Tiba Di Jakarta

Marshal dan Lara lalu masuk ke dalam kamar hotel. Lara kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, diikuti Marshal di sampingnya.

"Istirahatlah Lara, besok pagi kita akan pulang ke Jakarta. Kamu pasti sudah sangat merindukan Opa."

Mendengar kata-kata Marshal, Lara lalu memeluk tubuh Marshal. "Aku juga merindukanmu Marshal, sudah dua tahun ini kita nggak ketemu."

"Apa kamu nggak cape, Ra?"

"Rasanya lebih melelahkan penantian selama dua tahun ini, Shal," jawab Lara lalu mencium bibir Marshal. Keduanya kemudian saling berciuman penuh gairah.

"Marshal, sekarang aku mau bales perbuatanmu tadi siang."

"Bisa apa kamu, Ra.... Hahhahahhaha..."

"Lihat ini," jawab Lara sambil menggigit bibir Marshal.

"Hahahaha, dasar nakal." 

Marshal lalu memeluk tubuh Lara, mencium bagian leher dan membuka seluruh pakaian milik wanita itu.

"Marshal, kamu memang selalu luar biasa."

"Kamu yang membuatku seperti ini."

Dessahan dan errangan semakin menggema di kamar hotel yang menjadi saksi sepasang kekasih untuk melepas rindu. Marshal dan Lara kini tertidur di atas ranjang dengan bercucuran peluh. "I love you," ucap Marshal.

"Love you too."

"Masih mau menikahlah denganku, Ra?"

"Sure, kita harus bicara sama Opa."

"Urusi dulu perceraianmu, Ra," ledek Marshal.

"Hahahaha...." 

Semalaman mereka terjaga, saling melepas rindu dan berbagi cerita tentang kehidupan selama dua tahun yang begitu berat. Terkadang isak tangis terdengar, terkadang juga ada canda tawa yang keluar dari bibir mereka. Sampai akhirnya jarum jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, Marshal menyuruh Lara untuk mandi.

"Ra, mandi sekarang yuk. Sebentar lagi kita pulang."

"Hmmm..." jawab Lara.

"Apa kamu mau kumandikan?"

Lara pun terkekeh. "Dasar messum! Hahahahaha..."

"Jadi kamu nggak mau?"

"Baiklah, mandiin aku, Shal. Hahhahhahaa..."

Marshal lalu mengangkat tubuh Lara ke dalam kamar mandi. "Ahhhhh.... Marshal...."

****

Satu jam kemudian mereka sudah ada di Bandara. Tigor juga ikut mengawal mereka, meskipun mereka menaiki jet pribadi milik Arya, tapi tetap saja mereka harus tetap waspada.

"Cepat Ra, sebentar lagi kita akan aman."

 "Iya Shal."

Mereka akhirnya dapat menghembuskan napas panjangnya saat sudah berada dalam jet pribadi milik Arya.

"Bagaimana Tigor? Apa kau sudah menanyakan pada Reza keadaan rumah Nicholas?"

"Tampaknya Nicholas masih belum menyadari kepergian Nona Lara, Tuan. Rumah itu tampak sepi, tadi Doni sempat mendekati rumah itu untuk berpura-pura menanyakan alamat namun tak ada jawaban dari rumah itu. Bahkan satpam dan anak buah Nicholas tampak masih tertidur di halaman."

"Bagus," jawab Marshal. Lara kemudian meletakkan kepalanya di dada Marshal. "Aku ngantuk, Sayang."

"Tidurlah, nanti kalau sudah sampai aku bangunkan."

Lara kemudian menganggukkan kepalanya lalu memejamkan matanya. Sementara Marshal, tampak mengecup puncak kepala Lara.

 ***

Setalah melalui penerbangan selama satu setengah jam, mereka pun akhirnya sampai di Jakarta. Lara tampak begitu bahagia, akhirnya dia dapat kembali berkumpul dengan keluarganya.

"Marshal, aku nggak nyangka aku bisa kembali lagi ke kota ini. Sungguh saat itu aku benar-benar sudah putus asa, hingga akhirnya datanglah Cinta, dialah Dewi Penolongku...."

DEG

Jantung Marshal pun seakan berhenti berdetak, saat mendengar nama Cinta disebut. Perasaan bersalah kian menghantui dirinya, perasaannya semakin berkecamuk saat membayangkan bagaimana jika Lara tahu dia sudah mengambil kesucian Cinta, meskipun mereka tidak melanjutkan percintaan mereka. Tapi, jika Lara tahu, tentu dia akan sangat terluka.

"Shal, kok diem?"

"Gapapa, cuma lagi cari supir jemputan Opa."

"Ohhh..."

"Itu dia Ra, yuk kita pulang sekarang!"

Lara dan Marshal, diikuti Tigor lalu melangkahkan kakinya menaiki sebuah mobil yang sudah dipersiapkan Arya untuk menjemput mereka. Beberapa saat kemudian, akhirnya mobil itu pun sampai di mansion milik Arya.

