Marshal masuk ke dalam kamarnya, dadanya sebenarnya begitu sesak melihat Lara kembali ke rumah ini. Sejujurnya alasannya membujuk Arya agar dia mengijinkan Lara tinggal di rumah itu karena dia begitu rindu pada Lara. Tak dapat dipungkiri, jika saat ini, dia masih sangat mencintai Lara. Namun, keputusannya untuk membantu Lara tinggal di rumah itu selama satu minggu ternyata menjadi bumerang baginya karena dia semakin tersiksa dengan perasaan cintanya.
Masih teringat begitu jelas, malam terakhir Lara di rumah ini, adalah masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Bahkan, mereka melewatkan sebuah malam yang tak pernah Marshal lupakan sepanjang hidupnya, yaitu saat Lara mengungkapkan perasaan cinta padanya. Dan mereka melewati malam bersama layaknya sepasang suami istri. Semuanya terasa mengalir dan begitu sulit untuk dicegah.
Masih teringat jelas bagaimana Lara mulai mencium bibirnya, hingga nalurinya sebagai seorang laki-laki yang sudah begitu bergejolak langsung meresponnya saat mendapat sentuhan dari orang yang amat dicintainya.
"Lara..."
Air mata Marshal pun menetes, takkala mengingat masa-masa itu. Masih terekam jelas dalam ingatannya, pagi itu saat dia mengantar Lara ke kampusnya. Tidak ada yang berbeda pada hari itu, dia masih menjadi Lara yang ceria dan bersikap begitu manis padanya, setelah mereka resmi berpacaran.
Namun, saat dia menjemput Lara, dia tak bisa menemukan Lara dimana pun dia berada. Teman-teman terdekatnya, bahkan mengatakan jika mereka tidak melihat kedatangan Lara di kampus itu.
Nomor ponselnya pun tak dapat lagi dihubungi, di hari itu Lara benar-benar telah menghilang. Marshal bakan pernah meminta pihak kampus untuk membuka CCTV. Tapi, CCTV di kampus Lara, saat itu kebetulan sedang mati. Entah disengaja atau tidak, Marshal tak tahu.
Hingga beberapa hari kemudian, Marshal menemukan sepucuk surat yang dikirimkan ke rumah Arya. Surat itu berisi tulisan tangan milik Lara, dan Marshal benar-benar yakin jika itu adalah tulisan tangan milik Lara. Dalam tulisan tangan itu, tertulis jika Lara telah menikah dengan Nicholas. Dia juga meminta Arya dan Marshal untuk melupakannya. Surat itu, juga disertai bukti foto-foto pernikahan Lara dengan Nicholas.
Saat itu, hati Marshal benar-benar hancur. Dia lalu pergi meninggalkan rumah itu, dan baru kembali satu minggu kemudian, dengan keadaan yang begitu berantakan.
"Apa artinya semua ini Lara! Laraaaa....." teriak Marshal.
"Mas Marshal." panggil sebuah suara yang tiba-tiba ada di belakangnya.
"Ada apa kamu masuk ke kamarku? Cepat pergi dari kamarku, Ra!"
"Saya mau mengajak Mas Marshal makan malam," jawab Cinta.
"Kamu turun dulu saja, nanti saya menyusul."
"Baik Mas."
'Lara... Lara... Lara..." sepertinya, cuma nama itu yang ada di hati Marshal, gumam Cinta.
****
Sudah hampir satu minggu Lara ada di rumah Arya, namun belum ada seorang pun yang mempercayainya jika dia adalah Cinta, bukan Lara. Dia merasa sungguh sulit meyakinkan Arya dan Marshal, karena mereka sama sekali tidak percaya pada perkataannya. Selain itu, waktu untuk bertemu mereka pun sangat terbatas, setiap hari Cinta hanya bertemu mereka saat sarapan dan makan malam, itu pun tanpa perbincangan yang berarti, karena saat Cinta membuka perbincangan saja, mereka sudah menatapnya dengan tatapan tajam.
