Mencari Pinjaman

"Baik dokter yang jelas selamatkan ibu saya. Insyaallah secepatnya saya akan menyelesaikan biaya administrasinya." lirih Mai sembari mengusap air matanya.

“Setelah nona Mai menyelesaikan semua administrasi, kami akan melakukan operasi secepatnya mengingat kondisi ibu anda semakin melemah dan harus segera ditangani. Karena itu mohon segera selesaikan biaya administrasinya secepatnya.” pinta Dokter Viona.

“Kira-kira berapa biaya untuk operasinya dok?”

“Sekitar dua ratus juta.”

“Apa? dua ratus juta?” Mai terhentak kaget mendegar penuturan dokter tersebut.

Mai tak bisa berkata-kata mendengar biaya operasi ibunya yang begitu mahal, bahkan dirinya belum pernah melihat uang sebanyak itu.

Bagaimana mungkin dia mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi ibunya, mengingat dirinya hanyalah seorang pelayan yang setahun belakangan ini menggantikan posisi ibunya yang bekerja sebagai seorang pelayan di Mansion Keluarga Konglomerat.

Gaji yang ia dapatkan sebagai pelayan di keluarga Alexander lagi-lagi digunakan untuk biaya berobat ibunya. Namun apa boleh buat dia harus mendapatkan uang sebanyak itu demi biaya operasi ibunya.

"Baik Dokter." ucap Mai mengangguk menanggapi ucapan dokter tersebut. Sedang dokter Viona pamit undur diri untuk kembali memeriksa pasien lainnya.

Setelah ibunya dipindahkan ke ruang rawat inap barulah Mai diperbolehkan untuk melihat ibunya. Mai duduk di kursi samping tempat tidur pasien, matanya masih sembab menatap orang yang sangat disayanginya terbaring lemah di atas tempat tidur dengan banyaknya alat bantu di tubuhnya.

"Ibu yang kuat. Insyaallah ibu pasti sembuh, Allah selalu bersama kita." ucap Mai tersenyum sembari menyentuh lengan ibunya.

Mai akan melakukan apa saja yang jelas ibu cepat sembuh.

🍁🍁🍁🍁

Mai melangkah gontai keluar dari rumah sakit. Tatapan matanya begitu kosong dengan langkah tak tentu arah hingga tak sengaja bersenggolan dengan orang-orang yang berpapasan dengannya.

"Maaf."

"Kalau jalan pakai mata, jangan cuman melamun terus." ketus wanita paruh baya yang tak sengaja bersenggolan dengan Mai.

"Maaf." Hanya kata maaf yang mampu dilontarkan oleh Mai pada orang-orang yang disenggol nya.

Sebelum keluar dari rumah sakit Mai sempat menghubungi Bu Ani untuk segera datang menjaga ibunya di rumah sakit. Pasalnya dirinya akan kembali bekerja. Dan Bu Ani selalu ada untuknya saat Mai membutuhkannya.

Bu Ani merupakan tetangganya dan sudah seperti keluarganya sendiri. Wanita paruh baya itu begitu baik kepadanya dan selalu siap membantu Mai kapanpun jika dibutuhkan.

Hidup sebatang kara tanpa sanak saudara membuat Mai begitu kasihan kepada Bu Ani. Diusianya yang tak lagi muda membuat Bu Ani hanya bisa tinggal di rumah tanpa harus bekerja.

Terkadang Mai menyisihkan sedikit uangnya untuk diberikan kepada Bu Ani, namun Bu Ani selalu menolak pemberiannya. Karena mengganggap Mai lebih membutuhkan uang dibandingkan dirinya. Bu Ani ikhlas menjaga Ibunya tanpa harus dibayar.

🍁🍁🍁🍁

Kediaman Keluarga Alexander.

Terlihat Mansion mewah dengan bangunan tiga lantai tampak berdiri kokoh dipinggiran kota negara B. Banyaknya para penjaga berjaga-jaga di gerbang utama hingga ke halaman mansion mewah tersebut.

Tak seorangpun bisa masuk ke mansion sebelum melalui tahap pemeriksaan dari para penjaga dan para bodyguardnya yang kesemuanya lelaki bertubuh kekar, termasuk para pekerja di mansion tersebut.

Mereka semua orang terlatih dengan menguasai teknik beladiri mumpuni. Bukan tanpa sebab banyaknya para penjaga yang bertugas menjaga keamanan hunian mewah kaum konglomerat itu, tapi semua itu semata-mata demi keamanan anggota keluarga Alexander.

Hampir semua orang menginginkan bekerja di keluarga Alexander. Di samping gajinya yang lumayan tinggi kesejahteraan pun terjamin. Mengingat keluarga Alexander adalah orang yang sangat berpengaruh di negeri ini dan memiliki kerajaan bisnis yang tersebar di penjuru dunia.

