Mai mengusap air matanya dengan kasar, beginikah yang akan dia alami setiap harinya, diperlakukan dengan kasar, direndahkan, di caci maki, pikirnya. Mai menyentuh dadanya yang teramat sesak, segitu rendahnya kah pekerjaan sebagai seorang pelayan, sampai-sampai harus direndahkan segala.
"Tutup mulutmu! dia gadis penyelamat untukmu!. Memangnya mengapa kalau dia seorang pelayan, asal kamu tau wanita yang melahirkanmu di dunia ini yang sering kamu panggil Mama juga bekas seorang pelayan bahkan wanita yang kamu sayangi ini terlahir dari rahim seorang pelayan. Jika kamu merendahkannya, berarti kamu juga merendahkan ibumu sendiri!" ucap ibunya marah dengan mata memerah dan begitu murka tak terima ucapan putranya. Sungguh dirinya begitu sensitif jika seseorang direndahkan.
Morgan menjadi diam seribu bahasa dan tak bisa berkata-kata lagi. Entah mengapa dia menjadi menyesali apa yang baru saja diucapkannya.
Tuan Fino dan Malfin yang mendengar perdebatan mereka bergegas menghampirinya.
Nyonya Milan melangkah mendekati Mai yang sedang menunduk menyembunyikan wajahnya yang sembab. Kemudian Nyonya Milan membawanya masuk ke dalam pelukannya.
"Dia putriku, jangan sekali-kali merendahkannya." peringat Nyonya Milan sambil menatap tajam putranya.
"Mama, bukan seperti itu....aku hanya...." Morgan tak melanjutkan ucapannya karena ucapannya langsung di potong oleh ibunya.
"Hanya apa!, tidak terima dengan pernikahanmu!...sekarang kamu baru menyesalinya karena menikahinya begitu, apa kamu sudah gila? Syukur-syukur Mama bisa menemukan gadis seperti Khumaira yang bersedia menjadi pengantin pengganti untukmu. Mana wanita yang kamu pilih dan banggakan sekarang! mana para wanita yang selama ini kamu temui hingga habiskan waktu bersama, apakah dia datang untuk membantumu? apakah dia akan sanggup dan mau menjadi pengantin pengganti untukmu?" ucap ibunya dengan entengnya. Emosinya sudah meluap-luap.
Morgan menghela nafas kasar, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dari lubuk hatinya yang terdalam, dia baru menyesali segala ucapannya, namun egonya teramat tinggi karena keangkuhan dan sifat arogan yang mendarah daging dalam dirinya.
Ya inilah salah satu kekurangan pria berusia 28 tahun itu, ucapannya sama sekali tidak disaring sebelum dilontarkan ke semua orang, padahal lewat ucapannya bisa saja menyakiti hati orang lain. Jelas-jelas ia masih bisa membentengi diri dengan hati kecilnya yang mampu berbicara di dalam sana jika ucapannya salah dan berakibat menyakiti hati orang lain, begitu pula sebaliknya jika ucapannya benar.
"Minta maaflah kepada ibumu dan juga istrimu. Kamu tidak tahu terima kasih, mereka lah sosok yang menyelamatkan pernikahanmu. Menyelamatkan nama baik mu dan nama baik keluarga besar kita yang hampir saja menanggung malu besar sepanjang sejarah. Untuk itu pertimbangkanlah sesuatu yang kamu anggap benar sebelum memutuskannya, jangan sampai seperti ini. Jikalau kedua wanita ini tidak ada, maka seperti apa hidupmu hari ini juga. Karena sekali kamu berbuat kesalahan di mata publik seumur hidup kesalahan mu akan dikenang sepanjang masa." ucap Tuan Fino menengahi anak dan istrinya dengan wejangan bijaknya dari mendiang ibu angkatnya. Dan sampai sekarang masih mengingatnya.
Morgan terdiam mendengar setiap ucapan ayahnya, kedua tangannya mulai mengusap wajahnya dengan kasar. Sungguh malu rasanya jika harus meminta maaf kepada pelayan rendahan itu. Tapi, ia juga tidak ingin hubungannya bersama sang ibu menjadi renggang, karena ibunya lebih membela pelayan rendahan itu dibandingkan dirinya.
Morgan mulai dirundung kebimbangan, dari satu sisi ia ingin sekali bersujud dan meminta maaf kepada ibunya, dilain sisi harga dirinya akan dipertaruhkan hanya karena harus meminta maaf kepada pelayan rendahan itu
Sementara Mai tak bisa melakukan apa-apa selain diam dan hanya perlu lebih banyak bersabar menghadapinya. Karena mulai hari ini, dia harus kuat dan siap mental menghadapi kelakuan tuan mudanya super arogan yang sudah sah menjadi suaminya.
Hanya Ibunya dan ibunya menjadi kunci satu-satunya Mai melakukan semua itu. Tak peduli bagaimana rintangan yang akan dia hadapi, tapi kesembuhan ibunya jauh lebih penting di atas segalanya.
Dia tidak perlu lagi memikirkan biaya pengobatan ibunya, karena Nyonya Milan yang akan menanggung semuanya dan menempatkan seorang perawat profesional yang senantiasa menjaga ibunya selama dua puluh empat jam, yang jelas dia hanya perlu menjadi pengantin pengganti untuk putranya dan Mai bersedia serta rela melakukan semua itu.
