Aku Cinta Bukan Lara

Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Cinta sampai juga di Jakarta. Saat ini, dia sedang berjalan pada pintu kedatangan domestik. Meskipun, sebenarnya Cinta sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan.

Setelah keluar dari bandara, dia lalu menaiki taksi yang ada di sekitar bandara tersebut. Sesuai dengan arahan dan perintah dari Lara, dia menyebutkan alamat yang sudah Lara kirimkan melalui chat. Lara memang sengaja tidak memerintahkan Cinta menggunakan aplikasi online karena dia yakin Cinta pasti tidak bisa menggunakannya.

Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Cinta begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Cinta akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Cinta baca di koran usang yang dia baca di loakan, karena keluarganya memang tidak memiliki televisi di rumah.

Satu jam kemudian, Cinta sudah sampai di sebuah rumah yang menurut Cinta luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudian turun, lalu berjalan mendekat pada rumah itu.

"Wahhhh ini rumah kok gede banget ya? Kayak istana di Negeri Dongeng. Bahkan jauh lebih gede dibandingkan dengan rumah Lara yang ada di Surabaya."

Meskipun ragu, Cinta akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam rumah tersebut. Saat Lara berdiri di depan gerbang, tampak beberapa orang satpam yang menjaga rumah itu terlihat begitu bingung, dan memandangnya dari atas sampai bawah. "Non Lara?"

Mendengar kata-kata satpam tersebut, Cinta hanya tersenyum, dia lalu melangkahkan kakinya menuju ke halaman rumah itu setelah satpam tersebut membuka pintu gerbangnya.

"Silahkan masuk, Non Lara."

Cinta pun menganggukkan kepalanya lalu berjalan melewati halaman rumah itu. 'Ini hari minggu, seharusnya mereka semua ada di rumah,' batin Cinta sambil memencet bel.

"Assalamualaikum."

Beberapa saat kemudian, terdengar sebuah suara seorang wanita. "Waalaikumsalam," jawab seorang wanita bertubuh tambun yang kini membukakan pintu untuknya.

"Non Lara!" teriak wanita itu dengan raut wajah penuh kebahagiaan.

"Saya bukan Lara Bu, saya Cinta."

"Non Lara nggak usah pura-pura. Cinta sama Lara itu pasti sama aja! Ayo masuk, Non. Saya panggilkan Tuan Arya dan Tuan Marshal." 

Cinta lalu duduk di sebuah kursi rang tamu, dengan begitu canggung. Baru saja Lara duduk, tiba-tiba sebuah suara terdengar, hingga begitu mengejutkannya. "Untuk apa kamu kembali lagi ke rumah ini, Lara? Bukankah kau sudah memilih untuk hidup dengan laki-laki itu, hah!" teriak seorang laki-laki paruh baya yang kini berdiri tak jauh darinya.

Cinta yang begitu terkejut lalu membalikan tubuhnya. "Maaf Tuan, saya bukan Lara, nama saya Cinta."

"Tidak usah berpura-pura untuk bisa diterima kembali di rumah ini, Lara! Sejak dulu kau memang selalu penuh tipu muslihat!"

"Benar Tuan, saya Cinta bukan Lara."

"Lara, apa kau sudah lupa, bukankah sudah berulangkali kukatakan jika kau melakukan kesalahan sekali lagi, aku tidak akan pernah memaafkanmu!!!"

"Demi Allah Tuan, saya Lara bukan Cinta."

"Tidak usah bawa-bawa nama Tuhan, seharusnya kamu malu menyebut nama-Nya, lihat semua perbuatanmu, dulu! Selalu menyimpang dari ajaran Tuhan!"

"Tapi benar, saya bukan Lara. Tuan, tolong katakan pada saya bagaimana caranya agar kalian percaya kalau saya adalah Cinta?"

"Tidak usah banyak bersandiwara, sekarang cepat pergi dari sini!"

"Marshal cepat usir dia!!" perintah Arya pada Marshal yang saat ini berdiri di belakang Arya, sambil terus menatap Cinta.

Cinta lalu mengalihkan pandangannya pada laki-laki tampan itu. Detik itu juga, jantung Cinta berdetak sangat kencang saat laki-laki yang bernama Marshal itu mendekat padanya.

'Sangat tampan,' batin Cinta sambil menelan salivanya dengan kasar.

"Lara cepat keluar dari sini!" bentak Marshal. Namun, Cinta hanya terdiam, dan menatap wajah Marshal sambil tersenyum.

"Lara!" bentak Marshal lagi.

"Emhh... Oh iya, bagaimana tadi Mas?"

"Lara, cepat keluar dari rumah ini!"

"Tapi Mas, saya bukan Lara. Saya Cinta, Mas."

"Sudah diam dulu, nanti aku yang akan membujuk Opa agar bisa menerimamu kembali!" bisik Marshal pada akhirnya, setelah menyeret Cinta keluar dari mansion itu, karena sebenarnya dia masih merasa penasaran. Alasan yang sebenarnya mengapa Lara tiba-tiba menghilang.

"Mas demi Allah, saya bukan Lara."

