Gadis Bodoh

Keesokan Harinya...

Pagi ini, seorang lelaki tua tampak sedang duduk di sebuah taman, di depan mansion miliknya sambil meminum espresso dan mengutak-atik ponselnya.

Saat sedang asyik membaca laporan dari beberapa karyawannya, tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi. Dia pun mengangkat panggilan itu yang berasal dari nomer yang tidak tersimpan di ponsel miliknya

"Halo..."

Tak berapa lama, raut wajah yang awalnya begitu tenang itu, perlahan memudar, lalu berganti dengan wajah yang memerah serta amarah yang begitu menggelora di dalam dadanya.

"Kurang ajar, dasar anak kecil bodoh! Bukankah sudah berulangkali kuperingatkan agar selalu berhati-hati! Tapi tetap saja berani berulah! Kenapa anak itu liar sekali! Bi Sumi...Bi Sumi!!!" teriaknya. Tak berapa lama, seorang pembantu rumah tangga tampak mendekat ke arahnya.

"Iya Tuan Arya."

"Cepat panggilkan Marshal kemari!!"

"Baik Tuan."

Beberapa saat kemudian, seorang lelaki tampan berusia 22 tahun tampak berjalan menghampirinya.

"Opa memanggil saya?"

"Marshal, Lara diculik, dan sekarang mereka meminta tebusan 10 Miliar! Gila! Dasar gadis bodoh! Bukankah sudah kuperingatkan agar dia berhati-hati! Tapi dia terus saja membangkang! Anak itu memang sangat sulit diatur!"

"Astaga, bagaimana bisa, Opa? Bukankan penjagaan di gerbang depan begitu ketat?"

"Aku tidak tahu bagaimana cara dia melarikan diri, yang jelas saat ini dia ada dalam bahaya, cepat kau temukan keberadaan anak nakal itu!"

Marshal lalu mengambil ponselnya. "Opa lihat, sejak dini hari Lara mengirimkan sebuah share lokasi, kemungkinan mereka ada di alamat yang Lara kirimkan. Maaf Opa, aku telat membuka ponselku."

"Tidak apa-apa, Marshal. Dia saja yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri! Sekarang tolong kau bebaskan Lara secepatnya! Bawa seluruh anak buahku untuk membantumu! Jika kau sudah yakin dimana keberadaan mereka, kau cepat telepon polisi. Selanjutnya biar aku saja yang urus!"

"Baik Opa," balas Marshal yang merupakan anak angkat dari Arya Bagaskara, pemilik dari Sky Group, perusahaan manufaktur terbesar di negeri ini.

***

Sementara itu, Lara yang baru saja membuka matanya, tampak begitu terkejut saat melihat dirinya saat ini tertidur di atas sebuah sofa usang. Dia kemudian mengedarkan pandangannya, dan mengamati tempat yang begitu asing baginya.

Saat ini, dia berada di sebuah ruangan yang begitu menjijikan baginya. Ruangan itu, terlihat begitu kotor, seluruh tembok itu terlihat usang dan ruangan itu terasa pengap.

Detik itu juga dia baru menyadari kejadian yang dialaminya tadi malam. Saat dia baru saja menaiki sebuah taksi, tiba-tiba dia ditodong oleh tiga orang laki-laki, dan saat dia bermaksud untuk memberontak dan melepaskan diri dari mereka, tiba-tiba salah seorang dari mereka membekap mulutnya yang membuatnya tidak sadarkan diri.

"Sial gue ada dimana? Mereka bertiga memang benar-benar brengsekkk! Masa cewek secantik gue dibawa ke tempat kumuh kaya gini! Mereka emang sialan!" gumam Lara bersamaan dengan penyesalan yang merasuk ke dalam hatinya.

"Ternyata benar kata Opa kalau diluar banyak yang menginginkan nyawaku. Argggghhh sial," cetusnya kembali. Saat sedang merutuki keadaannya, tiba-tiba terdengar keributan dari arah luar yang membuat Lara tersentak.

Tak berapa lama, pintu di depannya pun terbuka. Sosok laki-laki tampan bertubuh tegap, kemudian berjalan menghampirinya.

"Marshal, akhirnya lu berhasil nemuin gue! Jadi, share lokasi yang gue kirim semalem berhasil dong?"

"Dasar anak nakal, udah ga usah banyak omong. Sekarang kamu tahu kan kecerobohan dan kebodohan yang udah kamu lakukan bisa saja membahayakan keselamatanmu!"

