"Apa?"
"Itu...itu di dalam.."
"Ada apa? kenapa kamu menarik ku keluar, kamu mau membuatku malu,"
"Bukan..." jawabnya masih dengan wajah bingung,
"Lalu"
Gadis itu menggeleng, "aku tidak mungkin mengatakan jika ada orang tua ku di dalam sana, bagaimana nanti tanggapan nya.
"kenapa kau diam?"
"Auw...Perutku sakit, dan aku.. aku.." Naura bingung memilih jawaban, Akhirnya dia berpura-pura sakit perut.
"Sakit perut?" ulang Dewa
"Iya, seperti nya tamu bulanan ku datang, bisakah kamu mencarikan air hangat untukku,"
"Merepotkan!" ucap Dewa, "Tunggu disini," ucapnya lagi dan berjalan masuk ke dalam.
Naura bernapas lega akhirnya dia bisa menghindari orangtuanya, dan bisa membungkam dewa agar tidak bertanya lebih jauh.
"Mama..aku rindu," ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca, "Aku menyesal Ma," ucapnya lagi.
Dewa masuk ke lobi dan memesan teh hangat dan kopi, satu untuknya satu lagi untuk istrinya. Tak lupa dia memesan biskuit, dan cemilan. Setelah semua pesanan nya selesai dia berjalan kembali menuju istrinya berada.
Langkah pria itu berhenti, saat melihat pasangan di depannya yang berdebat dan menyebut nama istrinya.
"Ayo masuk Ma" ajak pak Adiwijaya pada sang istri yang masih yakin jika gadis yang di lihatnya tadi adalah putrinya.
"Pa, tadi Mama lihat, Naura. Dan itu benar dia," Keukeh sang istri.
"Mana mungkin! Mama salah orang kali, sudahlah Ma, anak itu tidak mungkin berani muncul di tempat seperti ini,"
"Tapi Pa, Mama yakin itu Naura."
"Ma..."
"Iya, Mama ikut " Pak Adiwijaya membawa masuk istrinya dan dengan segera pria itu menemui Naura.
Dari kejauhan dia bisa melihat gadis itu menyeka airmatanya, "Ini minuman mu " ucap dewa dari belakang, Naura segera berakting, "Auw..." ucapnya meremas perutnya.
"Ayo" Dewa menarik tangan istri nya dan membawanya duduk di bangku taman. Bagai kerbau di cucuk hidungnya, Naura ikut kemana Dewa membawanya.
"Minumlah selagi hangat, " ucap pria itu lagi.
Kemudian Dewa juga mengambil kopinya dan meminumnya, pria itu meletakkan cemilan dan biskuit disampingnya. "Mau?" tanya Dewa yang mendapat gelengan kepala sang istri.
"Aku tau kamu belum makan, makanlah"
"Aku tidak lapar," sahut Naura
"Menangis juga butuh tenaga," ejek dewa
"Siapa yang menangis, aku tidak menangis" ucapnya mengelak
"Baguslah,"
Hening tak ada sahutan dari Naura, dan Dewa juga fokus menikmati kopinya.
"Terimakasih," ucap Naura tiba-tiba
"untuk!"
"Minumannya, dan terima kasih-"
"Jangan senang dulu, ini tidak gratis."
"Maksudnya, aku harus bayar gitu!"
"Bisa jadi, tapi sepertinya bukan.."
"Lalu kamu mau apa?"
"Kamu tanya apa mau ku? aku mau kamu jujur, apa dan siapa yang menyuruhmu?"
"Tidak ada yang menyuruh ku melakukan nya, aku hanya.."
"Ayo pulang" potong Dewa yang kemudian berdiri, sengaja tak berminat mendengarkan kebohongan Naura.
"Kamu tidak marah?"
"Siapa bilang!"
"Hah!"
"Aku punya cara sendiri melampiaskan amarahku, jangan lupa aku menikahi mu saat aku marah. Bukan karena aku suka apalagi jatuh cinta, Seharusnya jika orang lain mereka sudah membunuhmu, tapi aku tidak, aku ingin kau menghabiskan waktumu dengan terus berada di tempat yang membuat mu tidak nyaman. Asyik bukan!"
"Sampai kapan ini akan berakhir?"
"Tidak akan pernah berakhir, aku tidak akan melepaskan mu begitu saja, sampai kamu tahu gimana rasa sakitnya yang aku rasakan."
"Bukankah aku sudah minta maaf"
"Apa maaf mu mengembalikan calon istriku?"
Naura terdiam, "Pulang!"
Setelah selesai bicara, Dewa meninggalkan Naura, dia berjalan menuju mobil. Naura terdiam dan terpaku. Di dalam hatinya dia membenarkan ucapan Dewa, keegoisan nya telah menghancurkan hati banyak orang, bukan hanya Dewa dan calon istrinya tapi juga orangtuanya.
"Maafkan aku mas." ucapnya pelan
"Ten..Ten..." Dewa membunyikan klakson mobilnya, Naura kaget dan segera berjalan menuju Dewa yang menunggunya dengan tidak sabar.
Gadis itu masuk dan menutup pintunya, lalu Dewa segera melajukan mobilnya pulang ke rumah.
Tanpa mereka sadari ada satu pasang mata yang sejak tadi mengintip dan mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Setelah Dewa dan Naura pergi, dia segera melaporkan nya pada sang majikan.
Di tengah jalan terjadi kemacetan, dan juga mereka harus sabar menunggu. Naura duduk dengan gelisah. Perutnya sangat lapar, sejak siang tadi dia tidak makan apapun.
Pelan dia memegang perutnya, berharap cacing di perutnya mau berkompromi, jangan sampai Dewa mengetahui nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Defi
udah lah Ra jujur aja sama Dewa buat apa kamu tutupin lagi
2023-02-05
0
Azizka Amelia Putri
kenapa masih aja di tutupi bilang aja siapa yng suruh kamu ra
2023-01-23
1
Dwi MaRITA
dah lah... Ra, kalok lapar... ya makan, jan gengsi krn hidup ngadepin ocehan, bentakan dewa jg butuh tenaga... 🙊😂😂😂
2023-01-23
2