Yoga baru saja selesai mandi saat mendapat telepon dari Rei. Rei adalah salah satu anak basket yang ia latih. Wajar jika ia dan Rei sudah kenal.
Setelah menjawab telepon dari Rei, Yoga langsung menuju ke kantor polisi. Ia yang juga seorang pengacara itu tidak bisa menolak permintaan Rei. Sebenarnya Yoga bisa saja meminta anak buah nya untuk mengurus masalah Jessi tapi ia tidak enak dengan Raka dan Ayu. Apalagi Ayu mempercayai Rei sebagai pengacaranya. Sedangkan untuk Raka ada Daniel yang menjadi pengacaranya.
Yoga sampai di kantor polisi. Ia melihat Rei dan Jessi duduk termenung di ruang tunggu.
“Rei, apa kau baik-baik saja?” Sapa Yoga yang sudah berdiri di hadapan Rei.
“Rei baik-baik saja, kak.”
Yoga tidak menyapa Jessi, ia hanya melirik sekilas Jessi lalu kembali fokus pada Rei. Yoga meneliti tubuh Rei dari ujung kepala sampai kaki memastikan apakah bocah laki-laki itu benar-benar tidak mendapat luka saat kecelakaan.
“Kak, aku juga disini. Kenapa kau hanya menyapa Rei?” Sungut Jessi kesal. Ia merasa Yoga lebih peduli pada Rei dari pada dirinya.
“Kau sudah dewasa dan sepertinya baik-baik saja, untuk apa saya menanyakan mu.” Ucap Yoga datar tanpa menatap Jessi. Yoga berjalan melewati Jessi untuk menemui pihak kepolisian.
“Selalu saja cuek, untung tampan jika tidak sudah ku tendang jauh-jauh.” Gerutu Jessi mengikuti Yoga.
“Sebentar lagi aku pasti terjebak pada dua orang itu.” Gumam Rei menyusul Jessi.
Yoga berbincang dengan pak polisi untuk menyelesaikan masalah Jessi. Untunglah pihak kakek tua itu mau berdamai. Ya, seharusnya memang berdamai karena kecelakaan itu bukan sepenuhnya salah Jessi.
“Maaf, pak. Apa Jessi boleh meminta alamat kakek tua itu?” Tanya Jessi menyela di obrolan pak polisi dan Yoga.
“Untuk apa kau meminta alamatnya, jangan macam-macam!” Ancam Yoga dengan sorot mata tajam.
“Jessi hanya ingin menjenguk, kak. Apa salahnya?Jessi juga mau minta maaf secara langsung, apa tidak boleh?” Bukan Jessi jika tidak bisa membuat orang lain jatuh hati pada kepribadiannya.
“Boleh, nona. Saya akan beri tau alamat kakek itu, sebelumnya beliau juga meminta bertemu anda. Namun, karna kakinya kesleo beliau harus langsung pulang ke rumah.” Sahut pak polisi.
“Kak Yoga dengar, kan, apa yang di bilang pak polisi, kakek itu mau ketemu Jessi juga.” Melirik Yoga dengan sengit.
“Terserah kau saja.”
“Apa kita sudah bisa pulang?” Rei menimpali, bocah itu sudah malas berlama-lama di kantor polisi.
Jessi pun menatap Yoga meminta jawaban, sama seperti Rei, ia juga ingin pulang.
“Iya, kita pulang!Tunggu saya di depan. Saya akan berbicara dengan pak komandan lalu menyusul.”
Rei dan Jessi mengangguk. Mereka berjalan menuju pintu masuk. Seraya menunggu Yoga, Rei bermain game di ponselnya. Sementara Jessi sibuk berkaca dengan cermin mungil ajaibnya. Ia terus melihat dirinya di kaca, apakah wajahnya masih tetap cantik atau tidak. Apakah lipstiknya luntur atau tidak. Padahal lipstiknya tidak akan luntur karna mahal.
“Masuk!” Yoga membawa mobilnya di depan pintu masuk. Jessi dan Rei pun langsung masuk ke dalam mobil.
Jessi tentu saja masuk ke mobil bagian depan agar bisa duduk di sebelah Yoga. Dan, Rei di belakang.
“Kak, berapa nomor rekening kakak?” Tanya Jessi memecah keheningan.
“Untuk apa kau butuh nomor rekeningku?
“Tentu saja untuk mengganti uang Kakak yang sudah terpakai untuk mengurusi masalah ini.” Ucap Jessi lembut.
“Tidak perlu.”
“Baiklah, aku akan langsung menghubungi sekertarismu. Atau bagian keuangan firma hukummu.” Jawab Jessi santai.
“Saya bilang tidak perlu ya tidak pelru, Jes!”
