Lara, Aku Datang

Marshal mengambil nafas dalam-dalam ketika melangkahkan kakinya di Surabaya. "Lara, aku datang." 

Dia lalu pergi ke sebuah hotel, tak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal Lara. Setelah itu, dia mendatangi alamat yang telah diberikan oleh Cinta.

Setelah sampai di rumah tersebut, Marshal lalu turun dari mobil, dan mendatangi seorang satpam yang tengah berjaga di rumah tersebut, tak lupa atribut penyamaran berupa kumis palsu, kacamata dan topi telah Marshal kenakan. Di sekeliling rumah yang ditinggali Lara, tampak beberapa orang anak buah Nicholas yang berjaga.

"Permisi Pak."

"Ya ada apa?"

"Apakah benar ini rumah Pak Nicholas?"

"Benar Mas, maaf ada keperluan apa ya, Mas?"

"Begini Pak, seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Nyonya Lara untuk membersihkan AC di kamarnya. Tapi karena saya sibuk, saya baru bisa datang hari ini."

"Oh begitu, sebentar saya tanyakan dulu pada Nyonya Lara. Maaf kalau boleh tahu, Mas namanya siapa ya?"

"Bilang saja nama saya Dino, dari desa sebelah."

"Baik, saya masuk dulu kedalam."

'Lara aku harap kamu masih mengingat nama itu,' batin Marshal.

...----------------...

FLASHBACK 18 TAHUN SILAM.

Seorang gadis kecil tampak menghampiri seorang anak lelaki yang menaiki sebuah ayunan.

"Hai."

Anak lelaki tersebut hanya meliriknya sekilas.

"Kamu kok diem aja? Kamu ga bisa ngomong ya?"

"Kata siapa aku ga bisa ngomong."

"Hahahaha." Gadis kecil itu lalu tertawa.

"Kenapa kamu menertawakanku?"

"Aku tidak menertawakanmu, aku hanya bahagia bisa membuatmu membuka suaramu."

Anak lelaki itu lalu mendengus kesal. "Bukankah kamu datang ke sini untuk menemaniku? Kenapa jadi aku yang harus menghiburmu?" kata gadis kecil itu.

"Aku sedih harus berpisah dengan Bunda di Panti dan teman-temanku."

"Apa Bunda itu baik?"

"Tentu, Bunda begitu baik dan menyayangiku."

"Mungkin sama seperti Mamaku, kata Opa Mama juga begitu baik. Tapiiiii..."

"Tapi kenapa?"

"Mama sudah pergi dan takkan pernah kembali."

"Hei jangan bersedih, bukankah tadi kau begitu ceria mengapa tiba-tiba kamu seperti ini."

Gadis kecil itu lalu menggeleng, air mata pun mulai jatuh dari kedua sudut matanya. "Hei gadis kecil, tak usah bersedih, lebih baik hari ini kita berteman. Bukankah kita sama-sama kehilangan seseorang yang kita sayangi?"

Gadis kecil itu lalu mengangguk dan mengarahkan jari kelingkingnya pada anak laki-laki itu. "Teman?"

"Teman," jawab anak lelaki itu.

"Hei kita sudah berteman tapi aku tak tahu namamu, namaku Lara. Namamu siapa?"

"Marshal" 

"Namamu begitu susah, bagaimana kalau aku memanggilmu dengan nama Dino? Karena kau tinggi besar seperti Dinosaurus. Hahahahahaha...."

"Dino? Kurasa itu nama yang sedikit aneh, tapi tak masalah bagitu, panggil aku sesukamu Lara."

"Baik, mulai hari ini aku memanggilmu Dino. Dino dari desa sebelah. Hahahaha..." ucap Yasmine sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa dari desa sebelah?"

"Karena aku tak tahu darimana kamu datang."

Mereka berdua lalu tertawa bersama-sama.

"Dino tetaplah di sampingku, aku ingin kita terus bersama, sepanjang hidup kita..."

"Tentu saja Lara...."

...----------------...

"Mas."

Lamunan Marshal buyar ketika mendengar suara satpam memanggilnya. "Ya Pak, bagaimana?"

"Silahkan masuk, Nyonya Lara sudah menunggu anda."

"Baik, terimakasih."

Marshal lalu masuk ke dalam rumah, ditemani oleh satpam tersebut. "Mas, itu Nyonya, silahkan tanyakan langsung pada Nyonya."

"Baik Pak, terima kasih."

Marshal pun melangkah mendekati sosok wanita yang kini sedang duduk di meja dekat dapur, wanita tersebut tampak sedikit kurus dibandingkan dengan saat terakhir dia bertemu, wajahnya pun layu tak seceria dulu. Hati Marshal begitu bergemuruh dan seluruh tubuhnya bergetar saat wanita itu membalikkan badannya. Hanya ada satu kata di dalam hatinya, Rindu. Rasa rindu yang teramat sangat pada satu-satunya wanita yang ada di hatinya.

Namun, saat dia akan mendekat pada Lara, wanita itu seakan memberi kode akan keberadaan CCTV di ruangan itu. Dengan gerakan tangan dia menyuruh Marshal mengikutinya ke arah dapur.

"Marshal..."

"Lara...."

