Jenuh Melanda

"Non, Bibik masak Kari Ayam, Non Feli mau makan siang nggak?"

Feli menoleh pada Bik Sum yang melongokkan kepalanya di antara celah pintu kamar yang terbuka.

"Nanti aja deh, Bik. Saya belum laper!"

Bik Sum mengangguk dan mundur teratur sembari menutup pintu kamar Nona Mudanya.

"Bik!! Bik!"

Bik Sum tersentak dan auto membuka pintu yang belum tertutup sempurna itu cepat. "Ya,  Non?"

"Kak Ical nggak pulang untuk makan siang lagi?" selidik Feli kepo.

Bik Sum menggeleng. "Tadi Tuan Faisal sudah pesen kalo Non Feli disuruh makan duluan. Nggak usah nunggu dia kaya kemarin."

Ck!

Feli berdecak dan beringsut duduk dari rebahannya. Feli tak terbiasa makan sendirian, setidaknya selama ini ia belum terbiasa! Selama tinggal bersama orang tuanya, Feli selalu makan bersama di meja makan. Dan sejak dua minggu tinggal di desa terpencil nan pelosok ini, bisa dihitung dengan jari berapa kali ia makan bersama Faisal.

"Gimana, Non Feli mau makan nggak?" tanya Bik Sum lagi memastikan.

"Udah dibilang nggak mau!" sungut Feli ketus.

Aura mencekam yang mulai timbul membuat Bik Sum perlahan mundur dan menutup pintu kamar majikannya. Ia lekas pergi sebelum Non Felinya menyemprotkan mantra sakti mandraguna.

Hidup di desa dengan segala keterbatasan fasilitasnya membuat Feli sangaaat ... sangat tersiksa! Sinyal yang sering ngadat membuat Feli tak bisa berselancar di dunia maya dengan bebas, ia tak bisa meng-update foto-foto terbarunya di laman aplikasi berlogo kamera polaroid ungu. Belum lagi terkadang sering mati lampu! Feli benci gelap, ia akan meminta Faisal menyalakan puluhan lilin di setiap sudut.  Meski hal itu justru meningkatkan resiko kebakaran, Feli tak peduli! Lebih baik rumah ini terbakar sekalian biar dia bisa pindah ke rumah yang lebih bagus! Oh ya, yang ada WC duduknya juga sekalian!

Karena bosan, Feli pun memutuskan untuk keluar dari kamar untuk menghirup udara segar di luar. Sebenarnya Feli sangat menyukai hawa pegunungan yang sejuk. Udaranya yang masih bersih membuat kulit Feli nampak semakin sehat sejak tinggal di sini, pepohonan yang hijau di depan halaman rumah Faisal membuat rumah terasa teduh dan syahdu. Hanya saja karena harus terpaksa tinggal di desa ini, pada akhirnya Feli membenci tempat ini.

"Biiiik!" teriak Feli dari teras.

Tak lama Bik Sum berlari tergopoh-gopoh dari dalam dengan serbet yang masih menempel di lehernya.

"Aku mau jalan-jalan! Ayo ikut!"

"Tapi Non, Bibik masih mau goreng tem--" tatapan tajam dari Felinova membuat Bik Sum mendadak bisu. "Iya sebentar, Non. Bibik mau matikan kompor dulu."

.

.

.

Sementara itu di tempat berbeda, satu kilometer dari rumah Faisal. Di sebuah gudang yang juga berfungsi sebagai kantor sekaligus pabrik pengepakan dan penyimpanan, Faisal mengawasi para pekerjanya yang sedang memilah-milah teh kering yang akan di packing dan dikirim ke kota. Nantinya teh-teh yang sudah melewati proses pelayuan itu akan dikirim ke pabrik pengolahan yang dihandle oleh Handoko. Tugas Faisal adalah memastikan teh yang dipetik adalah pucuk daun teh terbaik, menghandle ratusan petani kebun yang bertugas memetik teh, juga bertanggung jawab pada puluhan hektar kebuh teh milik Handoko.

Faisal enjoy melakukan pekerjaannya yang mononton karena ia buka tipe lelaki yang suka tantangan. Sejak hampir kurang lebih dua belas tahun menangani perkebunan, hidup Faisal yang flat dan teratur tak pernah membuatnya jenuh. Tapi, sejak Feli ikut tinggal bersamanya dua minggu ini, hidup Faisal mulai kacau balau. Terlebih perubahan  statusnya yang mendadak membuat para pekerjanya bertanya-tanya. Belum lagi keseharian Faisal yang terasa bagai rollercoaster. Sedetik ia tenang, detik berikutnya ia akan berpacu dengan emosi. Hidup bersama Feli benar-benar menguji iman dan kesabaran seorang Faisal Ramadhan.

"Pak Faisal."

