Terlihat wanita paruh baya berpakaian syar'i berjalan anggun memasuki dapur tempat para pelayan tengah sibuk memasak untuk makan siang nanti.
Wanita itu sama sekali tak termakan usia dan tetap saja terlihat cantik luar dalam dengan kebajikan yang dimilikinya. Wanita itu tidak lain adalah Nyonya Milan, istri tuan Fino.
"Nyonya." gumam Mai tersenyum tipis melihat kedatangan nyonya mereka dan wanita itu ikut tersenyum menatapnya.
Ketiga wanita paruh baya yang merupakan rekannya tampak tersenyum melihat nyonya mereka di dapur.
"Mai sebaiknya utarakan keinginanmu. Jangan sampai nyonya keluar negeri." bisik Bu Ijah.
Mai kembali melirik nyonya Milan lalu menatap Bu Ijah, hingga akhirnya Mai menggangguk setuju menanggapi ucapannya.
"Khumaira, bagaimana kondisi ibumu?" tanya Nyonya Milan.
"Ibu saya kembali di rawat di rumah sakit Nyonya." ucap Mai menunduk.
" Innalillahi, semoga ibumu cepat sembuh, Mai. Percayalah semuanya akan baik-baik saja selagi kita berusaha dan berdoa." ucap nyonya Milan.
Innalillahi merupakan doa istirja. Doa istirja penerapannya bisa digunakan ketika mendengar dan melihat musibah, adanya suatu ujian dan cobaan ataupun kejadian buruk.
"Aamiin." ucap Mai sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Nyonya Milan ikut perihatin atas cobaan yang menimpa ibu Mai. Wanita paruh baya itu menyentuh pundak Mai untuk memberikan kekuatan untuknya.
"Nyonya, ada yang ingin saya katakan kepada anda." ucap Mai menunduk harap-harap cemas dengan suara terdengar lemah lembut.
"Baiklah, sebaiknya kita bicara di ruang pribadi saya." ajak nyonya Milan dan Mai menggangguk menanggapi ucapannya.
Mereka lalu berjalan beriringan ke ruang perpustakaan, dimana ruangan tersebut menjadi ruang pribadi nyonya Milan.
"Duduk Mai." ucap Nyonya Milan mempersilahkan Mai duduk di kursi.
Mai membungkuk hormat lalu mendaratkan bokongnya di kursi.
"Apa yang ingin kamu katakan Mai?" tanya Nyonya Milan dengan senyuman menghiasi bibirnya.
Mai begitu gugup ingin mengutarakan niatnya. Berkali-kali dia menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan. Setelah merasa sedikit tenang, Mai lalu beranjak dari kursinya dan memilih duduk bersimpuh di kaki nyonya Milan.
Nyonya Milan yang melihat aksinya lekas menyuruhnya untuk berdiri, namun Mai hanya menggeleng dengan mata berkaca-kaca dan begitu kekeh untuk duduk di lantai saja.
"Begini nyonya, ibu saya akan segera di operasi dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Tapi, saya sama sekali tidak punya uang sebanyak itu untuk biaya operasi ibu saya. Nyonya, bolehkah saya pinjam uang kepada anda?"
"Saya berjanji akan mengembalikan uang nyonya dengan cara menyicil lewat gaji yang saya terima selama bekerja di kediaman nyonya. Kalaupun saya tidak digaji saya tetap ikhlas dan ridho yang terpenting anda mau berbelas kasih meminjamkan uang kepada saya. Tolong nyonya, saya bersedia melakukan apapun demi biaya operasi ibu saya, hanya ibu saya yang saya miliki di dunia ini...hiks...hiks..." ucap Mai menunduk berderai air mata. Sungguh dirinya akan menjadi rapuh jika menyangkut tentang ibunya.
Nyonya Milan menghela nafas lalu mengulurkan tangannya menyentuh kedua pundaknya. Nyonya Milan begitu kasian kepada Mai, gadis muda yang harus berjuang keras demi membiayai pengobatan ibunya. Padahal gadis seperti Mai masih perlu menikmati masa mudanya, melanjutkan pendidikannya hingga mencapai cita-cita yang diimpikannya.