"Diam! Sekarang kau tunggu aku di sini! Aku akan bicara pada Opa sebentar!"

"Iya Mas."

Marshal lalu masuk ke dalam rumah, sedangkan Cinta, kini duduk di taman depan mansion itu. Beberapa saat kemudian, Marshal tampak mendekat pada Cinta.

"Lara, kau boleh masuk ke dalam. Kau boleh tinggal di sini selama satu minggu, setelah itu tolong kau pergi dari rumah ini."

"Baik Tuan, terima kasih."

Cinta lalu masuk ke dalam mansion itu, kemudian diantar oleh Bi Sumi ke sebuah kamar besar yang merupakan kamar milik Lara.

"Wah kamarnya gede banget, kasurnya empuk. Pasti nyenyak nih kalo tidur di sini," gumam Cinta. Dia kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang itu, lalu mulai terlelap.

***

Entah berapa lama Cinta tertidur, saat dia membuka matanya, dia melihat langit di luar jendela sudah gelap.

"Oh udah malem."

Tok tok tok

"Non Lara, ditunggu Tuan makan malam."

"Iya sebentar."

Cinta kemudian keluar dari kamar itu, lalu duduk di meja makan bersama Arya, dan Marshal. Dia kemudian menatap semua makanan yang ada di meja makan dengan wajah terheran-heran.

"Tuan, apakah semua ini boleh dimakan?"

Arya dan Marshal pun sontak begitu kaget mendengarnya. "Tidak usah berpura-pura Lara, apakah suamimu tidak pernah memberi makan padamu?" Cinta pun terdiam mendengar perkataan Arya.

Saat mereka mulai makan malam, Cinta tampak begitu kebingungan memakai semua peralatan yang ada di meja itu. Cinta lalu melanjutkan kembali makan malam dengan menggunakan alat-alat makan itu sebisanya. 

Sikap Cinta, sebenarnya tak luput dari Marshal yang kini memperhatikannya. "Lara, kalau sudah selesai makan malam, cepat masuk ke kamar. Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu!" perintah Arya.

Cinta hanya mengangguk, setelah selesai makan malam, dia pun pergi ke kamarnya kembali. Meskipun sebenarnya dia belum mengantuk. Sedangkan Arya dan Marshal masih duduk di meja makan.

"Opa, tidakkah Opa curiga padanya?"

"Maksud kamu apa Marshal?"

"Bagaimana kalau ternyata dia bukan Lara?"

"Tidak mungkin Marshal, dia hanya berpura-pura bertingkah bodoh agar kita bisa menerimanya kembali."

"Tapi sikapnya sangat berbeda dengan Lara, Opa."

"Dia hanya berpura-pura saja Marshal, aku tahu bagaimana bisnis keluarga Adiatma, perusahaan milik keluarga suaminya. Saat ini, mereka sedang diambang kebangkrutan."

"Maksud Opa?"

"Pasti Nicholas yang menyuruhnya datang ke rumah ini. Sebentar lagi, Lara akan berusia 23 tahun. Itu artinya semua kekayaanku akan jatuh padanya, seperti yang sudah tertulis pada surat wasiat milik Ferdi, putraku. Kekayaan ini adalah milik Ferdi, karena dulu aku sudah melimpahkan semua hartaku padanya. Dan posisi kita di perusahaan hanyalah sebagai pengganti Ferdi. Nicholas pasti menyuruhnya untuk mengambil hatiku lagi, agar mau menerima Lara, agar dia bisa dengan mudah menguasai seluruh aset milik kita."

"Maaf jika saya lancang Opa, apa tidak sebaiknya kita selidiki dulu wanita itu? Saya sangat mengenal Lara, dan dia tampak begitu berbeda. Apakah saya boleh menyelidikinya terlebih dahulu? Bagaimana kalau ternyata dia bukan Lara? Tapi orang lain."

"Orang lain? Siapa maksud kamu, Marshal? Di dunia ini tidak mungkin ada orang yang begitu mirip, kecuali mereka kembar."

"Itu maksud saya Opa, kembar."

"Jadi kamu mau bilang kembaran Lara masih hidup?"

"Semua kemungkinan bisa terjadi Opa."

"Tapi aku sudah melihat jenazah cucuku, bahkan aku sendiri yang menguburkannya."

Marshal hanya terdiam mendengar kata-kata Arya, hatinya kini semakin berkecamuk dan dipenuhi oleh berbagai tanda tanya.

Semetara itu Cinta yang sedang berjalan ke kamar Lara tampak menghela napas. "Berapa kali harus kukatakan, aku Cinta bukan Lara."

Terpopuler

Comments

Ashi Takimpo

Ashi Takimpo

cinta udah mulai buat tensi deh

2023-10-10

0

Tiahsutiah

Tiahsutiah

ya kasih bukti nya cinta ke opa dan marshal kalai kamu itu bukan lara, dan kasih kan pesan dari lara ke opa nya

2023-01-16

1

Linda Purwanti

Linda Purwanti

ternyata benar cinta kembaran lara good Marshal km cerdas
opa sabar yaa lara tidak sejahat itu
lanjuuuuut ka weny

2023-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!