'Sudah hampir satu minggu, waktuku hampir habis. Dan aku belum bisa meyakinkan mereka, kasihan Lara," gumam Cinta. Saat sedang dilanda keputusasaan tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Ahhh..., bukankah besok hari Minggu? Aku yakin, Tuan Arya dan Mas Marshal pasti ada di rumah seharian. Aku tak boleh melewatkan kesempatan ini," ujar Cinta kembali dengan begitu bersemangat. Namun, ternyata dugaan Cinta salah. Sabtu sore, Arya pergi ke Puncak untuk menghadiri acara gathering karyawan, dan baru akan pulang keesokan harinya.
Cinta kian cemas, karena malam ini adalah malam terakhirnya di rumah ini. Akhirnya dia pergi ke kamar Marshal, meskipun hatinya dipenuhi kecemasan. Marshal yang saat itu sedang bermain game di ponselnya, tampak kaget dengan kedatangan Cinta.
"Ada apa kamu masuk ke kamar ini lagi? Mau mencoba merayuku seperti dulu?"
"Maaf Mas Marshal, sungguh saya tidak bermaksud seperti itu, Mas."
"Lara apa belum cukup kau membuat perasaanku begitu hancur hah? Apa belum cukup kau mempermainkan aku dan membuatku jadi pecundang seperti ini!"
"Mas, tolong saya tidak tahu apapun karena saya Cinta, bukan Lara."
"Kalau kamu bukan Lara, tunjukkan buktinya padaku!"
"Mas saya tidak tahu, saya tidak punya bukti apapun, saya bingung Mas, saya cuma gadis kampung."
Marshal yang dilanda emosi hanya bisa tersenyum menyeringai, lalu mendekat pada Cinta. "Besok kau pergi dari sini kan! Sekarang kita lakukan ritual perpisahan ini lagi seperti dua tahun yang lalu, dan jadilah pelacur bagiku sebelum kau kembali pada suamimu!"
"Pe-pelacur? Apa maksud Mas Marshal? Saya nggak ngerti Mas."
"Dasar wanita munafik!"
Marshal kemudian mendekat pada Cinta, lalu dengan penuh nafsu, dia mencium bibir Cinta. Cinta yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa diam, namun di relung hatinya yang paling dalam dia begitu bahagia karena Marshal mau menciumnya, meskipun ciuman itu karena Marshal menganggap dirinya sebagai Lara.
Marshal dan Cinta, yang kini begitu dipenuhi oleh nafsu tidak dapat mengendalikan perasaan mereka lagi. Marshal begitu merindukan wanita yang ada di depannya yang dia anggap sebagai Lara. Sedangkan Cinta, merasa bahagia karena dia bisa mendapatkan sentuhan dari Marshal, meskipun perbuatan itu sudah melenceng dari apa yang tertanam dalam jiwanya yang tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama.
Cinta begitu terbuai oleh Marshal, karena dia baru pernah melakukan semua perbuatan ini. Dia bahkan merasa begitu bahagia saat Marshal mulai menanggalkan pakaian mereka satu persatu, mencium leher dan memainkan gunung kembar miliknya. Puncaknya adalah saat Marshal memasukkan kejantannannya.
Cinta merasakan sebuah rasa sakit yang luar biasa, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan di saat itulah, Marshal pun merasakan sesuatu yang berbeda, tidak sama saat dia berhubungan badan dengan Lara dua tahun silam. Dan, ketika dia melihat ke arah bawah, dia begitu terkejut saat melihat noda darah pada sprei tempat tidurnya.
"TIDAKKKK.... SIAPA KAU!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Nia Nara
Tokoh utama di novel ini sama gampangannya. Gak lara gak cinta podo..
2023-10-10
0
Deviastryveads_
kan dia udah kata, bahwa dia cinta bukan lara shal🤦🏻♀️
2023-01-16
0
Deviastryveads_
begitu syulittt untuk di cegahhhh🤣
2023-01-16
0