Lara tak dapat lagi menahan air mata di pipinya, kini air matanya begitu deras mengalir membasahi wajahnya. Apalagi, saat dia membuka pintu rumah itu, dan melihat Opa-nya sedang duduk menunggunya di ruang tamu. Lara kemudian berlari dan menghambur memeluk Arya.

"Lara, maafkan Opa. Maaf Opa sudah begitu bodoh terlalu percaya pada apa yang telah kau tuliskan di surat itu, seharusnya Opa sadar jika kamu sudah berubah dan tidak begitu saja mempercayai kata-kata di surat itu. Maafkan Opa Lara sehingga membuatmu menderita terlalu lama, maaf Opa tidak bisa menjagamu dengan baik," sesal Arya sambil terisak.

"Sudahlah Opa, semuanya sudah berlalu. Lara sekarang sudah pulang lagi ke rumah ini kan? Tidak ada yang perlu disesali karena setiap kejadian pasti ada hikmahnya."

"Kau benar sayang, tapi banyak waktumu yang terbuang percuma. Kamu sudah menghabiskan dua tahun ini dengan penderitaan, saat hidup bersama mereka. Mereka semua memang BRENGSEKKKKK!"

"Opa, tenangkan diri Opa. Untuk saat ini yang terpenting Lara baik-baik saja, dan sudah kembali ke rumah ini dengan selamat."

Lara lalu mendekat pada Cinta. "Terimakasih Cinta, semua ini karenamu, tanpamu entah kapan semua penderitaanku akan berakhir."

"Sama-sama Lara, selamat bisa berkumpul dengan keluargamu kembali. Sekarang, tugasku sudah selesai, sudah saatnya aku kembali ke rumah. Besok pagi aku akan pulang, Lara."

"Tenang saja Cinta, aku akan memberikan apa yang telah kujanjikan padamu."

"Tidak usah Lara, aku ikhlas menolongmu."

"Emhhh Cinta, sebaiknya kau jangan pulang dulu. Tetaplah di rumah ini sampai situasinya aman," sela Arya.

"Maksud Tuan?"

"Cinta, akan sangat berbahaya bagimu untuk pergi dari rumah ini karena pasti saat ini Nicholas sedang mencari keberadaan Lara. Lihatlah fisikmu yang sangat mirip dengan Lara, akan sangat berbahaya bagi keselamatanmu."

"Tapi Tuan..."

"Tenang saja Cinta, aku sudah menyuruh anak buahku untuk memberikan gajimu pada orang tuamu."

"Tapi saya tidak pernah melakukan pekerjaan apapun selama saya di rumah ini Tuan, kenapa Tuan menggaji saya?"

"Kamu memang bukan pembantu di rumah ini Cinta, tapi saya menganggap kamu sebagai orang yang sangat berjasa, karenamu saya bisa bertemu dengan cucu saya kembali."

"Benar apa yang dikatakan Opa, Cinta. Kamu disini saja sampai situasinya aman, kehidupan orang tuamu juga akan kami cukupi," timpal Lara.

Sebenarnya Cinta pun senang masih diijinkan tinggal di rumah itu, karena itu artinya dia bisa bertemu dengan Marshal.

"Maaf jika saya jadi merepotkan kalian semua."

"Jangan pernah berfikir seperti itu Cinta, kamu tidak pernah merepotkan kami," sahut Lara sambil memeluk Cinta.

"Lara, sebaiknya kamu istirahat saja dulu. Opa tahu semalam adalah saat-saat yang paling menegangkan dalam hidupmu, pasti kamu belum tidur kan?"

"Iya Opa."

"Cinta, temani Lara masuk ke dalam kamar."

"Baik Tuan."

"Sudah berulangkali saya katakan Cinta, jangan panggil Tuan, panggil saja Opa."

"Baik Opa."

Lara dan Cinta lalu masuk ke dalam kamar. Sedangkan Marshal tampak mendekat pada Arya. "Bagaimana situasi di sana, Marshal?"

"Menurut anak buah saya, Nicholas sedang marah dan kalang kabut mencari Lara, Opa."

Arya lalu tertawa terbahak-bahak. "Kita akan mulai membuat perhitungan dengan mereka."

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Nami chan

Nami chan

lara ga cerita kalo ada penembak jitu suruhan nick yg mata2in opa nya

2023-11-30

0

Tri Soen

Tri Soen

Tapi emak kok kasian ya sama Cinta ...Marshal gimana tuch udah menodai Cinta tapi dia sangat mencintai Lara 😔

2023-02-07

0

Tiahsutiah

Tiahsutiah

alhamdulilah akhir nya lara sdh kumpul lagi sama opa nya,
cinta lupakan marshal ya karna ia hanya mencintai lara,

kak weny hadir kan lah pria yg baik buat jodoh nya cinta, agar tak mengganggu hubungan marshal dan lara

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!