Faisal tersentak dan membalikkan badan dengan cepat, mengawasi pemilik suara yang baru saja memanggilnya.

"Nasinya sudah saya taruh meja Pak Faisal," timpal Zul sembari menunjuk ruangan kerja Boss-nya menggunakan jempol sebagai bentuk kesopanannya.

Zul dan Faisal berteman baik. Tapi selama di kantor, Zul selalu berlaku sangat sopan pada Faisal. Tak sekalipun berbuat kurang ajar meskipun mereka bersahabat.

"Terima kasih, Zul," lirih Faisal seraya kembali mengawasi puluhan pekerjanya yang tengah memasukkan teh-teh layu itu ke dalam karung.

Zulfikar kemudian  beranjak dari tempatnya mematung dan berdiri di samping Faisal, memperhatikan ekspresi sahabat sekaligus majikannya yang belakangan ini selalu murung.

"Bagaimana kalo nanti malam kita main catur?"

Faisal menggeleng lemah. Padahal bermain catur adalah salah satu hobinya yang selalu berhasil membuat moodnya membaik. Tapi kali ini, lebih tepatnya dua minggu ini, Faisal tak bersemangat untuk bermain catur lagi.

"Nonton balapan kuda?"

Faisal kembali menggeleng. Ia menoleh pada Zul yang mendadak murung karena ditolak dua kali.

"Terima kasih, Zul. Tapi aku sedang tidak ingin bersenang-senang."

"Kenapa? Padahal aku sudah kangen ingin mengalahkanmu!" keluh Zul kecewa. Ia kemudian menutup mulutnya karena kelepasan ber- aku- kamu pada Faisal. "Maaf, kelepasan!" lirihnya merasa bersalah.

Faisal berpaling. Ia menghela dan menghembuskan napasnya berkala untuk melepaskan beban yang terasa semakin berat setiap harinya.

"Sudah jam berapa ini?" Faisal mengangkat tangan kirinya dan memerhatikan arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku ke tempat Sarah dulu, Zul! Sampai nanti."

"Eh, makan siangnya bagaimana?"

"Tolong simpankan milikku! Aku akan kembali satu jam lagi!"

Zulfikar mengulum senyum saat melihat sahabatnya itu berlari dengan cepat menuruni tangga. Sarah selalu berhasil membuat Faisal bersemangat ...

.

.

.

Jalanan utama desa yang masih berupa aspal berbatu membuat Feli akhirnya memutuskan untuk belok ke sebuah jalan kecil untuk jalan-jalan. Meskipun sudah  jam 2 siang tapi suasana pegunungan yang selalu tertutup awan  membuat hawa sejuk masih terasa. Sesekali Feli berelaksasi dengan menarik napas dan menghembuskan berkala, udara yang segar membuat moodnya yang sempat buruk perlahan kembali tenang.

"Bik, cerita dong sejak kapan Bik Sum kerja sama Papi dan Mami?" tanya Feli tiba-tiba.

Bik Sum yang sedari tadi berjalan di belakang Feli sontak berlari dan berjalan beriringan.

"Bibik kerja sama Tuan dan Nyonya Besar sejak mereka baru menikah, Non!"

"Oh ya?"

Bik Sum mengangguk cepat. "Dulu tuh Bibik paling suka kalo liat Tuan dan Nyonya mesra-mesraan sambil nonton tivi. Kayak yang romantiiiiss banget gitu."

Feli terkekeh mendengar penjelasan ART-nya itu, wajah Bik Sum sangat ekspresif setiap kali berbicara.

"Terus, Tuan dan Nyonya ngadopsi Tuan Faisal saat nggak kunjung hamil." Wajah Bik Sum berubah sendu. "Waktu itu Tuan Faisal kurus banget, maklum sih kan tinggal di Panti Asuhan. Mungkin di sana Tuan Faisal hidup serba terbatas karena harus tinggal bersama puluhan anak lain."

Feli melirik Bik Sum sembari tetap fokus pada jalan di depannya.

"Terus, Non Feli lahir waktu Tuan Faisal baru masuk SMA."

Langkah Feli terhenti, pandangan matanya menangkap sosok orang yang dikenalnya baru saja keluar dari sebuah rumah yang cukup besar sembari menenteng tas plastik.

"Kak Ical ..."

"Iya, Tuan Faisal sudah SMA pas Non Feli lahir!"

"I-itu Kak Ical kan, Bik?" Feli menolehi Bik Sum dan menunjuk seorang lelaki yang kini tengah senyum-senyum sendiri dan berlalu pergi.

"Loh, Tuan Faisal kokk??"

...****************...

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hah...apa falsal udah punya istri ya..

2023-07-01

0

Karyi

Karyi

nah loh,jangan kegeeran ya.faisal punya cem2an yg caem.