"Iya...iya. Judes banget sih!"

"Ayo pulang, kasihan Opa!"

Lara kemudian mengikuti langkah Marshal, saat melewati halaman rumah kosong itu, tampak tiga orang preman yang menculiknya, terlihat sedang berjalan masuk ke dalam mobil polisi. Bahkan, salah satu diantaranya terkena tembakan polisi.

Lara lalu mendekat ke arah mereka "Rasain lu, itu akibatnya kalau kalian main-main sama gue! Makanya pikir seribu kali kalo mau main-main sama seorang Dilara Qauline Bagaskara!" bentak Lara sambil mengibaskan rambutnya. Mendengar cibiran dari Lara, ketiga orang itu hanya tertunduk.

"Anak nakal ayo pulang, kamu udah ditunggu Opa di rumah!" titah Marshal sambil menjewer telinga Lara.

"Ih galak banget sih jadi cowo, mana ada cewe yang mau sama laki-laki galak kaya lu! Pantes sampe sekarang ga laku!"

Marshal hanya terdiam dan terus berjalan ke arah mobil, meninggalkan Lara yang masih kesal padanya, hingga akhirnya gadis itu mengikutinya.

Satu jam kemudian, akhirnya mereka sampai di mansion milik Arya. Laki-laki paruh baya itu, saat ini tampak sudah menunggu kedatangan mereka di dalam ruang tamu. Tatapan Arya, tampak begitu tajam saat seorang wanita muda masuk ke dalam rumah itu.

"Puas kamu Lara? Puas kamu yang udah mencelakai dirimu sendiri, ini yang kamu inginkan kan? Sudah berapa kali Opa bilang agar kau lebih menjaga dirimu! Bukankah sudah Opa bilang kalau kehidupan di luar itu kejam? Apa kau sudah tuli hah? Dasar anak nakal!"

Lara hanya terdiam, wajahnya tertunduk. Saat ini, dia benar-benar menyesali semua perbuatannya, dan tidak mengelak semua perkataan Arya, kakeknya yang saat ini juga tampak sedang mengamati penampilannya, dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Lihat ini Marshal, lihat pakaian apa yang dia kenakan? Sangat tidak pantas seorang cucu dari Arya Bagaskara berpakaian seperti itu! Seperti wanita murahan!" omelnya kembali.

"Opaaa, maafkan aku," rengek Lara disertai air mata yang kini mulai keluar dari kedua sudut matanya.

"Opa maafkan Lara, aku memang salah. Aku tidak sengaja Opa, maaf aku tidak tahu kalau hal seperti ini bisa terjadi padaku," sesalnya.

Raut wajah Arya, yang awalnya begitu marah kini seketika mulai meredup mendengar kata-kata cucu kesayangannya. Ya begitulah Arya, meskipun dikenal sebagai sosok yang dingin, tapi sebenarnya dia begitu lembut. Apalagi Lara adalah satu-satunya keluarga kandungnya saat ini, karena putra dan menantunya, yang merupakan orang tua dari Lara telah meninggal akibat kecelakaan 17 tahun silam. Arya pun menghela napas, lalu menatap Lara yang masih terisak.

"Sekarang kamu masuk ke dalam kamar, beristirahatlah dan bersihkan tubuhmu, lihat penampilanmu begitu berantakan!"

"Jadi, Opa sudah memaafkan aku? Terima kasih banyak Opa."

"Tapi ingat Lara, sekali lagi kau berbuat kesalahan, Opa tidak akan pernah lagi menolongmu!"

"Siap Opa," jawab Lara, sambil tersenyum. Dia lalu mengalihkan pandangannya pada sosok Marshal, kemudian mengedipkan salah satu matanya pada laki-laki tersebut. Setelah itu, dia meninggalkan Marshal dan Arya yang saat ini masih ada di ruang tamu mansion itu.

"Dasar gadis bodoh! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat mendengar kau hilang? Rasanya aku hampir saja kehilangan nyawaku!" gumam Marshal.

 

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

lanjut.. cerita nya makin bagus❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

2023-07-30

1

Tiahsutiah

Tiahsutiah

wah ternyata marshal menyukai lara😍

2023-01-15

0

Deviastryveads_

Deviastryveads_

Dilara namanya tp aku bacanya Dilraba🤦🏻‍♀️😄

2023-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!