Sepucuk Surat

"TIDAKKKK! Siapa kau? Kau ternyata bukan Lara!"

"Mas Marshal, bukankah sudah berulang kali saya ngomong kalau saya itu Cinta, bukan Lara."

"Bodoh! Aku benar-benar bodoh! Arghhhhh... Brengsekkk!" teriak Marshal.

"Mas Marshal kenapa? Apa ada yang salah sama Cinta? Mas Marshal nyesel udah nglakuin ini sama Cinta? Ya biarpun belum sepenuhnya masuk sih, tapi kita udah kaya ginian kan, Mas?"

"Tentu saja karena kesalahan terbesarku adalah sudah menyentuhmu Cinta! Aku sudah begitu bodoh tidak percaya kalau kau adalah Cinta! Bukan Lara! Aku begitu bodoh karena aku selalu mengira kalau kau adalah Lara! Amarahku pada Lara yang membuat logikaku tertutup, padahal kalian berbeda! Kerinduan pada Lara telah membutakan nuraniku hingga aku bisa bertindak sejauh ini!"

Hati Cinta seakan ditusuk pisau mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Marshal. Padahal, beberapa menit yang lalu dia begitu bahagia karena merasa telah mendapatkan jiwa Marshal. Namun, kini dia harus mengalami kejadian yang begitu pahit, Marshal tampak begitu menyesali apa yang telah diperbuat olehnya. Bahkan, Marshal memilih mengakhiri percintaan mereka sebelum mereka menikmati permainan itu.

"Maafkan aku, hapus air matamu lalu segera pakai bajumu!"

Cinta lalu memakai kembali pakaiannya, meskipun dengan hati yang begitu sakit. Hingga akhirnya, dia memberanikan diri bicara pada Marshal.

"Mas Marshal .."

"Ada perlu apalagi Cinta?"

"Jadi Mas sudah percaya kan kalau saya Cinta, bukan Lara."

"Tentu, sekarang aku percaya padamu."

"Emh gini, Mas. Karena Mas Marshal udah percaya sama saya. Saya mau menceritakan sesuatu hal sama Mas Marshal."

"Apa yang mau kamu ceritakan?"

"Mas, sebenarnya saya datang ke rumah ini karena diperintah oleh seseorang."

"Diperintah oleh seseorang? Siapa yang sudah memerintahkanmu Cinta?"

"Mba Lara, Mas."

"Apaaaa LARAAAA?"

"Jadi kamu sudah pernah bertemu dengan Lara? Dimana dia sekarang Cinta? Apa keadaannya baik-baik saja?"

"Mba Lara saat ini ada di Surabaya Mas, dia baik-baik saja. Mas Marshal, sebenernya saat itu, Mba Lara bukannya pergi sama Tuan Nick, tapi dia sebenarnya diculik dan tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan kalian. Tuan Nicholas juga yang menyuruh Mba Lara membuat surat agar kalian nggak cari dia, dan tentang pernikahan dia sama Tuan Nicholas, semua Mba Lara lakukan karena ancaman dari Tuan Nicholas, Mas."

"Kenapa dari awal, kau tidak bilang kalau Lara yang menyuruhmu datang ke rumah ini, hah?"

"Bukankah kalian tidak ada yang percaya padaku? Kalian selalu menuduhku sebagai Lara, bahkan saya tidak pernah sama sekali diberi kesempatan untuk bicara."

Marshal pun menghela napas kasarnya, dan menyadari jika selama ini dia dan Arya tidak pernah mau bicara pada Cinta.

"Stupid, seharusnya aku sadar kamu itu sangat berbeda dengan Lara! Aku memang bodoh!"

"Mas Marshal, tunggu disini sebentar. Saya mau mengambil titipan dari Mba Lara untuk Mas Marshal dan Tuan Arya."

Cinta lalu pergi meninggalkan kamar Marshal. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan membawa sebuah surat dan flashdisk. Cinta kemudian menyerahkan kedua barang itu pada Marshal.

"Apa ini?"

"Ini titipan dari Mba Lara," ucap Cinta sambil memberikan sepucuk surat dan flashdisk. Marshal kemudian membuka surat itu.

...----------------...

Untuk Opa dan Marshal:

Maafkan aku yang sudah menghilang dua tahun ini tanpa ada kejelasan dan kabar. Aku sebenarnya tidak pernah bermaksud meninggalkan kalian dengan cara seperti ini. Sungguh pagi itu aku tak tahu akan menjadi pertemuan terakhirku dengan kalian semua. Saat Marshal mengantarkanku ke kampus, tiba-tiba Nick membekapku hingga aku tidak sadarkan diri.

Aku tak tahu dimana keberadaanku, saat aku bangun aku ada di sebuah kamar yang bahkan tidak memiliki jendela sama sekali. Ponselku pun diambil olehnya. Aku begitu putus asa sampai beberapa kali hampir bunuh diri. Tapi berkali-kali mereka berhasil mencegahku, aku sangat frustasi hingga akhirnya aku mengalami keguguran.

Aku dipaksa menikah dengan Nicholas. Dia mengancam akan membunuh Opa, jika aku tak mau menuruti kata-katanya. Aku begitu takut sesuatu terjadi pada Opa sehingga aku pun menurutinya. Saat itu aku juga dipaksa membuat surat yang menyatakan jika aku sudah menikah dengan Nicholas dan meminta kalian untuk tidak mengurusi kehidupanku lagi.

Setelah itu, aku pun akhirnya tahu rencana busuk mereka yang sebenarnya, jika mereka semua ingin merebut perusahaan milik Opa. Mereka tahu sebentar lagi usiaku menginjak umur 23 tahun, yang artinya secara sah kepemilikan perusahaan ada di tanganku bukan di tangan Opa.

