Yoga baru saja selesai meeting dengan klien nya yang merupakan salah satu pejabat tinggi TNI. Saat ini ia sedang mengurus kasus perselingkuhan dari istri seorang komandan TNI, dimana sang istri dari Komandan tersebut menolak di ceraikan dan apabila sang komandan ingin tetap bercerai pihak istri meminta harta gono gini yang tinggi. Bahkan bisa dikatakan tidak masuk akal. Yoga berupaya agar pak komandan bisa bercerai dengan damai dan membagi harta gono gini dengan istrinya sesuai keadilan.
Yoga merasa lelah hari ini negosiasi dengan klien dan pihak lawan membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi perdebatan klien nya cukup rumit.
Sebelum pulang ke apartemen Yoga mampir ke warung lesehan pecel lele untuk makan malam.
“Mang, nasi lele Sambel matang dibungkus satu.” Ucap Yoga pada mang Loso pak penjual pecel lele langganan Yoga.
“Siap, Den. Pakai terong goreng nggak, Den?”
“Boleh, mang.” Yoga menunggu pesanannya sambil mengecek ponselnya. Ia lupa membuka ponsel sejak sore tadi. Ia juga menyetel ponselnya dengan mode suara hening. Jadi jika selama ia meeting dengan klien ada telepon ataupun pesan yang masuk, Yoga tidak tau.
Yoga heran dengan banyak nya notif di aplikasi pesannya. Seingat nya ia jarang berkirim pesan dengan siapapun. Lelaki itu lebih memilih bertelepon jika ada hal penting.
“Jessi?” Gumam Yoga saat melihat orang yang mengiriminya pesan adalah Jessi. Gadis SMA yang selalu mengganggunya saat mereka tidak sengaja bertemu. Yoga jadi ingat sore tadi Jessi sempat mengirimnya pesan namun hanya ia baca. Kali ini Jessi memberondong Yoga dengan banyak sekali pesan masuk.
Yoga hanya bisa memijit pelipisnya dengan jari jemarinya membaca pesan-pesan dari Jessi. Ia sungguh pusing menghadapi gadis remaja itu.
Karna tidak mau menerima banyaknya pesan masuk lagi, Yoga akhirnya membalas pesan Jessi.
Isi pesan Yoga.
Dari mana kamu dapat nomor ponsel saya?
Setelah mengirim pesan pada Jessi, Yoga menyimpan ponselnya ke dalam saku.
Ia kemudian berdiri menghampiri mang Loso karna pesanannya sudah jadi. Seusai membayar Yoga melanjutkan untuk pulang ke apartemennya. Yoga sering jajan di warung lesehan pecel lele mang Loso, namun ia selalu membungkusnya. Dari pada makan sendiri di warung lesehan lebih baik makan sendiri tapi di apartemen, pikir Yoga. Setidaknya jika makan di apartemen ia tidak akan disuguhi pemandangan orang-orang pacaran sambil makan di lesehan. Yah, Yoga memang sudah lama jomblo. Ia memilih untuk sendiri setelah putus dengan pacarnya yang terakhir.
***
Citt..Jessi tiba-tiba mengerem mendadak saat ada gerobak yang melintas di depan mobilnya naas ia pun menabarak gerobak itu. Rey yang kaget dengan ulah Jessi pun kepalanya terbentur bagian depan mobil, untung tangan kiri Jessi menahan kepala Rey hingga tidak mengenai bagian depan mobil secara langsung.
“Kamu nggak papa, Rey?” Tanya Jessi khawatir melihat adiknya.
“Harusnya yang bilang gitu Rey, kakak nggak papa?” Melihat kepala kakaknya terbentur stang bunder/stir kemudi.
“Ah, nggak papa.” Jawabnya seraya menyentuh pelipisnya yang mungkin akan sedikit memar. Jessi langsung melepas seatbelt nya dan terburu-buru turun dari mobil. Ia ingin cepat melihat kondisi orang yang ditabrak nya.
“Aduh, gerobaknya penyok.” Melihat gerobak yang ditabrak mobilnya tidak berbentuk lagi. Jessi seakan menyayangkan kondisi gerobak itu, namun ia terlihat tidak peduli dengan bamper mobilnya yang tak kalah penyok.
Jessi pun mengedarkan pandangannya di sisi jalan untuk melihat si pemilik gerobak yang tengah berdiri menatapnya dengan tatapan takut. Pemilik gerobak itu adalah seorang kakek tua renta mungkin berumur 70/80 tahunan. Pakaiannya compang camping.
“Kakek nggak papa?Mana yang sakit, kek?Ma..maaf, Jessi tidak lihat ada gerobak menyebrang jadi Jessi malah nabrak kakek.” Ucapnya menghampiri kakek tua itu dengan rasa bersalahnya.