Mai termasuk orang yang beruntung menggantikan posisi ibunya bekerja sebagai pelayan di keluarga Alexander. Walau tak melanjutkan pendidikannya ke jenjang tinggi, namun dia begitu bersyukur dengan pekerjaan yang digelutinya sekarang. Karena begitu banyak orang-orang di luaran sana menginginkan pekerjaan seperti dirinya.

Selesai membayar ongkos ojek, Mai melangkah ke gerbang utama dan sudah disambut ketiga penjaga dengan tampang garang.

"Mana kartu identitasnya?" tanya salah satu penjaga dengan sorot mata tajam.

Mai segera mengeluarkan kartu identitasnya yang posisinya sebagai seorang pelayan. Dengan gugup Mai menyerahkan kartu identitasnya, penjaga itu melihatnya dengan seksama lalu menyerahkannya kembali.

"Masuk." perintahnya sembari membukakan pintu untuk Mai.

Mai bergegas masuk dan melangkah cepat melewati halaman mansion. Kaki kecilnya terus mengayun ke sisi kiri halaman mansion untuk segera sampai di tempatnya bekerja.

Namun tiba-tiba saja mobil Lamborghini Aventador berwarna silver melaju kencang yang baru saja keluar dari parkiran mobil. Mai yang melihat kendaraan roda empat itu melaju ugal-ugalan membelalakkan matanya dan segera menepi ke pinggir hingga terjeremba jatuh di tanah.

"Astaghfirullah, hufff." gumam Mai sembari memegangi bokongnya yang terasa sakit.

Sedang pengendara mobil itu terlihat acuh dan terus memacu mobilnya keluar mansion.

Mai bergegas berdiri dan melangkah cepat menuju mes pelayan untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan seragam pelayan. Setelah itu barulah dia bergabung bersama pelayan lainnya.

"Assalamualaikum." ucap Mai memberi salam.

"Waalaikumsalam." jawab serempak ketiga wanita paruh baya yang sedang mengerjakan pekerjaannya. Mulai dari mencuci piring, memotong sayuran, memasak dan lain sebagainya.

"Bagaimana kondisi ibumu Khumaira?" tanya Bu Ijah yang merupakan sahabat ibunya selama bekerja menjadi pelayan.

Mai hanya menunduk sambil mencuci tangannya di wastafel lalu melap nya di kain bersih.

"Mai." panggilnya karena tak ada sahutan dari sang empunya.

Bu Ijah menghentikan pekerjaannya lalu mendekati Mai.

"Katakan nak, bibi akan mendengarnya." ucap Bu Ijah sambil mengelus punggungnya.

Terdengar suara Isak tangis yang begitu pilu dari gadis muda itu. Bu Ijah lalu menariknya masuk ke dalam pelukannya, karena sudah menganggap Mai seperti anak sendiri.

Setelah agak baikan, Mai mulai menceritakan tentang kondisi ibunya. Ketiga wanita paruh baya itu begitu iba atas sakit yang di derita ibunya.

"Sekarang saya sedang mencari pinjaman untuk biaya operasi ibu saya " lirih Mai.

"Kira-kira berapa biaya operasinya Mai?" tanya Bu Ijah.

"Sekitar dua ratus juta, Bi." jawab Mai.

Seketika Bu Ijah menutup mulutnya mendengar jawaban langsung dari Mai.

"Maaf Mai, bibi tidak punya uang sebanyak itu. Tapi, Bibi ada sedikit uang biar tambah-tambah biaya pengobatan ibu kamu." ucap Ijah.

"Tidak apa-apa bibi. Untuk uangnya bibi simpan saja. Mai akan mencari pinjaman di bank." ucap Mai tersenyum.

"Jangan gegabah dulu, sebaiknya tanyakan dulu masalah kamu pada nyonya, siapa tahu bisa bantu." usul Bu Tina.

"Benar nak Mai. Sebaiknya kamu pinjam uang sama nyonya aja" timpal Bu Ijah.

"Tapi Bibi, saya tidak ingin merepotkan nyonya. Nyonya terlalu baik kepada keluarga saya." tolak Mai.

"Mai ini demi kesembuhan ibu kamu, jika kamu pinjam uang di bank masalah kamu akan tambah rumit. Banyak berkas-berkas yang harus kamu urus lagi, apalagi ibumu harus segera di operasi." ucap Bu Tina.

"Benar Mai, ikutin ucapan kami selagi kamu mengganggap kami sebagai orang tuamu." sahut Bu Lina.

Mai terdiam mendengar ucapan mereka. Seketika bayangan ibunya yang terbaring lemah di rumah sakit terlintas dipikirannya.

"Baik Bibi, saya akan mencobanya." ucap Mai menggangguk.

Mereka semua tersenyum lalu melanjutkan kembali pekerjaannya membuat menu makan siang untuk sang majikan.

