Selama satu jam, Feli menangis di kamar Bik Sum usai pertengkaran sengit itu. Dia memaksa untuk keluar dari kamar dengan mengigit lengan Faisal yang mencengkramnya dengan erat. Meskipun Faisal sudah meminta maaf, namun hati Feli masih terluka. Ia tahu bila pernikahan mereka hanyalah untuk menutupi aib yang sudah Feli corengkan pada keluarga besarnya, tapi secara terang-terangan mengakui bila Faisal menyesal dengan pernikahan itu sangatlah melukai hati seorang Felinova.
Dan semalaman, Faisal tak bisa tidur karena gelisah dan merasa bersalah. Ia benci perdebatan, tapi sikap Feli yang sangat suka mencari-cari masalah entah mengapa membuat Faisal naik pitam. Dan sekarang, Faisal hanya bisa memandangi bantal Feli yang teronggok di samping kepalanya dengan rasa bersalah. Besok ia akan minta maaf lagi pada istri kecilnya itu.
Namun nyatanya, keesokan paginya, Handoko dan Sartika berkunjung ke rumah sederhana Faisal tanpa memberi tahu sebelumnya. Tentu saja Faisal terkejut, terlebih saat ia baru ingat bila Feli tidur di kamar Bik Sum!
"Bik, Feli belum bangun?" tanya Faisal panik saat ia melihat mobil mertuanya nampak memasuki halaman.
"Belum, Tuan. Gimana ini?" Bik Sum mengawasi majikannya tak kalah pucat.
Faisal berpikir sejenak.
"Baiklah, Bik Sum kunci dulu pintu depan. Tiga menit baru boleh keluar dan buka pintunya. Biar saya yang akan bangunin Feli!"
Bik Sum mengangguk paham dan secepat kilat berlari ke ruang tamu untuk mengunci pintu seperti perintah Tuannya. Sementara itu, Faisal masuk ke kamar Bik Sum dan menemukan Feli tidur dengan begitu pulasnya.
Sedikit gugup, Faisal mendekat ke ranjang kecil itu dan duduk.
"Fel ... Feli, bangun!" panggil Faisal sembari menepuk pipi Feli dengan lembut.
Faisal tahu benar, dulu Feli kecil sangat susah dibangunkan saat tidur. Dan ternyata sampai sekarangpun masih sama.
"Fel ..."
Faisal kembali menepuk pipi Feli, tatapannya kemudian tertuju pada mata istrinya yang bengkak. Sial! Orang tuanya pasti akan curiga kalo tahu mata Putrinya sembab.
"Fel, bangun. Ada Papi di luar."
Sayup-sayup, di antara rasa kantuknya yang masih mendera, Feli membuka mata. Wajah Faisal yang berada sangat dekat dengan wajahnya membuat kantuk Feli hilang seketika. Sosok yang semalam tadi membuatnya marah hingga menangis selama satu jam tiba-tiba datang dan membangunkannya.
"Ngapain Kak Ical di sini!?" sungut Feli seraya mundur perlahan.
"Ada Papi dan Mami di luar."
"Apa!!" jerit Feli syok.
"Ssstttt!" Faisal sontak membekap mulut Feli agar tak bersuara. "Jangan berisik! Cepatlah bangun dan mandi di kamarku! Mumpung Papi belum masuk ke dalam rumah."
Feli mengangguk cepat, ia buru-buru turun dari ranjang dan berlari keluar dari kamar Bik Sum. Masih sempat ia dengar suara Mami dan Papinya memanggil sembari mengetuk pintu, namun Feli lebih memilih untuk membersihkan dirinya lebih dahulu.
Begitu Feli sudah masuk ke dalam kamarnya, Faisal menghembuskan napasnya lega. Ia memberi kode pada Bik Sum yang sembunyi di dapur agar segera keluar dan membukakan pintu sementara Faisal sendiri akan sembunyi di dalam kamar.
"Kalo tanya saya dan Feli, bilang aja kami masih mandi!"
"Siap, Tuan!" Bik Sum memberi hormat sembari berlalu dari Tuannya.
Di luar.
Sartika yang masih mengenakan sunglasses mahalnya mulai mengetuk pintu dengan tak sabar.
"Apa mungkin Faisal dan Feli belum bangun ya, Pi?" tanya Sartika sembari menolehi suaminya yang berjalan mondar mandir mencari sinyal ponselnya yang mendadak lenyap.
"Coba ketuk lebih keras!"
"Ini sudah keras, Pi! Masa perlu Mami teriak sekali--"
Ucapan Sartika terhenti saat kunci pintu diputar dari dalam. Ia menunggu dengan tak sabar.
"Oh, Nyonya Besar dan Tuan toh ternyata!"
