Sampai dirumah Jessi terlihat uring-uring an. Ia sangat kesal karena Yoga tidak membaca pesannya. Satu jam sudah berlalu Yoga masih tidak membaca pesan yang terakhir Jessi kirim. Mau tidak mau Jessi pun mengirimi Yoga dengan pesan beruntun. Gadis remaja itu berharap dengan adanya banyak pesan masuk Yoga akan membuka pesannya dan membalasnya namun, harapan hanya harapan. Yoga tetap tidak membalas pesan Jessi, membukanya saja tidak.
“Kak, temani ke toko buku, dong.” Reynard nyelonong masuk ke kamar Jessi tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Ia sudah berdiri di sebelah tempat tidur Jessi.
“Sopir kamu kemana?” Tanya Jessi tanpa menatap Rey, ia masih fokus pada ponselnya sambil rebahan.
“Aku pengen nya pergi sama kakak,”
“Ajak mommy aja deh, Rey. Kakak lagi galau.” Jessi enggan keluar dari rumah. Ia ingin rebahan saja.
“Galau terossss.” Ejek Rey.
“Diem kamu, anak kecil tau apa.” Jessi menarik selimutnya. Ia berbaring membelakangi Rey.
“Padahal aku mau nemenin kakak sekalian cari kerja part time, tapi kalau Kakak nggak mau ya udah.” Rey membalik tubuhnya meninggalkan kamar Jessi.
“Tunggu, Kakak temenin deh.” Jessi ingat sedang mencari kerja part time agar bisa dapat uang dan membelikan Yoga kado ulang tahun dengan hasil jeri payahnya sendiri.
‘Haha, aku sudah tau kakak pasti terpengaruh.’ Smirk Rey dalam hatinya.
“Oke, Rey tunggu di lantai bawah.” Meninggalkan kamar Jessi.
***
Ayu dan Raka sedang berada di ruang keluarga. Mereka bersantai seraya menikmati kopi. Sesekali pasangan suami istri itu mengobrol urusan bisnis perusahaan, dimana Ayu maupun Raka sama-sama memimpin perusahaan. Kadang mereka bertukar pendapat.
“Mommy, Rey mau pergi ke toko buku.” Rey menghampiri Ayu.
“Sama siapa?” Tanya Ayu melirik jam tangannya, sudah jam 18:10 menit. Sebentar lagi masuk jam makan malam.
“Sama Jessi, mom.” Jessi baru saja turun dari kamarnya. Ia sudah berganti pakaian dengan dress monokrom selutut dan slingbag di bahu kanannya.
“Kalian berdua saja?” Raka memperhatikan putri dan putra bungsunya secara bergantian.
Keduanya pun mengangguk.
“Tumben akur.” Gumam Raka keras. Yang langsung mendapat cubitan pahit di lengannya.
“Mas, kamu ngomong apa sih?Mereka kakak adik, udah selayaknya mereka akur.” Ucap masih mencubit lengan Raka.
“Iya sayang, maaf.” Ayu pun melepaskan tangannya karna merasa kasihan pada Raka. Kadang cubitan Ayu sampai membekas di lengan Raka.
“Pakai sopir atau kamu nyetir sendiri Jess?” Tanya mommy Ayu.
“Jessi bawa mobil aja deh, mom.”
“Oke, kalian hati-hati ya.”
“Siap, mom.” Jessi maupun Rey mencium punggung tangan Raka dan Ayu secara bergantian, lalu keduanya pun berangkat.
“Mereka sudah besar, Yu.” Memandang punggung Jessi dan Rey. Bagi Raka kedua bocah yang baru saja pamit untuk pergi ke toko buku itu masih saja anak kecil. Raka sering berlebihan pada Jessi dan Rey, sikapnya pada kedua bocah itu terlalu over protektif. Berbeda saat Raka bersama Jordan, ia mendidik Jordan dengan keras karna kelak Jordan lah yang akan menggantikannya memimpin perusahaan.
“Kamu aja yang sering bilang mereka masih kecil.” Cebik Ayu.
***
Sampai di toko buku yang berada di sebuah Mall, Rey membeli buku-buku komik yang berhubungan dengan game.
“Dasar kutu komik.”
“Kakak nggak tau ini berguna!”
“Buat apa?”
“Masa depan Rey lah, lihat aja besok Rey bakal bangun perusahaan penghasil game.” Ucap Rey penuh percaya diri.
“Iya deh, kakak tunggu kamu bangun perusahaan game mu sendiri.” Jessi mengusap usap rambut kepala Rey.
