Menghitung Hari

Keesokan harinya...

Seluruh anggota keluarga Alexander mulai bersiap-siap untuk berangkat ke negara A. Terlihat Morgan sedang bersiap di dalam kamarnya. Raut wajahnya tampak berseri-seri karena seluruh keluarganya begitu bahagia atas pernikahannya yang tinggal menghitung hari.

"Aku tidak menyangka mereka semua akan sebahagia ini, terutama Mama dan Papa. Aku sangat bahagia melihatnya hampir setiap hari membicarakan tentang pernikahanku." gumam Morgan tersenyum sembari memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

Tok

Tok

Tok

"Morgan, apa kamu sudah siap nak?" tanya seseorang di luar kamarnya dan sangat diyakini orang itu adalah ibunya.

"Iya Ma, aku akan segera turun ke bawah." jawabnya lalu mengambil ponselnya dan juga dompetnya, kemudian bergegas keluar kamar.

Morgan melangkah cepat menyusul ibunya, karena masih sempat melihat ibunya sedang berjalan menuju tangga. Saat menyadari derap langkah kakinya, ibunya berbalik badan ke arahnya.

"Mengapa tidak membawa pakaian dan barang-barang yang kamu butuhkan nak." ucap ibunya.

"Tidak perlu Ma. Bukankah sebagian barang-barang ku berada di sana juga. Jadi mama tak perlu khawatir." ucap Morgan lalu menggenggam tangan ibunya.

"Oh begitu. Ya sudah kita turun ke bawah, semua orang sudah menunggu kita."

Mereka kemudian berjalan bersama-sama menuruni anak tangga.

Tampak seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di ruang tamu. Tapi sebelum berangkat Mai bersama pelayan lainnya sedang sibuk menyuguhkan teh hangat dan kue beras di atas meja, dimana majikannya tengah berkumpul.

"Kakak baik, ini hadiah untukmu karena sudah menolong Aqila." ucap anak perempuan tersenyum manis sambil menyodorkan gelang kristal dihadapan Mai.

Mai tersenyum tipis dan begitu gemasnya melihat anak perempuan cantik dan imut itu yang merupakan cucu majikannya. Namun Mai tak berani untuk mengambil hadiah pemberian anak perempuan itu.

"Simpan saja ya, kakak ikhlas menolong kamu." balas Mai tersenyum dan segera menunduk saat bertemu pandang dengan tuan besarnya.

"Tak baik menolak pemberian orang, jadi kakak baik harus menerimanya." ucapnya bersungguh-sungguh.

Mai tersenyum lalu mengangguk dan tiba-tiba saja gelang kristal sudah terpasang di pergelangan tangan kirinya.

"Terima kasih nona manis." ucap Mai tersenyum menatap gelang kristal di tangan kirinya.

"Sama-sama kakak baik." balasnya tersenyum.

Adelia tersenyum dibalik cadarnya melihat interaksi putri kecilnya dengan pelayan wanita.

"Oh iya, ini juga hadiah khusus untuk kamu, semoga bermanfaat dan jangan lupa dipakai ya." ucap Adelia lemah lembut sambil menyodorkan paper bag dihadapan Mai.

"Nyonya...." Mai tak enak hati untuk mengambil hadiah pemberian dari Nyonya mudanya. Sungguh dia tidaklah pantas mendapatkan hadiah dari Nyonya mudanya itu.

"Tak baik menolak rejeki." ucapnya cepat memotong ucapan Mai karena mampu melihat keraguan dari manik mata gadis muda itu.

"Terima kasih nyonya." ucap Mai menunduk sembari mengambil paper bag tersebut.

Nyonya Milan tersenyum melihat keakraban menantu dan cucunya dengan para pelayan. Karena menantunya memang tipikal orang yang ramah terhadap siapa saja dan sikap ramahnya kembali diajarkan untuk anak-anaknya.

Sementara Morgan terlihat cuek dengan sekitarnya dan memilih duduk di sofa singel sembari mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya.