Marshal tolong bebaskan aku, aku begitu merindukan kalian semua. Marshal hanya kamulah satu-satunya orang yang kucintai, meskipun aku dan Nicholas memiliki ikatan sebagai sepasang suami istri, dia tidak pernah kuperbolehkan untuk menyentuhku, percayalah aku hanya milikmu Marshal.

Aku juga memberikan bukti kejahatan mereka yang tersimpan di dalam flashdisk.

Salam hangat.

Lara.

...----------------...

Setelah selesai membaca surat itu, Marshal langsung menangis sambil terus berteriak.

"LARAAAAAAAAA!!!! Maafkan aku Lara, maaf aku tidak pernah bisa menjagamu dengan baik. Maafkan aku karena aku tak pernah bisa melindungimu hingga kamu begitu menderita seperti ini! Maafkan aku Lara, maafkan aku...."

Cinta kemudian memegang pundak Marshal. "Sudahlah Mas Marshal, yang terpenting saat ini Mas Marshal sudah tahu keadaan Mba Lara, ayo kita cari cara untuk membebaskannya, Mas!"

Marshal pun mengangguk. "Cinta, kamu tahu kan Lara sekarang ada dimana?"

"Tentu Mas, aku akan berusaha membantu kalian."

"Cinta, kamu juga tentu tahu bagaimana cara agar aku bisa berkomunikasi dengan Lara kan?"

"Ya Mas sebentar saya hubungi Mba Lara dulu."

Cinta lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Lara. Sedangkan Marshal tampak begitu resah saat Cinta mencoba beberapa kali menghubungi Lara, namun belum juga mendapat respon. Marshal merutuki kebodohannya sendiri karena tidak pernah percaya pada perkataan Cinta. Jika sejak awal dia memberi kesempatan pada Cinta, mungkin saat ini dia sudah bertemu dengan Lara. Akhirnya setelah sepuluh menit lamanya, panggilan video call itu pun diangkat Lara.

[Maaf Cinta, tadi lagi ada Nick.]

[Gapapa Mba, ini ada yang mau bicara sama Mba Lara.]

[Jadi lu udah berhasil yakinin Opa dan Marshal, Cinta?]

Cinta hanya mengangguk, dia lalu memberikan ponselnya pada Marshal. Marshal pun menerima ponsel itu disertai perasaan yang begitu berkecamuk. Apalagi, saat melihat wajah Lara di layar ponsel itu, beberapa saat mereka hanya saling menangis. Cinta yang melihat sepasang kekasih itu sedang melepas rindu juga ikut menangis, bukan tangis haru tapi tangisan rasa sakit yang kini terasa begitu dalam.

Rasa sakit saat melihat kenyataan bahwa orang yang diam-diam dicintainya selama satu minggu terakhir, ternyata mencintai wanita lain. Bahkan, rasanya jauh terasa lebih sakit karena dia telah memberikan kehormatannya pada laki-laki yang tidak mencintainya itu.

[Lara sayang, aku janji akan membebaskanmu secepatnya. Aku sangat merindukanmu, Ra.]

Lara pun menganggukkan kepalanya, namun saat dia akan membuka mulutnya, tiba-tiba sebuah suara membuat mereka begitu terkejut.

"Apa yang telah kau lakukan Lara? Berani-beraninya kamu bermain-main di belakangku, hah? Sekarang rasakan akibatnya karena kamu telah mengkhianatiku!" Detik berikutnya, sambungan telepon pun terputus.

"Laraaaaaaa...." teriak Marshal sambil menangis.

"Mas jangan sedih, ayo kita berusaha bebaskan Lara!"

"Kamu benar Cinta, aku akan melakukan apapun untuk membebaskan Lara."

Marshal lalu membuka laptop miliknya, di flashdisk itu terdapat beberapa file yang berisi kejahatan Nicholas yang berhasil Lara rekam melalui video tersembunyi, di file lain bahkan terdapat dokumen penjualan saham pada Arya. Sebuah bukti yang Opanya saja tidak miliki, namun berhasil Lara dapatkan.

"Ck... Anak pintar...." decak Marshal sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Tenang saja Mas Marshal, Cinta yakin Mba Lara akan baik-baik saja. Dia gadis yang pintar dan kuat, dia pasti akan bisa melewati semua ini."

"Kamu benar Cinta." 

"Iya Mas, kalo gitu permisi saya pamit ke kamar saya dulu." Saat Cinta akan pergi meninggalkan kamar Marshal, tiba-tiba Marshal mencekal tangannya. "Cinta, sekali lagi maafkan aku. Kamu jadi kehilangan sesuatu hal yang paling berharga dalam hidupmu."

"Tak apa Mas," jawab Cinta, mencoba untuk terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya hatinya terasa begitu sakit.

Terpopuler

Comments

Nami chan

Nami chan

kan harusnya tau cinta kalo marshal ama lara saling cinta, bahkan udh cerita lara nya 😖

2023-11-30

0

Linda Purwanti

Linda Purwanti

Cinta hatimu sungguh mulia wlo km begitu sakit karna cinta yg tidak terbalas berkorban demi kembaranmu
Marshal jgn buang waktu jlskan semua sm opa cepat kasihan Lara yg 2thn tersekap oleh nick

2023-01-17

0

anakmama

anakmama

𝘪𝘫𝘪𝘯 𝘬𝘬... 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘺𝘢 𝘬𝘬 𝘬𝘦 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘶𝘥𝘶𝘭 𝘬𝘦𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘰𝘬.... 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!