“Hentikan, kak. Aku sudah dewasa jangan perlakukan aku seperti anak kecil.” Rey menampik tangan Jessi yang sedang mengusap rambut kepalanya.
“Cih, baru juga 12 tahun.” Gumam Jessi.
“Sekarang kita makan dulu, kak. Rey lapar, biar Rey yang traktir kakak.” Ucap Rey sambil menggandeng lengan Jessi. Mereka makan di food court Mall itu.
Rey nampak makan dengan lahap. Sementara Jessi malas-malasan, ia hanya mengaduk aduk makanan yang di pesannya.
“Kakak tau nggak menyia-nyiakan makanan itu dosa, diluar sana banyak yang nggak bisa makan.” Ucap Rey kesal dengan kakaknya yang hanya melamun seraya mengaduk-aduk makanan itu.
“Eh, maaf, maaf, ini kakak makan kok.” Jessi terkesiap, ia langsung melahap makanannya dengan cepat dan sampai habis. Ia tidak mau membiarkan makanan yang sudah ia pesan menjadi mubazir. Lagi pula dari awal Jessi memang berniat untuk memakannya.
“Kakak mau nggak jadi guru les?” Rey sudah menyelesaikan makannya. Ia pun mengelap mulutnya dengan tisu.
“Guru les?”
Rey mengangguk. Ia tau kakaknya itu pintar dan merupakan salah satu murid terbaik di sekolahnya. Jika hanya menjadi guru les Jessi pasti mampu.
“Memang siapa yang butuh guru les, terus minta diajarkan apa?” Tanya Jessi.
“Bahasa Korea, kak. Salah satu temanku kesulitan saat masuk kelas bahasa Korea, dia anak orang kaya jadi pasti bayarannya lumayan.” Rey juga sekolah di sekolah internasional yang satu yayasan dengan sekolah Jordan. Bisa dikatakan teman-teman Rey anak orang kaya semua. Untuk bahasa Inggris Rey jangan ditanya. Ia pasti fasih berbicara dengan bahasa Inggris.
“Boleh deh, mulai kapan?Terus tempatnya dimana?Berapa anak?Hari apa aja?Soalnya aku mau nyoba part time di cafe juga.” Jessi mencecar Rey dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
“Senin sampai Kamis gimana?Malam hari, terus Kakak yang kerumah mereka. Ada sekitar 5 orang.”
“Wih, lumayan. Oke, bilang ke temen-temen kamu siapkan camilan yang enak.” Jessi semangat sudah berhasil mendapat pekerjaan.
“Okay.” Rey membentuk bulatan dengan jempol dan jari telunjuknya.
Jessi pun manggut-manggut dan menghabiskan makannya.
Setelah itu, Jessi mengajak Rey menuju kawasan salah satu kampus terbaik di Jakarta. Ia ingin mencari pekerjaan part time di cafe yang dekat dengan kampus. Jessi yakin banyak lowongan di sana. Ia juga mendapat Info dari salah satu teman sekolahnnya soal cafe yang sedang membuka lowongan.
Jessi pun mengeluarkan map coklat yang berisi lamaran pekerjaan, lalu menitipkan nya pada karyawan cafe. Setelah itu Jessi mengajak Rey pulang.
Saat akan keluar dari cafe seseorang dari jauh tengah memperhatikan Jessi. Seorang laki-laki yang dulu pernah diberi surat cinta oleh Jessi saat perempuan itu sedang mos atau masa orientasi siswa. Saat itu semua siswa baru di haruskan membuat surat cinta dan memberikannya pada senior yang mereka sukai.
“Dito!” Panggil lelaki itu pada salah seorang karyawan cafe yang menerima surat lamaran pekerjaan Jessi.
“Perempuan yang baru saja keluar itu tadi ngapain?” Tanya lelaki itu.
“Oh, dia mau melamar kerja part time, mas.”
“Kamu terima aja, saya kenal dia.” Ucap lelaki itu.
“Baik, mas.”
Lelaki itu adalah Rio Dewanto. Ia adalah Kakak kelas Jessi dulu. Saat Jessi duduk di bangku kelas sepuluh SMA, Rio kelas dua belas. Jadi, Jessi dan Rio selisih dua tahun. Kini Rio sudah semester 4 di universitas.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘😘
2023-08-01
0
susi 2020
😘😘🥰
2023-08-01
0
vllp
ada saingannya yoga
2021-04-29
1