Di tengah jalan terjadi kemacetan, dan juga mereka harus sabar menunggu. Naura duduk dengan gelisah. Perutnya sangat lapar, sejak siang tadi dia tidak makan apapun.
Pelan dia memegang perutnya, berharap cacing di perutnya mau berkompromi, jangan sampai Dewa mengetahui nya.
"Kenapa? masih sakit?" tanya Dewa, pria itu beberapa kali melirik Naura yang memegangi perutnya.
"Eh, iya..eh tidak." jawab Naura bingung
"Jadi yang benar itu mana? sakit atau tidak?"
kruyuuuk.. perut Naura berbunyi tanpa bisa permisi, menciptakan senyum di bibir Dewa "kamu lapar?"
Naura menunduk malu, "Hahaha..kamu lucu sekali, tapi sayangnya disini macet jadi enggak mungkin kita bisa berbelok mencari makanan. Sebaiknya kau tahan saja sampai di rumah."
Naura awalnya ingin mengucapkan terima kasih namun dengan cepat dia membatalkan niatnya itu, ternyata Dewa hanya mengejeknya.
Hening, kembali keduanya diam, Naura tak memiliki minat untuk melawan Dewa begitu Dewa juga fokus pada jalanan yang macet dia ingin segera keluar dari kemacetan dan mencari makanan.
Satu jam kemudian jalanan sudah mulai stabil, dan kembali lancar. Dewa kemudian memilih jalur sebelah kiri mencari restoran terdekat. Mobil mereka berbelok memasuki sebuah restoran yang kelihatannya besar dan sangat mewah.
Naura menoleh dan belum sempat dia bicara Dewa sudah lebih dulu mengintimidasi dirinya, "turun,"
"Disini?" tanya Naura bingung, antara lapar dan juga takut.
'Matilah aku, kenapa dari begitu banyak resto harus berbelok kesini, atau sengaja ingin menjebak ku? tidak, aku tidak mau...jika aku turun, bisa ketahuan anak buah Papa dan Papa pasti akan menangkap ku.' batinnya
"Iya, memangnya kenapa?"
"Disini mahal bagaimana jika kita makan di tempat lain saja." bujuk Naura
"Apa kamu pikir aku tidak sanggup membayar nya? kamu lupa siapa suamimu ini, hah!" bentak Dewa
"Bu..bukan seperti itu. Maksud ku, aku mau kita makan di tempat murah saja, aku tidak mau semakin berhutang Budi padamu,"
"Tidak, cepat turun!"
Naura masih betah duduk di tempatnya berbeda dengan Dewa yang sudah turun dan berjalan menuju pintu dan sengaja membukakannya untuk Naura.
"Turun!"
"Tapi..."
Naura tak melanjutkan ucapannya dia hanya diam dan menunduk, sengaja gadis itu berjalan di belakang Dewa dan menutupi wajahnya dengan tas tangan yang dia bawa. Rambutnya sengaja dia biarkan tergerai.
"Berjalan di sampingku?" bisik Dewa
Naura tak perduli dan tidak ambil pusing, dia tetap berjalan di tempatnya, yaitu sembunyi di belakang Dewa.
Mereka memilih tempat makan yang ada di luar, selain malam ini cuacanya cerah, bulan dan bintang bersinar dan menghiasai langit malam yang indah. Lampu taman yang di buat sedemikian rupa juga menambah indahnya suasana, akan menjadi malam romantis bagi pasangan yang sedang berpacaran tapi bukan Dewa dan Naura.
"Kamu mau pesan apa?"
"Steak daging sapi, dan lemon tea dingin." sahut Naura tanpa melihat daftar menu makanan.
"Sama kan saja tapi tambahkan sup."
"Baik pak, silahkan di tunggu." ucap pelayan yang undur dari dari tempat mereka.
"Kamu sering kesini?"tanya Dewa
"Tidak,"
"Jangan bohong Naura, apa yang tidak aku tau tentangmu, bahkan aku tau mengapa tadi kau berlari keluar,"
"Apa?"
"Ini pesanan anda, silahkan dinikmati," ucap pelayan menyajikan dua gelas lemon tea.
"Terima kasih," ucap mereka bersamaan.
Naura menyesap minuman yang ada di meja, terserah bagaimana nanti yang penting saat ini fokus makan. Perutnya yang terus berdemo tak bisa dia tahan terserah bagaimana dewa nanti, setelah perutnya terisi barulah dan a pikirkan.
"Siapa yang kamu lihat tadi di dalam? pacarmu? atau orang yang pernah kau tipu juga"
"Bu.. bukan"
"Aku yakin iya, sudah berapa banyak orang yang menjadi korban mu? satu, dua, tiga, atau mungkin sepuluh."
Naura tersedak, bagaimana bisa Dewa meyimpulkan seperti itu, sedangkan dia baru pertama kali melakukan kesalahan-kesalahan itu dan inilah akibatnya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya,."cih tak usah berpura-pura, wanita licik seperti mu pasti banyak musuh, ya kan?"
lagi Naura menggeleng, baru saja gadis itu hendak angkat bicara, pelayan kembali datang dan menyajikan makanan untuk mereka, Naura tak perduli, gadis itu langsung melahap steak miliknya tanpa peduli dengan tatapan aneh yang suami nya layangkan, pokoknya kenyang.
Dewa hanya bisa menatap heran, gadis itu tak sedikitpun merasa gentar apalagi takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
💞🖤Icha
Kasihan Naura...kesalahan yang membuat jauh dari Ortu masih abg perlu kasih sayang mama...😔😔😔Dewa juga terlalu menekan..🤨🤨
2023-01-25
2
Azizka Amelia Putri
hahaha naura takut ketahuan
2023-01-24
1
Dwi MaRITA
ngalamat.... ada yg tau naura, lha wong restonya punya kluarga naura... wajarlah kalok ia apal menunya... 🙊😁
nggak usah mikir, Ra.. yg penting kenyang..... tuk sementara, abaikan dewa.... konsen pd makanannya, biyar kuat ngadepin "permainan" suamimu.... 🙉🙈🙊
2023-01-24
5