"Kau memang sangat menyebalkan, Marshal!" bentak Lara saat mereka di dalam mobil.
"Menyebalkan? Apa kau sudah lupa kejadian beberapa hari yang lalu saat kau diculik? Ingat Lara, semua ini kulakukan untuk melindungimu!"
"Dan juga mengekangku! Itu maksudmu kan? Kau jahat, kalian jahat! Sejak dulu aku selalu hidup terkekang karena kalian tidak pernah memberikan aku kebebasan! Aku lelah hidup terkekang seperti ini, Marshal! Sekedar berkumpul dengan teman-temanku saja tidak diperbolehkan? Apa kalian tidak punya hati, hah?" Lara terus menerus berteriak di dalam mobil, sedangkan Marshal hanya diam. Dan tetap fokus mengendarai mobilnya.
"Dasar manusia berhati batu!" umpat Lara.
***
Keesokan harinya..
Siang ini, Lara tampak begitu cemas menanti Marshal yang belum juga menjemputnya. Hari ini, Marshal sedang ujian skripsi, dia sudah berpesan pada Lara untuk menunggunya sampai dia selesai menjalani sidang dan memberi peringatan pada Lara agar tidak pulang dengan orang lain selain dirinya. Namun, Lara tetap merasa begitu resah, dan ingin cepat pulang ke rumah. Apalagi langit sudah terlihat sangat mendung, dan kedua temannya pun sudah pulang, yang membuatnya merasa semakin cemas. Akhirnya Lara pun memutuskan untuk memesan taksi online.
"****, hape gue lowbat!" umpat Lara saat hendak memesan taksi online. Dengan putus asa, Lara akhirnya memilih menunggu di pelataran kampus sampai Marshal menjemputnya. Saat sedang termenung, tiba-tiba sebuah mobil mercy berwarna hitam berhenti di depannya. Kaca mobil itu pun diturunkan, hingga terlihat sosok laki-laki tampan yang dikenalnya.
"Mau kuantar? Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, jadi sebaiknya kamu cepat pulang ke rumah."
Seketika jantung Lara berdetak begitu kencang. 'Nick,' batinnya dalam hati. Berbagai tanda tanya mulai memenuhi pikiran Lara melihat perubahan sikap Nick.
"Kenapa dia tiba-tiba berubah? Apa karena kemarin siang kita udah pernah ciuman?" gumam Lara.
"Kok malah melamun? Ayo cepat masuk, udah mulai gerimis nih." Akhirnya, Lara pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil, mengabaikan perintah dari Marshal.
Saat Lara mulai mendudukan tubuhnya di jok mobil, hujan pun mulai turun dengan derasnya. "Tuh, udah ujan kan? Untung kamu mau ikut sama aku."
"Iya, terima kasih banyak."
"Mau minum?" tawar Nicholas sambil memberikan botol air mineral padanya. Lara kemudian menerima botol yang diberikan oleh Marshal, lalu meminumnya, karena kebetulan dia memang sedang merasa haus karena lelah menunggu Marshal.
Nicholas pun mulai mengendarai mobilnya. Beberapa menit kemudian, Lara merasakan kantuk yang sangat sulit dia tahan. Dia pun menyenderkan kepalanya di jok mobil dan mulai terlelap.
Entah berapa lama, Lara tertidur dia pun tak tahu. Saat dia membuka matanya, tampak mereka sudah sampai di depan rumah miliknya, dan hujan pun sudah reda.
Dia kemudian mengedarkan pandangannya pada Nicholas yang saat ini sedang memainkan ponselnya. "Nick!"
"Oh, kamu udah bangun? Maaf aku ga bangunin kamu, soalnya kamu tidurnya nyenyak banget."
"Gapapa, Nick."
"Ya udah kalo gitu, gue turun dulu ya Nick. Makasih udah anterin aku."
"Iya Lara."
Lara kemudian turun dari mobil milik Nick, dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Namun, saat dia akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba dia meraskaan sesuatu yang aneh di bagian bawahnya.
"Ahhh... Shhh, sakit..."
***
Satu bulan kemudian....
Lara merasakan sesuatu yang aneh karena sudah satu bulan ini, Nicholas tidak terlihat lagi di kampusnya. Terakhir kali dia melihatnya, saat dia mengantar Lara ke rumahnya, dan setelah itu, Nicholas sudah tidak terlihat lagi selama satu bulan lamanya. Lara bahkan pernah menanyakan hal itu ke bagian administrasi kampus, dan mereka mengatakan kalau Nicholas sedang cuti. Tentunya hal ini semakin menjadi misteri bagi Lara.