“Bodo amat.” Jessi membuka kaca mobil dan melihat ke arah luar mobil.
“Awas kau berani menghubungi sekertaris atau siapapun di firma saya. Saya tidak akan pernah membantumu lagi.” Ancam Yoga tegas.
Jessi takut dengan ancaman Yoga.
“Iya,iya.”
“Iya, iya apa?”
“Jessi tidak akan menghubungi mereka.” Ucap Jessi.
“Kalian dari mana jm segini?” Yoga melirik Rei yang sibuk dengan ponselnya.
“Beli buku, kak. Makasih ya kak sudah bantu Rei dan kak Jessi.” Balas Rei.
“Sama-sama, Rei.”
“Kak, siapa dia?” Jessi akhirnya ingat dengan perempuan yang pernah berfoto dengan Yoga.
“Kamu tidak perlu tau.”
“Perlu!” Jessi kesal.
“Untuk apa?”
“Aku harus memastikan dia saingan yang berat atau tidak.” Jawab Jessi santai. Ya, Jessi tidak pernah menutupi rasa sukanya pada Yoga. Itulah yang membuat Yoga bersikap dingin pada Jessi.
“Saingan apa maksudmu, jangan berpikiran yang tidak-tidak.” Yoga tidak mau Jessi bertanya lebih. Ia malas meladeni sikap Jessi.
“Saingan untuk menjadi pacar kakak. Kakak tau, kan, Jessi suka sama kak Yoga.” Benar-benar tidak merasa canggung sama sekali Jessi mengatakan suka pada Yoga.
“Jangan bicara omong kosong, Jes.”
Mereka pun sampai di kediaman Raka. Jessi dan Rei turun dari mobil Yoga. Sementara Yoga memarkir mobilnya, Yoga akan mampir untuk menjelaskan kecelakaan yang baru saja dialami Jessi dan Rei pada Raka dan Ayu.
“Loh non kok sama Tuan Yoga, mobil non dimana?” Tanya Bi sum anak mbok Iro yang sekarang menjadi pembantu dirumah Jessi menggantikan mbok Iro yang sudah pensiun.
“Kantor polisi, Bi.” Jawab Jessi yang diangguki oleh Rei.
“Tolong panggilkan Daddy dan mommy, Bi.” Ucap Rei meminta tolong.
“Baik, Tuan.”
“Duduk, kak.” Mempersilahkan Yoga untuk duduk di sofa. Laki-laki itu mengangguk dan mendaratkan tubuhnya di sofa.
Tak lama kemudian Raka dan Ayu turun dari kamarnya menemui Yoga. Mereka heran kenapa Yoga datang malam-malam begini. Lebih heran lagi pada kedua bocah yang telat pulang itu.
“Malam, mbak, mas.” Sapa Yoga.
“Malam, Ga. Tumben kamu malam-malam kesini.” Raka duduk di sofa sebelah Yoga.
“Kening kamu kenapa Jess?” Tanya Ayu melihat bagian pelipis kanan Jessi memar.
“Ini, anu tadi mom. Itu Jessi, anu mom.” Jessi berbelit-belit saat akan menjawab pertanyaan mommy nya. Rei yang melihat kakaknya bicara belibet itu pun angkat suara.
“Kita tadi kecelakaan, mom. Kakak nabrak orang, karna mengerem mendadak kening kakak membentur stir jadi gitu memar.” Sahut Rei dengan tenang. Bocah itu cuek seakan tidak takut pada Daddy dan mommy nya.
“Benar itu Jes?” Tanya Raka.
“Maaf, Daddy.” Lirih Jessi.
“Sebenarnya begini, mas, mbak, . . .” Yoga menjelaskan kronologis kecelakaan Jessi dan Rei. Raka dan Ayu pun mendengarkan dengan seksama.
“Tapi, kamu sudah pastikan korban baik-baik saja, kan, Ga?” Tanya Ayu.
“Sudah, mbak. Saya sudah bertemu dengan walinya. Mereka juga bersedia berdamai karna kecelakaan ini bukan sepenuhnya salah Jessi.” Jawab Yoga.
“Syukurlah, kalau begitu.” Ucap Ayu lega. “Mbak minta alamatnya Ga, biar besuk mbak sama mas Raka kesana nengok langsung kakek nya. Sekalian minta maaf, bisa, kan, mas?” Setelah menatap Yoga, Ayu melirik Raka.
“Bisa, sayang. Kita memang harus menjenguk kakek itu dan memastikan sendiri beliau tidak papa.” Sahut Raka.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-08-01
0
susi 2020
💘💘
2023-08-01
0
Noorhied
Suka gayamu Jessy...bar bar....🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-09-25
0