk pintu kamar Lara, terdengar suara dessahan dan errangan Marshal dan Lara dari dalam kamar. Sejenak tubuhnya pun membeku, tapi detik berikutnya dia berlari masuk ke dalam kamarnya lalu duduk dan terkulai lemas di atas lantai.

"Tuhan, apa aku sanggup melewati semua ini? Apa aku bisa bertahan di rumah ini jika setiap saat harus menahan rasa sakit yang begitu dalam?" isak Cinta.

"Entah bagaimana caranya, aku harus pulang dari rumah ini. Aku ingin pulang, Bu," sambungnya kembali.

Sementara itu di dalam kamar. Marshal dan Lara yang masih meluapkan kerinduan di hati mereka tampak menikmati kebersamaan mereka di atas ranjang sambil berpelukan. "I love you," ucap Marshal sambil mengecup puncak kepala Lara.

"Me too," jawab Lara sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Marshal. Setelah cukup lama saling berpelukan, akhirnya Marshal melepas pelukan mereka.

"Lara, aku kembali ke kamarku dulu. Takut ada yang curiga."

"Ga ada yang curiga, toh nantinya kita juga akan menikah kan?" balas Lara sambil merajuk berharap Marshal tetap berada di sampingnya.

"Kamu butuh istirahat Ra, kita masih punya banyak waktu untuk bersama."

"Ya udah, kamu juga langsung tidur ya, Sayang."

"Iya," jawab Marshal sambil mengecup kening Lara lalu keluar dari kamar itu. Saat Marshal baru saja menutup pintu kamar, tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu. "Aduh, apa ini?"

Dia lalu mengambil benda yang baru saja diinjak olehnya. 'Ini seperti jepit rambut milik Cinta. Apa Cinta tadi dari kamar ini?' batin Marshal. Dia lalu memutuskan pergi ke kamar Cinta.

Keadaan Cinta kini jauh lebih baik, dia tampak menghapus air mata yang ada di wajahnya. Dia kemudian mengemasi barang-barang miliknya lalu membuka pintu kamar dengan mengendap-endap.

"Cinta!" panggil sebuah suara yang mengagetkan dirinya hingga membuat langkahnya terhenti.

"Mau kemana kau, Cinta? Bukankah sudah kukatakan jika kamu tidak boleh meninggalkan rumah ini terlebih dulu?"

"Emh... Maaf Mas, Cinta cuma ingin pulang ke rumah, rindu Bapak sama Ibu."

Marshal lalu menarik tubuh Cinta untuk masuk kembali ke dalam kamar. "Tolong bertahanlah Cinta, ini demi keselamatanmu."

Mendengar kata-kata Marshal, Cinta hanya bisa menangis. "Maaf jika aku sudah begitu menyakitimu, Cinta. Maaf aku tak pernah bisa mengembalikan kesucian yang kurenggut darimu, maafkan aku Cinta. Jika saja belum ada Lara di hatiku, aku pasti akan menikahimu, namun aku sangat mencintai Lara. Memang ini terdengar egois, tapi aku sangat takut kehilangan Lara. Jadi, maaf jika aku tidak bisa bertanggung jawab padamu."

"Sedalam itukah perasaanmu pada Lara, Mas?"

"Ya, aku begitu mencintainya sejak kami masih anak-anak. Bagiku dialah cinta pertamaku, dan takkan pernah berubah."

"Meskipun saat mulai menjalin cinta denganmu, Lara bukan wanita yang masih suci?"

"Apa maksudmu Cinta? Bukankan kau sudah tahu kalau Lara kehilangan kesuciannya karena dijebak oleh Nicholas!"

Cinta hanya terdiam mendengar kata-kata Marshal. "Berjanjilah untuk tetap di sini Cinta, sekarang beristirahatlah. Semua ini demi kebaikanmu, dan orang tuamu."

Marshal lalu melangkahkan kakinya menuju pintu untuk keluar dari kamar itu. Namun, saat dia berada di ambang pintu, tubuhnya tiba-tiba dipeluk dengan begitu kencang.

"Mas, maaf jika aku lancang."

"Lancang? Apa maksudmu? Maaf Cinta, aku ke kamarku dulu!" Cinta hanya terdiam. Marshal lalu melepaskan pelukannya pada Cinta.

"Sebentar Mas!" panggil Cinta yang membuat Marshal membalikkan tubuhnya, lalu menatap Cinta. Namun, di saat itu juga tiba-tiba Cinta mencium bibir Marshal dengan bertubi-tubi. Marshal yang tak bisa menghindari hanya bisa terdiam lalu melepaskan bibirnya secara perlahan.

"Mas, aku cinta sama kamu."

"Maaf Cinta, aku nggak bisa," jawab Marshal sambil meninggalkan Cinta.

Terpopuler

Comments

Deviastryveads_

Deviastryveads_

😭😭😭 aku jg ikut lemes cint, kalo aku udah ada diposisi mu udah kupukul2 dada ini agar tak sesak😭

2023-01-18

0

Deviastryveads_

Deviastryveads_

emmm kata2nya itu loh yg bikin nyesek😭😭😭. udah buat video lg tuh kata2nya kak

2023-01-18

0

Bryant Ibrahim

Bryant Ibrahim

wah cinta knp kmu agresif amat sih..

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!