Saat sedang berjalan ke arah mobil Marshal, yang sedang menunggunya, tiba-tiba kepala Lara terasa berkunang-kunang, dan perutnya terasa begitu mual. Lalu, detik berikutnya tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
"LARA!" teriak Marshal panik. Dia pun berlari mendekat pada Lara yang tiba-tiba terjatuh di atas lantai, lalu menggendong tubuhnya.
****
Lara membuka matanya dengan lemah, rasanya dia merasa begitu lemas, dan tiba-tiba perutnya pun terasa mual. Dia lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan mendapati dirinya sudah ada di dalam kamarnya. Di sisi ranjangnya, tampak Arya dan Marshal sudah duduk di sampingnya. Namun, dia melihat raut wajah yang tak biasa dari keduanya. Sorot mata, dan wajah mereka pun tampak merah.
"Opa... Marshal."
PLAK...PLAK..PLAK
"Opa kenapa tiba-tiba Opa nampar aku? Apa kesalahan Lara, Opa? Bukankah Lara tidak pernah berbuat hal yang tidak-tidak di kampus? Lara sudah berusaha menjadi anak yang baik, Opa?"
"Lihat dirimu Lara, lihat apa yang telah kamu perbuat karena tingkahmu yang sangat sulit diatur!"
"Apa maksud Opa?"
"Bukankah sejak aku diculik, aku tak pernah lagi keluar malam, dan selalu menuruti kata-kata Opa?"
"Bulshit! Lihat keadaannu! Asal kau tahu, saat ini sudah ada janin di dalam perutmu! siapa laki-laki yang sudah menghamilimu, Lara!!!"
"Hamil??? Aku hamil Opa? Ga mungkin, aku belum pernah melakukan apapun."
"Tapi pada kenyataannya kamu sedang hamil Lara!"
Arya lalu meninggalkan kamar Lara dengan amarah yang begitu menyelimuti hati dan raganya. Dadanya terasa sangat bergemuruh, tetapi setelah itu, di balik tembok kamar Lara, dia tampak menahan air mata yang sudah tak lagi dapat dibendungnya.
"Lara, kamulah satu-satunya harapanku setelah kematian Ferdi dan Lisa, orang tuamu. Tapi, kenapa kamu hanya bisa mengecewakanku?" sesalnya sambil menangis tergugu.
Sedangkan di dalam kamar, Lara yang masih tampak begitu syok dengan apa yang dialaminya saat ini, hanya bisa termenung sambil terus meneteskan air matanya.
"Ga mungkin, ga mungkin, Marshal kamu percaya kamu percaya sama aku kan? Marshal, tolong aku Marshal."
Marshal lalu menghampiri Lara, meskipun sebenarnya saat ini hatinya juga terasa begitu sakit. "Aku tidak tahu apakah aku bisa percaya padamu atau tidak, tolong berikan bukti padaku agar aku bisa mempercayaimu!"
"Marshal, aku sebenarnya tidak tahu apa-apa karena yang aku ingat, saat kau sedang ujian skripsi, aku diantar pulang oleh Nicholas. Maaf, saat itu aku berbohong karena sudah mengatakan padamu kalau aku pulang dengan menggunakan taksi online. Saat itu, aku berbohong karena tidak ingin kau marah padaku. Setelah aku turun dari mobil Nicholas, aku memang merasakan sakit di bagian tubuh bawahku. Tapi aku mengabaikannya begitu saja karena kupikir hanya nyeri biasa."
Mendengar perkataan Lara, emosi Marshal pun seketika tersulut. "BRENGSEKKK!"
"Maafkan aku, Marshal. Maaf aku sudah mengabaikanmu," sesal Lara sambil menundukkan wajahnya, lalu menangis dan menyesali semua sikapnya yang selalu mengabaikan nasehat dari Marshal. Kebebasan yang selalu dia inginkan, ternyata berdampak sangat buruk baginya saat ini. Lara lalu berteriak sambil menangisi keadaannya.
"Aaaaaaa..." teriak Lara. Marshal yang mendengar penjelasan Lara, lalu berjalan keluar kamar.
"BRENGSEKKKK KAU NICHOLAS!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Tiahsutiah
jadi lara di pe***a oleh si Nicholes, jahat banget😡
2023-01-15
0
Deviastryveads_
nah ini pasti ditusuk sama si nick nih. yakin bnget aku
2023-01-15
0
Linda Purwanti
Lanjuuuuut ka weny bingung mau komen apa
2023-01-14
0