Ya Allah, aku belum juga menghubungi ibu seharian ini. Batin Mai cemas yang selalu kepikiran dengan ibunya.
Morgan sendiri menghembuskan nafasnya dengan kasar yang belum bergeming ditempatnya berdiri bahkan mulutnya masih terkunci rapat belum mengatakan sepatah kata guna meminta maaf kepada ibu dan istrinya.
Tak ada pilihan lain yang bisa dilakukan oleh Morgan, jalan satu-satunya meninggalkan mansion. Morgan perlu menenangkan diri, dia memilih melangkah dengan santainya melewati ketiga orang yang tengah menatapnya tajam.
"Silahkan pergi, jangan sekali-kali kembali jika kamu belum menyesali perbuatanmu. Kejarlah dan temukan wanita yang bernama Maura itu. Tapi ingat, mama tidak akan pernah merestui hubungan kalian." ucap ibunya sampai-sampai meneteskan air matanya. Morgan seolah tak mendengar ucapan ibunya, dia terus melangkah menuju pintu.
Malfin yang melihat itu tak terima, dia bergerak cepat menyusul Morgan dan langsung melayangkan pukulan di wajah Morgan untuk menyadarkan saudaranya itu.
Bughh... Bughhh
Semua orang terkejut melihatnya. Bahkan Morgan sudah terjatuh dilantai yang terus mendapatkan pukulan membabi buta dari Malfin dan sama sekali tidak melakukan perlawanan. Mai menjadi panik melihat perkelahian kakak beradik itu.
"Tolong berhenti tuan." teriak Mai dan pertama kalinya buka suara.
Tuan Fino bergerak cepat melerai mereka.
"Berhenti!" Nyonya Milan berteriak keras menghentikan aksi putranya itu.
"Tak tahu terima kasih, aku tidak akan membiarkanmu pergi dari rumah ini sebelum meminta maaf kepada Mama." kesal Malfin menunjuk wajah saudaranya yang sedang dipegangi oleh ayahnya.
Untungnya perkelahian itu tidak disaksikan oleh anak dan istrinya, karena keluarga kecil Malfin sedang berada di kamar.
Sementara Morgan hanya mampu menunduk menyentuh sudut bibirnya yang berdarah. Mai ingin bergerak untuk membantunya berdiri, namun dia tak memiliki keberanian melakukan hal itu.
Morgan perlahan mulai bangkit dan berdiri tegak, tatapannya sendu menatap ibunya yang masih berdiri ditempatnya dengan mata sembab. Morgan merutuki kebodohannya, sungguh dirinya begitu bodoh hingga membuat orang yang paling disayanginya menangis. Sedang ibunya buang muka dan tak ingin bersitatap dengannya karena masih kesal dengan putra bungsunya itu.
Morgan melangkah pelan mendekati ibunya, tanpa basa-basi Morgan bersimpuh di hadapan ibunya dan langsung berhambur memeluk lutut ibunya layaknya anak kecil.
"Aku mengaku salah ma, maafin Morgan yang tak tau terima kasih ini dan tak berbakti kepada Mama." ucap Morgan dengan mata berkaca-kaca, sungguh hatinya berdenyut nyeri jika melihat ibunya menangis dan mengapa ia baru sadar sekarang, jika saudaranya tak bergerak cepat menghajarnya mungkin egonya semakin menjadi-jadi. Sementara ibunya hanya diam membisu mendengar permintaan maafnya. Morgan terus meraung-raung meminta maaf kepada ibunya.
Mai sampai terharu melihatnya. Sudut matanya kembali berair, dengan cepat dia mengusapnya lembut.
Tuan Fino dan Malfin hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Kerja bagus, akhirnya kamu menyadarkan adikmu." ucap tuan Fino sambil menepuk pundak putra sulungnya dan Malfin hanya mengangguk menanggapinya.
Nyonya Milan yang tak kuasa melihat putranya lekas membantunya berdiri lalu berhambur memeluknya dengan penuh kasih. Emosinya hilang sekejap dan berganti dengan perasaan haru.
"Mama sudah memaafkan mu, jangan mengulanginya lagi." ucap ibunya tersenyum sambil mengelus punggungnya.
Morgan menganggukkan kepalanya di pelukan ibunya. Lalu melepaskan pelukannya karena sang ibu menegurnya yang kesulitan bernafas. Morgan tersenyum tipis dan kembali mencium punggung tangan ibunya dengan penuh kasih.
Pandangan Morgan kembali teralihkan pada sosok gadis muda yang berdiri di samping ibunya dan selalu ia ejek sebagai pelayan rendahan.
Dengan terpaksa Morgan mengeluarkan kata maaf kepada gadis itu, biar semuanya tuntas.
Kamu akan menerima akibatnya setelah ini, pelayan rendahan. Beraninya kamu meracuni seluruh pikiran keluargaku. Batin Morgan penuh kelicikan.
Semua orang bubar dan kembali ke kamarnya masing-masing, termasuk Mai dan Morgan.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
momy Athar
jangan sampai kesalahan terulang lagi dulu papa fino yg nyakitin milan😭😭😭🧡 sampai di tinggal pergi
2023-01-21
4
Fatma
lanjut dong thor 😊
2023-01-21
0
Nahla Zakira
lanjut thor
2023-01-21
0