Seketika Lara pun menghambur ke pelukan Marshal, tangis keduanya pun pecah. Marshal dan Lara, lalu berpelukan begitu erat. Kerinduan yang membuncah, membuat mereka tak bisa lagi menahan gejolak di dalam hatinya. Marshal yang tak mampu lagi menahan rindu di dadanya, langsung mencium bibir Yasmine dengan penuh gairah. Mereka pun saling memaggut sambil saling berpelukan satu sama lain, hingga hampir setengah jam lamanya.

"Lihat Marshal bibirku sampai berdarah," protes Lara.

"Hahahahaha... Aku terlalu merindukanmu, Sayang," jawab Marshal, mereka lalu tertawa bersama. "Lara, bagaimana keadaanmu?" Lara tak menjawab, hanya ada tangisan di wajahnya yang menggambarkan jika dirinya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Tenang Lara, aku akan membebaskanmu dari sini."

"Tapi ini tak mudah Marshal."

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin Lara."

"Marshal hati-hati begitu banyak CCTV di rumah ini, karena itu aku menemuimu di dapur ini, karena saat ini hanya dapur ini yang aman dari kamera CCTV."

"Lara tolong bantu aku, agar rencanaku berhasil."

"Apa yang bisa kubantu Marshal?"

"Aku akan membebaskanmu dari pintu belakang Lara, dan kita akan melewati pagar di samping kolam untuk keluar dari rumah ini. Tapi, tolong kamu bantu aku, tempelkan kunci pintu itu di kertas ini, lalu gambarkan pola dari kunci itu, aku akan membuat duplikat kunci itu, Ra."

"Iya Marshal."

Lara lalu mengambil kunci tersebut, kemudian menjiplak pola kunci ke sebuah kertas. "Sudah Marshal."

"Lara, saat kondisi rumah ini sudah gelap, tolong kau tutupi seluruh CCTV di rumah ini dengan kain agar mereka tak tahu kepergian kita."

"Itu hal mudah."

"Bagus, satu lagi Lara."

"Apa?"

"Lihat ini," kata Marshal sambil tersenyum, dan memberikan bungkusan kertas yang isinya berupa bubuk putih. Lara pun tertawa dibuatnya.

"Obat tidur? Itu hal mudah Marshal, aku bahkan selalu melakukannya pada bodyguardku dulu," jawab Lara.

"Aku tahu itu, dan kini kau harus melakukannya lagi, Ra."

"Baik, inilah keahlianku." 

"Sekarang aku pergi dulu sayang, nanti pukul 01.00 dini hari aku kembali lagi ke sini."

"Baik berhati-hatilah, Marshal."

"Jaga dirimu, Lara."

Marshal lalu pergi meninggalkan rumah itu. Saat melewati anak buah Nicholas, dan satpam yang berjaga, mereka menyapa Marshal dengan begitu ramah. 'Bagus, tak ada yang mencurigaiku,' batin Marshal. Dia lalu mengambil ponsel miliknya. "Tigor, awasi gerak-gerik anak buah Nick, dan persiapkan halaman belakang rumah, agar aku mudah memasuki rumah itu."

"Baik Tuan."

***

Malamnya pukul 01.00 dini hari, Marshal sudah bersiap di belakang rumah. "Tigor, bagaimana penjagaan di depan?"

"Aman, pukul 11 malam Non Lara sudah memberikan obat tidur pada mereka."

"Bagus, sekarang kalian berjaga di sini."

"Baik."

Marshal lalu memasuki rumah tersebut dengan menaiki tembok belakang, lalu mengendap-endap memasuki rumah itu lewat pintu belakang. Dan ternyata, Lara pun sudah menunggunya.

"Lara, dimana Nicholas?"

"Dia sudah tidur."

"Kau juga memberikan obat tidur padanya?"

Lara hanya tersenyum nakal pada Marshal. "Anak pintar," jawab Marshal sambil mengacak-acak rambut Lara.

"Ayo kita pergi dari sini."

Lara lalu mengangguk dan mengikuti Marshal berjalan ke halaman belakang. "Lara, naiklah ke punggungku, lalu panjat tembok itu, di luar sudah ada Bang Tigor yang akan membantumu untuk turun."

"Iya Shal."

Lara lalu memanjat tembok, kemudian diikuti dengan Marshal di belakangnya. "Yes, berhasil! Aku bebas Marshal!"

"Jangan berisik Lara."

"Ups... Sorry..."

Setelah berhasil keluar dari rumah tersebut, mereka kemudian berlari ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari rumah itu. Tigor dan ketiga anak buahnya pun mengikuti dari belakang.

"Tigor, tolong perintahkan salah satu dari anak buahmu untuk berjaga disini, dan laporkan semua gerak-gerik Nicholas dan anak buahnya."

"Baik bos."

Tigor lalu memerintah Reza, salah satu anak buahnya untuk berjaga, sedangkan Fandi, Doni, dan Tigor mengikuti Marshal untuk berjaga di hotel.

Sesampainya di hotel, Marshal menyuruh Tigor dan anak buahnya untuk berjaga di lobi. "Tigor tolong jaga jangan sampai ada anak buah Nicholas yang memasuki hotel ini, kami akan berangkat ke Jakarta pukul delapan pagi. Kondisikan agar tetap aman."

"Baik bos."

Terpopuler

Comments

Tiahsutiah

Tiahsutiah

ko aku yg jadi deg deg an ya, semoga marshal dan lara selamat sampe jakarta.

2023-01-17

0

Linda Purwanti

Linda Purwanti

Klo blm smpk jktr blm tenang semoga berhasil Lara dan Marshal
lanjuuuuut ka weny

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!