Sartika mendengus marah pada Bik Sum karena tak cepat membukakan pintu, ia meringsek masuk ke dalam rumah sempit yang ditinggali putrinya.
"Di mana Feli dan Faisal, Bik?" tanya Sartika saat tak menemukan Putrinya datang menyambutnya.
"Anu, Nyonya. Kalo jam segini sih mereka masih mandi."
Sartika berbalik dan menutup bibirnya dengan malu-malu. "Mandi berdua?" tanyanya tak percaya.
Bik Sum mengangguk keki, meskipun ia berbohong namun semua ini demi kebaikan.
Handoko yang putus asa karena tak kunjung mendapat sinyal di ponselnya akhirnya beringsut masuk.
"Pi, sini-sini, Pi!" Sartika melambaikan tangan pada suaminya agar menghampirinya.
Dengan muka masam, Handoko menurut dan melangkah menuju ke istrinya yang masih saja mengenakan Sunglassses hitam di dalam rumah. Sartika membisikkan sesuatu ke telinga Handoko, membuat wajah lelaki itu sontak berubah bahagia.
"Benarkah!?" tanya Handoko tak percaya.
Bik Sum hanya bisa memandangi kelakuan dua majikannya yang nyentrik sambil geleng-geleng kepala. Untuk apa bisik-bisik? Toh tadi kan dia yang memberi tahu!
"Bik, tadi saya bawa makanan dari rumah. Diangetin saja ya! Nanti kita sarapan bareng!" perintah Sartika sembari menunjuk mobilnya di luar. Itu berarti Bik Sum harus mengambil makanannya di sana.
Bik Sum mengangguk paham. Ia lekas melaksanakan perintah majikannya tanpa babibu.
Sementara itu di dalam kamar. Faisal menunggu Feli selesai mandi dengan gelisah. Dan saat Feli keluar dari kamar mandi dengan hanya membelitkan handuk di tubuhnya, darah Faisal mendadak berdesir panas. Baru kali ini ia melihat Feli mengenakan handuk seperti itu, dengan gugup Faisal berpaling.
Menyadari bila Faisal tak nyaman berada sekamar lagi dengannya setelah pertengkaran semalam, Feli sengaja mengulur waktu untuk mengerjainya. Ia sok sibuk memilih-milih baju di antara tumpukan bajunya yang memenuhi lemari. Sesekali Feli menarik satu baju dan membawanya ke depan cermin meja rias yang dibelikan Faisal minggu lalu. Ia mematut pakaian itu di tubuhnya, berputar dan kemudian berdecak sembari menggumam.
"Fel, cepatlah!" protes Faisal tak sabar.
Aroma sabun Feli yang manis dan segar membuatnya panas dingin, belum lagi tubuh mulusnya yang terekspos semakin membuat hormon testosteron Faisal mulai bersorak gembira.
"Sabar, sebentar lagi. Aku harus tampil cantik biar Papi dan Mami tak curiga."
"Tapi bisakah kenakan dulu pakaianmu?"
Feli berbalik, ia mengawasi Faisal dengan tajam. "Kenapa? Panas ya?" cibirnya.
Faisal membuang muka, ia memilih untuk mengacuhkan ejekan Feli yang seolah memancing emosinya lagi.
"Kak Ical, belum pernah lihat perempuan telanjang ya?" tanya Feli sembari terkekeh.
Faisal tak menyahut, ia lebih sibuk menetralkan ledakan gelora nafsu di dalam tubuhnya dibanding meladeni cibiran Feli. Sebagai lelaki normal, siapa yang tak tegang melihat paha mulus dan belahan dada itu melambai-lambai menyapa? Faisal sangat normal dan sangat penasaran bagaimana rasanya menyentuh hal terlarang itu.
"Cepatlah atau ku telanjangi kamu sekarang!" ancam Faisal putus asa.
Melihat wajah Faisal memerah, Feli urung menggodanya lebih jauh dan lekas membawa selembar pakaian ke dalam kamar mandi untuk ia kenakan di sana.
"Sabar, Faisal .. sabar!" lirih Faisal sembari mengelus dadanya.
Sementara itu di luar, Sartika yang tengah menempelkan telinganya di balik pintu dan mendengar Faisal tengah mengancam akan menelanjangi Feli, terkekeh sendiri.
"Mi, Mami ngapain sih disitu?" protes Handoko terheran-heran.
"Sstttt ..." Sartika mengangkat jari telunjuknya di hidung dan menjauh dari pintu kamar putrinya. "Mereka lagi mesra-mesraan di dalem, Pi! Hihihi ..."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Lilik Juhariah
ha ha ha si mami dengernya separuh separuh sih
2025-03-23
0
momnaz
kocakk mak nya feli
2023-03-09
1
NAZERA ZIAN
ngakak aku sama buk sumi.
2023-01-29
0