“Tidak papa, nak. Justru kakek yang minta maaf karna jalan nggak lihat kanan kiri dulu. Bukan salah kamu, nak.”
Jessi berjongkok di depan kakek yang terduduk di trotoar pinggir jalan. Ia baru saja akan mengajak Kakek tua itu ke rumah sakit namun ada mobil patroli lewat dan melihat kejadian itu. Terpaksa Jessi pun harus pergi ke kantor polisi untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Jessi dan Rey pergi ke kantor polisi sementara kakek tua itu di bawa kerumah sakit dulu untuk mengobati siku tangan dan kakinya yang lecet-lecet.
“Apa kita perlu menghubungi Daddy, kak?” Tanya Rey. Rey dan Jessi pergi ke kantor polisi dengan menaiki mobil patroli milik kepolisian. Sementara mobil Jessi dan gerobak kakek tua itu di derek oleh pihak berwajib untuk dijadikan barang bukti.
“No, Rey!! Jika kita menghubungi Daddy dan mengatakan sedang kecelakaan, mommy pasti akan langsung berlari ke kantor polisi sambil menangis meraung-raung. Aku bahkan tidak bisa membayangkannya.” Jessi tau betul sifat Ayu. Mommy nya itu akan berlebihan jika menyangkut keselamatan putra-putrinya. Jangankan kecelakaan dengan mobil, Rey hanya terpeleset kulit pisang saja Ayu sudah menangis histeris, pada waktu itu Rey hanya kesleo, kakinya tidak luka parah.
“Aku juga tidak bisa membayangkan nya.” Rey tidak mau membayangkan betapa over protektif nya Ayu.
“Lalu, bagaimana kita keluar dari kantor polisi, kak?Bukankah harus ada yang menjamin?Kakak juga baru 18 tahun.” Rey sedikit berpikir.
“Kamu tau siapa yang harus dihubungi, Rey!” Ucap Jessi dengan senyuman yang tidak bisa di artikan.
“Jangan bilang?” Tebak Rey dan Jessi pun mengangguk.
“Huft, baiklah.” Rey mengambil ponselnya yang berada di dalam tas nya. Ia pun berusaha menghubungi seseorang yang dirasa bisa membantu urusan Jessi di kantor polisi.
Tut..tut..
‘Hallo!’
“Hallo kak Yoga, ini Rey, kak.” Ternyata Rey sedang menelpon Yoga.
‘Iya Rey, ada apa Rey?Tumben nelepon jam segini.’
“Maaf, Kak. Rey mengganggu istirahat Kakak, tapi Rey butuh bantuan kakak. Rey dikantor polisi, kak. Rey sama kak Jessi terlibat kecelakaan, kak. Kak Jessi nabrak orang, Rey sama kak Jessi nggak berani menghubungi Daddy, takut mommy shock. Jadi, Rey hanya bisa menghubungi kak Yoga.” Ucap Rey di the point. Ya, meskipun baru berumur 12 tahun tapi bocah lelaki itu tidak suka hal yang berbelit-belit.
‘Kecelakaan?!Terus kalian gimana, ada yang luka nggak?’ Suara Yoga terlihat khawatir.
“Kita nggak papa, kak. Tapi, kita nggak bakalan bisa keluar dari kantor polisi kalau nggak ada yang jemput.” Ucap Rey memelas sesuai permintaan Jessi.
‘Oke, kalian tunggu disana. Saya kesana sekarang.’
“Oke kak, Rey tunggu.” Mematikan teleponnya.
“Gimana, gimana Rey?” Tanya Jessi penasaran.
“Iyaaa, kak Yoga bakalan kesini jemput kita.” Balas Rey seraya memasukan kembali ponselnya ke dalam tas. Rey memang mempunya nomor ponsel Yoga karna Yoga adalah pelatih basketnya.
“Yes, aku harus ketoilet nih.” Jessi bangkit berdiri.
“Mau ngapain, kak?”
“Dandan lah, kakak harus kelihatan cantik dan menawan.” Jessi mengibaskan rambutnya dengan kemayu. Kemudian ia berjalan ke arah pak polisi untuk meminta izin ke toilet.
Rey hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa ganjen nya Jessi saat akan bertemu Yoga.
.
.
.
Temen-temen jangan lupa tinggalkan jejak kalian dalam bentuk Like atau koment ya 😍
Sarang hae yo 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
susi 2020
😂😂😂🤩
2023-08-01
0
susi 2020
🤣🤣😍
2023-08-01
0
Mukminah
kayaknya seru nich
2021-08-07
0