Sejak pingsan terakhir kali, rasa penasaran Feli semakin menjadi-jadi. Ia yakin pernah terjadi sesuatu di antara Faisal dan Sarah, atau mungkin masih terjalin hubungan yang spesial namun Feli tak mengetahuinya. Pertama kalinya Faisal memanggil Feli dengan sebutan 'Sayang' masih terngiang-ngiang hingga detik ini, sangat menggelikan sekaligus melelehkan hati seorang gadis ingusan macam Feli.
Satu-satunya orang yang bisa Feli tanyai hanyalah Zul. Dia adalah satu-satunya sahabat Faisal dan pasti tahu sejarah percintaan sahabatnya itu. Tapi kendalanya, setiap kali melihat dan mendengar suara Zul, Feli selalu saja mual dan berakhir muntah.
"Non, Mas Zul sudah di depan."
Feli tersentak dan menolehi Bik Sum dengan kaget. Tadi ia memang meminta tolong pada Bik Sum agar memanggilnya bila Zul datang. Feli sengaja beralasan pada Faisal agar Zul bisa datang ke rumah ini. Ia bilang ingin jalan-jalan bersama Ajeng, dan meminta Zul untuk menyupiri.
Dengan gugup, Feli bangkit dari ranjangnya. Ia sudah meminta Bik Sum untuk menyiapkan kresek kecil dan sapu tangan juga kacamata hitam. Antisipasi tiba-tiba mual ketika mengobrol nanti.
Melihat Feli keluar dengan penampilan yang aneh, Zul membuang muka dengan menahan tawa. Dengan cardigan berwarna cokelat tebal, kacamata hitam, masker dihidung dan segenggam kresek di tangan, Feli terlihat seperti bayi beruang yang hendak berjemur di pantai.
"Jangan ketawa!" perintah Feli kesal saat melihat Zul menunduk sembari tertawa.
Zul tak menjawab, ia menutup mulutnya sekuat tenaga, namun semakin ingin menahan tawanya semakin perutnya terasa sakit. "Bhahahahaa ..." tawa Zul keras saat ia tak bisa lagi menahannya.
Feli merengut, ia beringsut duduk agak jauh dari Zul. Perutnya sudah mulai bergejolak.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Zul akhirnya setelah puas tertawa.
"Berangkat ke mana? Hmmp ..."
Feli menutup mulutnya yang masih mengenakan masker ketika sesuatu di dalam perutnya hendak meringsek keluar, dengan sekali hentakan Feli melepas maskernya.
Zul menghela napasnya berat. "Bukannya tadi katanya mau minta antar jalan-jalan?"
"Whoeeek ..."
"Yaaah, malah muntah lagi!" gerutu Zul sembari berdiri dan bersiap untuk membantu Feli.
"Jangan mendekat! Whoeek!!" Feli menenggelamkan wajahnya di dalam kresek tebal itu untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
Zul menghentikan langkahnya dan kembali duduk. Ia mengawasi Feli dengan iba. Sudah tahu masih mual muntah tapi masih saja memaksa jalan-jalan!
Setelah lima menit berlalu dan Feli sudah agak tenang. Ia memanggil Bik Sum untuk minta tolong membuangkan kreseknya.
"Zul, aku memintamu datang kemari bukan untuk mengajakmu jalan-jalan. Dan sebelumnya aku minta maaf kalo selama kita mengobrol nanti aku akan mual dan muntah lagi, aku nggak tahu kenapa rasa mualku selalu datang setiap kali melihatmu!" jelas Feli panjang lebar tak enak hati.
Zul terperangah, ia menggaruk kepalanya dengan keki. Apakah wajahnya begitu jelek hingga Feli selalu mual setiap kali melihatnya??
"Aku minta maaf, Zul. Aku nggak bermaksud untuk menghinamu atau bagaimana, tapi kamu tahu kan syndrom hamil selalu aneh-aneh."
"Ya ya ya, aku paham, Kakak. Sekarang jelaskan padaku untuk apa kamu memintaku kemari?" sela Zul penasaran.
Bila melihatnya saja sudah membuat Feli mual dan muntah, pasti ada hal penting yang ingin ia katakan mengingat pengorbanannya cukup besar kali ini.
Feli menarik napasnya dalam, ia menghirup aroma eucalyptus di saputangan kecil yang ia genggam.
"Kamu kenal Bidan Sarah, kan?" tanya Feli hati-hati, ia menelisik perubahan ekspresi Zul.
"Kenal. Kenapa memangnya?" Zul balik bertanya.
"Apa dia dan Kak Ical pernah punya hubungan?"
Zul terhenyak, ia membuang muka. Sudah ia duga bila Feli pasti akan curiga cepat atau lambat.
"Kamu benar-benar ingin tahu?" tanya Zul menyelidik.
Feli mengangguk cepat, ia kembali menempelkan saputangan di hidungnya saat rasa mual itu kembali datang.