"Tenang Mai, ayo duduk kembali." ucap Milan sembari membantunya berdiri. Mai tampak patuh dan kembali duduk di kursinya semula.
"Berapa total biaya operasi ibu kamu?" tanya Nyonya Milan sambil mengelus tangannya.
"Sekitar dua ratus juta, Nyonya." jawab Mai sesegukan dan selalu saja menunduk.
"Baiklah, tunggu sebentar. Saya ambil cek dulu." ucap nyonya Milan tersenyum.
Mai mencerna setiap kata-kata yang diucapkan majikannya. Hingga dengan takut dia mendongak menatap wajah majikannya.
"Nyonya..."
Nyonya Milan tersenyum sembari bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Nyonya mau ambil cek, berarti dia akan meminjamkan uang untukku. Alhamdulillah, semoga saja dugaanku benar" ucap Mai tersenyum tipis dan buru-buru menghapus sisa-sisa air matanya.
Tak berselang lama kemudian masuklah nyonya Milan di ruangan itu dengan membawa secarik kertas berupa cek dengan nominal uang sudah tertulis dalam cek tersebut.
"Terimalah cek ini, aku tidak berniat untuk meminjamkan mu uang. Tapi, niatku ikhlas memberimu uang demi biaya pengobatan ibumu. Khumaira, ibumu sudah lama bekerja di kediaman kami, ini salah satu bentuk ucapan terima kasih kami atas jasa-jasa ibumu yang tak kenal lelah mengurus segala keperluan rumah tangga di keluargaku. Jadi mohon terima ya." ucap Nyonya Milan tersenyum sambil meletakkan cek itu di tangan Mai.
Mai terkejut mendengar setiap ucapan majikannya. Dia pun langsung menarik tangannya, namun dengan cepat Nyonya Milan malah menggenggam tangannya.
"Nyonya, Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Saya selalu saja merepotkan anda. Saya hanya ingin meminjam uang kepada anda." tolak Mai cepat.
"Tidak Mai, terimalah. Saya tidak akan pernah meminjamkan mu uang, ingat itu. Jika kamu tidak menerima cek ini berarti kamu tidak menghormati ku sebagai Nyonya di rumah ini." tegas Milan.
"Nyonya..." ucap Mai menggeleng tak melanjutkan ucapannya karena dipotong oleh nyonya Milan.
"Bukankah kamu ingin melihat ibumu sembuh. Jadi tunggu apalagi, lekaslah ke rumah sakit dan bawa cek ini." peringat Milan menasihatinya.
"Tapi Nyonya,..."
"Jangan ulur-ulur waktu, Mai. Ibumu harus segera ditangani. Semoga cek ini bermanfaat untuk membantu kesembuhan ibumu." ucap Nyonya Milan dengan mata berkaca-kaca.
Tanpa permisi Mai langsung berhambur memeluk majikannya dan Nyonya Milan ikut membalas pelukannya dengan penuh kasih.
"Alhamdulillah, terima kasih nyonya. Saya berhutang Budi kepada anda. Saya doakan semoga kebahagiaan terus menghampiri keluarga anda." lirih Mai sambil meneteskan air matanya.
"Sama-sama, Mai. Sudah sudah lekaslah ke rumah sakit." ucap Nyonya Milan sembari melepaskan pelukannya.
"Terima kasih nyonya."
Tak henti-hentinya Mai mengucapkan terima kasih kepada majikannya hingga keluar dari ruangan itu. Dengan penuh semangat, Mai lekas memesan ojek online. Tujuannya kali ini ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Mai langsung mengurus biaya administrasi ibunya. Setelah semua biaya administrasi ibunya sudah rampung, dokter yang menangani ibunya segera mengambil tindakan untuk melakukan operasi.
Mai selalu saja memanjatkan doa demi kesembuhan ibunya. Mendoakan operasi ibunya berjalan lancar dan semuanya berjalan baik-baik saja.
Jangan lupa, like, love komen dan vote ya teman-teman 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ningmar
smg banyak nyonya2 besar yg baik hati dehhh...
2024-02-08
1
Baihaqi Sabani
bhgia bngt pnya mjikn seperti nyonya milan
2023-03-13
1
kim
banyakin update x thor🤭
2023-01-10
2