First Kiss

"Nicholas? Oh, nama yang bagus dan indah."

Nicholas hanya terdiam dan memainkan ponselnya dengan acuh. "Nicholas, aku Lara."

"Ga nanya," jawab Nicholas yang membuat Lara kesal. Namun, dia tetap mencoba bertanya pada Nicholas. "Emhh... Nicholas, rumah kamu dimana?"

"Bukan urusanmu," sahut Nicholas yang membuat Lara semakin kesal, namun juga membuatnya merasa semakin penasaran. Lara kemudian membalik tubuhnya sambil mengepalkan tangannya.

Setelah jam kuliah selesai, Lara tampak bangkit dari kursinya dengan begitu tergesa-gesa. "Gaes, gue cabut dulu ya, udah dijemput Marshal nih!"

"Cie.., cie..," ledek Jesica, dan Kesya, tapi dihiraukan begitu saja oleh Lara. Dia kemudian masuk ke dalam lift. Saat pintu itu akan tertutup, tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan pintu lift tersebut.

'Dia lagi,' batin Lara saat melihat Nicholas yang masuk ke dalam pintu lift tersebut dan membuat Lara mendesah pelan. Namun, saat mereka baru turun satu lantai, tiba-tiba lift itu terhenti.

"Loh, kok tiba-tiba berhenti sendiri. Astaga, Ya Tuhan, yang diluar. Tolong.., tolong gue. Gue terjebak di dalam lift, tolong helow..."

"Heiiii, ga usah bar-bar deh, ga bakalan ada yang dengerin teriakan lu! Mending lu hubungi petugas keamanan aja deh."

"Eh kok gue, lu aja dong! Lu kan cowo, tuh buruan ada nomernya emergency kan?"

"Dasar manja!" gerutu Rio sambil mengambil ponsel di dalam saku celananya.

"Sial ga ada sinyal lagi."

"Trus gimana dong?"

"Ya tunggu aja, pasti ada yang nolongin kok."

"Berapa lama?"

"Ya ga tau lah emang gue dewa penolong? Udah berdoa aja semoga cepat ada yang nolongin."

Lara lalu duduk di lantai lift, tubuhnya terasa begitu lemas membayangkan apa yang terjadi dengan dirinya jika pertolongan tidak datang. Tanpa sadar, air mata kini mulai membasahi pipinya.

"Udah jangan nangis, cengeng banget sih cuma kaya gini doang pake acara nangis."

"Gue takut ga bisa ketemu Opa lagi," jawab Lara sambil menangis tersedu-sedu. Semakin lama, tangisan Lara pun membuat Nicholas merasa iba. Dia lalu menyandarkan Lara yang tengah menangis di pundaknya.

Perasaan Lara begitu campur aduk, antara sedih dan takut. Tapi juga begitu bahagia karena akhirnya dia bisa sedekat ini dengan Nicholas, si pria dingin yang selalu bersikap acuh padanya. Bahkan, kini dia bersandar di atas bahunya.

Setengah jam berlalu, tapi pertolongan tak kunjung datang. Lara yang kian panik wajahnya kini berubah menjadi sangat pucat. Nicholas pun mulai merasa khawatir dan berusaha menenangkannya.

"Nick, gimana kalo kita mati di sini?"

"Lara... Lara dengerin gue, kita akan selamat, kita akan baik-baik saja. Lu harus kuat, lu harus bertahan," sahut Nicholas sambil memegang wajah Lara, dan menatapnya dengan tatapan yang begitu dalam. Wajah cantik milik Lara, akhirnya membuatnya begitu sulit memutuskan tatapan itu.

Posisi mereka yang begitu dekat, dan suasana dalam lift yang sunyi membuat keduanya tenggelam dalam suasana yang tiba-tiba berubah menjadi romantis, meskipun di balik itu ada rasa cemas di dalam hati mereka masing-masing.

Getaran di dalam hati yang terasa begitu kencang, serta tangisan Lara, membuat Nicholas mendekap tubuhnya begitu erat. Saat pandangan mereka beradu, gejolak di dalam hati mereka masing-masing membuat keduanya semakin mendekatkan wajah mereka, hingga tanpa sadar bibir keduanya kini telah bersentuhan, dan saling memagut satu sama lain.

Ciuman yang hangat dan lembut membuat mereka terbuai akan kenikmatan. Hingga tiba-tiba, ciuman itu terhenti saat terdengar suara keras yang memecah keheningan.

"Maaf," ucap Nicholas. Lara hanya mengangguk, dan menatap Nicholas dengan tatapan datarnya. Tepat di saat itulah, pintu lift itu pun berhasil dibuka.

Jesica dan Kesya, lalu menghambur ke arah Lara, saat dia keluar dari dalam lift yang baru saja berhasil dibuka oleh beberapa orang petugas. "Lara lu gapapa kan? Kita udah cemas banget mikirin lu."

"Gue gapapa kok, cuma ya sempet syok sedikit tadi."

Lara kemudian melirik pada Nicholas yan berjalan melewati dia dan teman-temannya. "Jadi lu berduaan sama dia di dalem? Eh, jangan-jangan lu malah enak-enakan pacaran lagi sama Nicholas."

"Enak aja, gue rasanya udah mau mati malah kalian nuduh gue macem-macem." 

"Noh, pangeran lu. Dari tadi dia panik banget loh! Dia yang cari bantuan sana sini waktu lu di dalem," ucap Jesica sambil menunjuk Marshal yang saat ini berdiri tak jauh dari mereka. Dan hanya menatap Lara dengan tatapan datarnya.

"Panik darimana? Kalem gitu, mungkin dia sebenarnya malah seneng kalo gue mati di dalem lift."

"Idih, dia itu sok jaim tau. Yakin deh, Marshal sebenernya suka sama lu."

"Udah ah, males gue ngomongin dia mulu. Kita ke mall aja yuk, buang penat."

"Ajak Marshal sekalian dong, kita kan pengen sekali-kali dekat sama Marshal, ah so sweet," sahut Kesya.

"Ih males ah ngajak orang kaya dia. Lagian kalian ngapain sih kok bisa-bisanya suka sama tipe cowok kaya Marshal."

"Lu aja yang belum sadar Lara, pesona cowok cool dan ganteng kaya gitu ga pernah lu lirik."

'Ganteng apanya?' batin Lara.

"Udah selese ngobrolnya? Kita pulang sekarang!" sahut Marshal yang saat ini ternyata sudah berdiri tak jauh dari mereka.

"Gue mau ke mall dulu, Marshal."

"Nggak, kita pulang sekarang!"

"Ke Mall!"

"Pulang!"

"Aku mau pergi, Marshal!" bentak Lara.

Tiba-tiba, Marshal mendekat ke arahnya, lalu menggendong tubuh Lara ke atas bahunya.

"MARSHAL!"

 

 

 

Terpopuler

Comments

Tiahsutiah

Tiahsutiah

lara kenapa kau malah menyukai s Nicholes padahal marshal mebcintai mu dengan tulus

2023-01-15

0

Linda Purwanti

Linda Purwanti

lara emg menyebalkan udah narshsl bawa aja

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!