"Baiklah. Mungkin sudah saatnya kamu tahu cerita yang sebenarnya, karena aku yakin Faisal nggak akan menceritakannya padamu."
"Mereka benar-benar pacaran?" sela Feli syok.
"Bukan pacaran. Dan nggak pernah berpacaran." Zul bersandar di sofa dengan santai.
Feli mengernyit bingung dengan perkataan Zul. "Maksudmu bagaimana?"
"Faisal menyukai Sarah sudah sejak lama. Tepatnya sejak dia menjadi guru lesnya semasa SMA."
"Guru les? Kak Ical?" Feli terbelalak tak percaya.
Zul mengangguk cepat. "Kamu lupa kalo Kakak eh maksudku Suamimu itu jenius? Semua perempuan yang akan melanjutkan kuliahnya di kota, rata-rata akan meminta tolong pada Faisal untuk jadi guru lesnya agar mereka lolos ujian masuk Universitas!" terangnya berapi-api. "Dan salah satu perempuan itu adalah Sarah!"
Feli menghela napasnya gusar. "Jadi mereka saling menyukai sejak lama?"
"Entahlah. Setauku Faisal nggak pernah berani mengungkapkan perasaannya karena dia merasa minder pada keluarga Sarah yang terpandang di desa ini," jelas Zul dengan pandangan menerawang. "Faisal selalu merasa nggak pantas karena dia hanya anak panti asuhan yang nggak jelas asal-usulnya, sementara keluarga Sarah sangat selektif memilih bobot bibit dan bebet!"
"Whoeeeek!" Feli kembali menumpahkan isi di dalam perutnya ke kresek kecil yang sejak tadi standby di dekatnya. "Uhuk ... whoeek!"
Kali ini Zul benar-benar merasa kasihan pada Feli. Meskipun Faisal menikahinya karena terpaksa, namun mengacuhkan Feli disaat gadis ini butuh dukungan orang terdekatnya sungguh sangatlah kejam. Terlepas dari sifatnya yang egois, menyebalkan dan kekanakan, Feli ternyata tak seburuk yang Zul pikirkan. Buktinya dia rela membahayakan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan anak Pak Poniman.
Beberapa menit setelah Feli kembali tenang, Zul masih menunggunya dengan sabar.
"Apa menurutmu Sarah juga menyukai Kak Ical?" tanya Feli keki. Ia tahu benar tatapan Sarah terlihat berbeda kala melihat Faisal.
Zul menarik napasnya dalam. "Entahlah, pastinya Sarah sudah tahu bila Faisal telah menikahimu. Perasaannya sudah tak berguna lagi sekarang."
"Tapi Kak Ical sangat menyukai wanita itu!" sela Feli tak suka. "Tatapannya pada Sarah selalu berbinar, dia jadi murah senyum dan sangat ramah. Berbeda sekali ketika dia bersamaku!"
Zul terkekeh. "Itu karena kamu dan Sarah berbeda 360 derajat dan sepertinya Sarah adalah tipe wanita idaman Faisal. Betewe, apa kamu sudah mulai menyukai Faisal? Terakhir kali melihatmu, tatapanmu pada Faisal sangat menggangguku!"
Feli mengernyitkan keningnya bingung. "Memangnya tatapanku kenapa?"
"Kamu menatap Faisal seperti menatap musuh bebuyutan. Seperti melihat kuman atau bakteri dan sejenisnya!"
"Whoeeeek ..." Gejolak di dalam perut Feli kembali menderanya. Sungguh sangat menyiksa!
Drrrtt ... drrttt ...
Ponsel di saku kemeja Zul bergetar, ia meraihnya sementara Feli menyelesaikan mual muntahnya.
Faisal is calling ...
"Halo," sapa Zul cepat.
"Halo, Zul. Kalian jadi jalan-jalan ke mana?"
Zul melirik Feli yang masih menunduk dengan kresek menutupi seluruh wajahnya.
"Masih belum tahu. Kami masih belum berangkat."
"Whoekk!"
"Feli muntah-muntah, ya??" tanya Faisal khawatir saat mendengar suara Feli melalui ujung telefon.
"Yoi. Ya sudah aku tutup. Bye!"
"Zul, tunggu!"
Tit.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
meE😊😊
senyebel2in y feli psti ad nilai plus y.. maklumin aja biasa hidup d manja n serba ad jd sikap y kek gtu tp seiring brjlan y wkt feli pasti bs brubh kok aplg klo trus d dampingi ma faisal.. tp gmn mw brubh faisal y aja enggan bgd buat dkt sma feli
2023-08-15
0
Ami batam
wkwkwk bener bawaannya pengen ngajak Faisal berantem sj
2023-01-16
0
Ami batam
bener felli km cewek yg bar bar, manja, udh galak bawel lagi🤭, klo mb sarah tipe ny lembut, Anggun dan murah senyum, suka menolong ☺
2023-01-16
1