Terlihat wanita paruh baya berpakaian syar'i berjalan anggun memasuki dapur tempat para pelayan tengah sibuk memasak untuk makan siang nanti.

Wanita itu sama sekali tak termakan usia dan tetap saja terlihat cantik luar dalam dengan kebajikan yang dimilikinya. Wanita itu tidak lain adalah Nyonya Milan, istri tuan Fino.

"Nyonya." gumam Mai tersenyum tipis melihat kedatangan nyonya mereka dan wanita itu ikut tersenyum menatapnya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

mamfir thor suka sma cerita nya

2023-05-19

1

Ade

Ade

karakter Mai wanita tangguh 👍

2023-01-15

1

kim

kim

lanjut thor

2023-01-10

2

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Mencari Pinjaman
3 Alhamdulillah
4 Kepulangan Morgan
5 Meminta restu
6 Persiapan Pernikahan
7 Tuan Muda Arogan
8 Menghitung Hari
9 Maura Menghilang
10 Perdebatan Ibu dan anak
11 Pengantin Pengganti
12 Menerima Pinangan
13 Hari Pernikahan
14 Jangan menunduk
15 Mengapa harus dia!
16 Meminta maaf
17 Kesepakatan bersama
18 Ajakan Tinggal Bersama.
19 Mewawancarai
20 Ancaman
21 Berbagi Kamar
22 Terpaksa
23 Ajakan ibu mertua
24 Memasak
25 Malu
26 Membangunkan tuan muda
27 Makan malam keluarga
28 Tak sengaja
29 Hampir saja
30 Menghindari
31 Bertanggungjawab
32 Kedatangan Si kembar
33 Menjadi orang tua
34 Ponsel
35 Tidur Bersama
36 Semakin dekat
37 Jujur
38 Penyerangan
39 Penyerangan part 1
40 Penyerangan part 2
41 Mengobati
42 Maura?
43 Kekasih Halal
44 Sayang
45 Berubah
46 Hari kepulangan Maura
47 Cemburu
48 Bulan madu
49 Khawatir
50 Kabar buruk
51 Ungkapan Perasaan.
52 Hilang
53 Kehilangan
54 Ujian Cinta
55 Rindu
56 Bertemu
57 Bolehkah?
58 Ya
59 Mengejutkan
60 Bersitegang
61 Berdamai
62 Hamil
63 Ngidam
64 Maura sudah tiada
65 Ingin segera pulang
66 Siasat licik Devan
67 TIDAK
68 Kenyataan Pahit
69 Menata diri
70 Morgan sakit
71 Jangan-jangan kamu?
72 Positif Hamil
73 Baby Ameena dan Baby Ameera
74 Berkunjung ke Savana
75 Anniversary Pernikahan
76 Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77 Pengumuman untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Awal Mula
2
Mencari Pinjaman
3
Alhamdulillah
4
Kepulangan Morgan
5
Meminta restu
6
Persiapan Pernikahan
7
Tuan Muda Arogan
8
Menghitung Hari
9
Maura Menghilang
10
Perdebatan Ibu dan anak
11
Pengantin Pengganti
12
Menerima Pinangan
13
Hari Pernikahan
14
Jangan menunduk
15
Mengapa harus dia!
16
Meminta maaf
17
Kesepakatan bersama
18
Ajakan Tinggal Bersama.
19
Mewawancarai
20
Ancaman
21
Berbagi Kamar
22
Terpaksa
23
Ajakan ibu mertua
24
Memasak
25
Malu
26
Membangunkan tuan muda
27
Makan malam keluarga
28
Tak sengaja
29
Hampir saja
30
Menghindari
31
Bertanggungjawab
32
Kedatangan Si kembar
33
Menjadi orang tua
34
Ponsel
35
Tidur Bersama
36
Semakin dekat
37
Jujur
38
Penyerangan
39
Penyerangan part 1
40
Penyerangan part 2
41
Mengobati
42
Maura?
43
Kekasih Halal
44
Sayang
45
Berubah
46
Hari kepulangan Maura
47
Cemburu
48
Bulan madu
49
Khawatir
50
Kabar buruk
51
Ungkapan Perasaan.
52
Hilang
53
Kehilangan
54
Ujian Cinta
55
Rindu
56
Bertemu
57
Bolehkah?
58
Ya
59
Mengejutkan
60
Bersitegang
61
Berdamai
62
Hamil
63
Ngidam
64
Maura sudah tiada
65
Ingin segera pulang
66
Siasat licik Devan
67
TIDAK
68
Kenyataan Pahit
69
Menata diri
70
Morgan sakit
71
Jangan-jangan kamu?
72
Positif Hamil
73
Baby Ameena dan Baby Ameera
74
Berkunjung ke Savana
75
Anniversary Pernikahan
76
Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77
Pengumuman untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!