"Skak mat!"
"Yaaaah! Curang!" teriak Zul dengan frustasi saat Faisal memenangkan permainan catur untuk ke empat kalinya.
Faisal tertawa singkat, ia memperhatikan jam tangannya dan menghembuskan napas berat.
"Ayo kita main lagi, Zul!" tawar Faisal sembari merapikan papan catur.
"Nggak mau! Main aja sana sama dirimu sendiri!" sungut Zul sembari bangkit dan melangkah ke dapur. Ia menuang kopi ke dalam gelasnya yang sudah kosong.
Faisal mengawasi sahabatnya itu dengan tatapan mengiba, ia masih tak ingin pulang. Feli belum tidur di jam segini.
Melihat Faisal mengiba, mau tak mau Zul kembali duduk di kursi khusus tempat mereka berdua bermain catur. Wajah Faisal berubah bahagia saat menyadari bila kawannya setuju untuk sekali lagi bermain.
"Aku ingin tanya satu hal sama kamu, Sal."
Faisal urung merapikan pion, ia mengawasi Zul dengan waspada.
"Mau sampai kapan kamu menghindari istrimu itu?" selidik Zul curiga.
"Tidak tahu."
"Apa maksudmu dengan tidak tahu? Kasihan dia, Sal! Dia tinggal di sini untuk menemanimu."
"Tidak, kamu salah. Dia tinggal di sini untuk sembunyi dari orang banyak."
"Terus?" tukas Zul kesal.
Faisal menghembuskan napasnya dalam. Dia sendiri tak tahu mengapa selalu saja menghindari Feli. Apakah karena selama ini Faisal sudah terbiasa hidup sendiri?
"Bertemanlah dengannya. Setidaknya awali hubungan kalian sebagai teman!"
"Kami bersaudara, bukan berteman." Faisal membuang muka dengan jengah.
"Ya sudah, kalo gitu malah lebih baik. Kalian sudah saling mengenal sejak kecil, jadi harusnya nggak perlu lagi pedekate, ya kan?"
"Masalahnya tidak sesimpel itu, Zul! Aku sudah terbiasa menganggapnya sebagai adikku, dan ketika tiba-tiba status kami berubah menjadi suami istri, aku ... aku tidak bisa!"
"Bisa, Sal! Pasti bisa. Cobalah dulu."
Faisal menggeleng dengan frustasi. Ia memijat keningnya yang mulai berdenyut pening tiapkali memikirkan hubungannya dan Feli.
"Apa sekarang kamu menyesal?" tanya Zul hati-hati.
Menyesal? Itukah yang saat ini Faisal rasakan? Faisal membisu.
"Ingat, Sal. Kamu menikahinya itu berarti kamu sudah bertanggung jawab secara lahir batin atas dirinya."
"Aku sudah bertanggung jawab dengan membawanya ke sini."
"Tapi kamu nggak bertanggung jawab pada perasaannya. Dia pasti merasa kamu menolaknya, mengacuhkannya, meng--"
"Hentikan, Zul! Kamu membuatku semakin merasa bersalah."
Zul tertawa melihat ekspresi Faisal yang sangat tersiksa. "Karena kamu memang bersalah, lelaki bodoh!
"Hei, jaga mulutmu. Aku Bossmu!"
"Kamu Bosku di gudang, di rumahku kamu adalah temanku!" solot Zul tak mau kalah.
Faisal berdecak kesal. Ia memang tak paham tentang wanita, hanya beberapa kali saja Faisal sempat merasakan jatuh hati pada sosok lemah lembut yang bernama perempuan. Dan Feli, sangat jauh dari sosok wanita idamannya! Gadis ceroboh, cerewet, suka berteriak, manja dan egois! Benar-benar bukan tipe gadis yang ingin Faisal cintai apalagi nikahi!
"Pulang sana! Lama-lama orang ngiranya kita homo karena terlalu sering berdua kaya gini."
Faisal berdecak lagi, ia melirik arlojinya. Jam 9 malam, ternyata berdebat dengan Zul lumayan menyita waktu. Dengan berat hati, akhirnya Faisal bangkit dari kursi panasnya.
"Ya sudah, aku pulang dulu!" Faisal beringsut pergi dan menepuk bahu sahabatnya dengan hangat.
"Heh, obatmu ketinggalan tuh!" Zul menunjuk meja makan di mana tadi Faisal meletakkan obat dan vitamin untuk para pekerjanya.
"Kamu aja yang bawa besok!"
"Ogah!"
"Lakukan atau kupecat kau!" ancam Faisal sembari tetap mengayunkan langkahnya.
Zul menggeram kesal, ia mengawasi langkah sahabatnya yang terlihat lemas tak bersemangat. Namun detik berikutnya seutas senyum mengembang di bibir lelaki berusia setahun di bawah Faisal itu.
"Dasar pria bodoh!"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
jadi sarah tu siapa...jangan spi jd pelakor..
2023-07-01
0
Eva Karmita
kasihan felli selalu di acuhkan Faizal 😭 , harusnya Faizal bisa mengayomi istrinya dan memahami felli bukannya malah menjauh 😭
2023-01-10
2
lulu
kejamnya
2023-01-10
0