2023-03-06

0

Mak Galau

Mak Galau

siapa sarah?

2023-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Dosa Terindah??
2 Marah Besar
3 Sah!!
4 Sekamar
5 Jenuh Melanda
6 Alasan dibalik Senyuman
7 Berteman?
8 Pertengkaran Pertama
9 Sidak Papa
10 Namaku Sarah
11 Morning Sickness
12 Ngidam
13 Penyelamat
14 Sok Jagoan
15 Jangan Khawatirkan Hari Esok
16 Teman Baru
17 Cemburu
18 Pengagum Rahasia
19 Menjaga Jarak
20 Visual Cast
21 Antarkan Aku Pulang ke Kota
22 Tendangan Kecil
23 Tatapan Mematikan
24 Tak Ada Titik Temu
25 Utamakan Kebahagiaanmu
26 Penampilan Baru
27 Pulang ke Rumah Kita
28 Apapun Kulakukan Untukmu
29 Pelukan
30 Aku Sayang Kalian
31 Selamat Pagi!
32 Pasangan Bucin
33 Hari yang Semakin Indah
34 Kamu yang Tercantik
35 Dari Hati ke Hati
36 Teman Baru
37 Teman Baru II
38 Give Away
39 Waktu Berlalu
40 Kamu Lebih Penting
41 Tolong, Selamatkan Anakku!
42 Hello, Baby!
43 Pengumuman Pemenang Give Away
44 Kesal Padamu!
45 Mirip Denganku?
46 Maafkan Aku ...
47 Nama Bayi Kita
48 Aqiqah & Selapanan
49 Hasrat Terpendam
50 Pengait Sialan!
51 Aku yang Terakhir
52 Perayaan Ulang Tahun
53 Dia Kembali
54 Alasan Menghilang
55 Aku Papanya!
56 Aku Suaminya!!
57 Maafkan aku, Feli.
58 Pergi Begitu Saja
59 Papa?
60 Kita Pergi
61 30 Hari Kemudian
62 Pergilah Bersamanya
63 Ikatan Batin
64 Mencari Bersama
65 Dari Hati ke Hati
66 Cepatlah Sembuh
67 Takdir
68 Putriku Sayang
69 Pergilah Bersamanya
70 Selayaknya Keluarga
71 Pulang
72 Selamat!
73 Terima Kasih, Feli!
74 Bukan Suami Pengganti
75 I Love You, Mr. CEO
76 Promote
77 Promote New Story!
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Dosa Terindah??
2
Marah Besar
3
Sah!!
4
Sekamar
5
Jenuh Melanda
6
Alasan dibalik Senyuman
7
Berteman?
8
Pertengkaran Pertama
9
Sidak Papa
10
Namaku Sarah
11
Morning Sickness
12
Ngidam
13
Penyelamat
14
Sok Jagoan
15
Jangan Khawatirkan Hari Esok
16
Teman Baru
17
Cemburu
18
Pengagum Rahasia
19
Menjaga Jarak
20
Visual Cast
21
Antarkan Aku Pulang ke Kota
22
Tendangan Kecil
23
Tatapan Mematikan
24
Tak Ada Titik Temu
25
Utamakan Kebahagiaanmu
26
Penampilan Baru
27
Pulang ke Rumah Kita
28
Apapun Kulakukan Untukmu
29
Pelukan
30
Aku Sayang Kalian
31
Selamat Pagi!
32
Pasangan Bucin
33
Hari yang Semakin Indah
34
Kamu yang Tercantik
35
Dari Hati ke Hati
36
Teman Baru
37
Teman Baru II
38
Give Away
39
Waktu Berlalu
40
Kamu Lebih Penting
41
Tolong, Selamatkan Anakku!
42
Hello, Baby!
43
Pengumuman Pemenang Give Away
44
Kesal Padamu!
45
Mirip Denganku?
46
Maafkan Aku ...
47
Nama Bayi Kita
48
Aqiqah & Selapanan
49
Hasrat Terpendam
50
Pengait Sialan!
51
Aku yang Terakhir
52
Perayaan Ulang Tahun
53
Dia Kembali
54
Alasan Menghilang
55
Aku Papanya!
56
Aku Suaminya!!
57
Maafkan aku, Feli.
58
Pergi Begitu Saja
59
Papa?
60
Kita Pergi
61
30 Hari Kemudian
62
Pergilah Bersamanya
63
Ikatan Batin
64
Mencari Bersama
65
Dari Hati ke Hati
66
Cepatlah Sembuh
67
Takdir
68
Putriku Sayang
69
Pergilah Bersamanya
70
Selayaknya Keluarga
71
Pulang
72
Selamat!
73
Terima Kasih, Feli!
74
Bukan Suami Pengganti
75
I Love You, Mr. CEO
76
Promote
77
Promote New Story!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!