Saat akan menyalakan ponselnya tiba-tiba matanya memicing melihat siluet gelang kristal yang melingkar di pergelangan tangan seseorang.

Morgan menajamkan penglihatannya menatap dengan seksama gelang kristal yang tidak begitu asing baginya.

"Bagaimana bisa seorang pelayan memakai gelang kristal berlapis berlian." ketus Morgan dan tidak suka barang-barang branded yang pernah dibelinya di pakai oleh seorang pelayan.

Deg!

Mai terhentak kaget mendengar suara itu dan lebih terkejutnya lagi gelang yang dipakainya berlapis berlian. Tangan kiri Mai menjadi gemetar melihat gelang itu.

"Maaf Paman, aku menyerahkan barang pemberian paman kepada kakak baik. Karena gelangnya besar dan lebih cocok kakak baik yang memakainya." ucap Aqila antusias.

Morgan langsung bangkit dari duduknya dan dengan kasar melepaskan gelang kristal yang melingkar di pergelangan tangan kiri Mai, kemudian mendorong Mai hingga terjatuh di lantai.

"Morgan!" ucap ibunya dengan suara meninggi.

"Dia hanya pelayan rendahan Ma. Tak ada yang pantas memakai gelang ini selain Maura dan juga anggota keluarga kita." ucap Morgan ketus menatap sinis gadis muda yang tengah menunduk.

Mai tak bisa berbuat apa-apa dan hanya mampu menerima segala perlakuan kasar dan caci maki dari majikannya. Sudut matanya sudah berair dan Mai berusaha untuk menahannya agar tak menangis dihadapan mereka semua.

"Morgan jaga bicaramu." timpal tuan Fino dan tak suka ada keributan di kediamannya.

Sementara Aqila terkejut melihat kakak baiknya didorong oleh pamannya.

"Paman jahat, main dolong-dolong kakak baik. Aqila benci Paman" kesal Aqila dengan mata berkaca-kaca lalu mendekati Mai. Setelah itu anak perempuan itu dengan penuh semangat membantu Mai berdiri lalu memeluk kakinya.

Aqil juga mendekat ke arah Mai lalu ikut melakukan hal yang sama seperti saudara kembarnya. Mai jadi dibuat bimbang ingin rasanya segera berlari sekencang-kencangnya menjauh dari mereka semua.

Adelia dan Malfin hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat perdebatan tersebut dan pastinya mereka mendukung orang yang tertindas.

"Astaga, jangan dekat-dekat sama pelayan. Segeralah menjauhinya, sepertinya kalian sudah termakan akal bulus pelayan rendahan sepertinya" Morgan terus berucap ketus. "Apa kamu ingin naik kelas sehingga begitu pandai nya mendekati keluargaku hah!" lanjutnya menunjuk ke arah Mai dan tatapannya begitu sinis memindai penampilan pelayan itu lalu menarik kedua ponakan kembarnya secara Paksa.

"Paman jahat." kompak si kembar memberontak.

"Morgan!!" teriak ibunya marah. Sungguh ibunya begitu sensitif jika seseorang direndahkan.

"Cepat bawa Morgan keluar." bentak tuan Fino menengahi mereka sebelum gunung berapi meledak di kediamannya. Lalu Tuan Fino merangkul pundak istrinya untuk menurunkan emosinya.

Malfin langsung menyeret paksa Morgan keluar rumah.

"Bisa nggak sih sikap aroganmu di hilangkan. Sebentar lagi kamu akan segera menikah, tapi sifatmu masih saja kekanak-kanakan. Hargai seseorang di sekitarmu dan jangan pernah membeda-bedakan kasta seseorang. Kita itu dituntut untuk saling menghargai" ucap Malfin kesal dan tak lupa memukul bahu adiknya itu.

Morgan hanya terdiam mendengar ucapan sekaligus nasihat dari kakaknya itu.

"Berangkatlah lebih dulu dan jangan sekali-kali muncul di hadapan Mama selama tiga hari ini." peringat Malfin lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Morgan berdengus kesal sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Gara-gara pelayan sialan itu membuat semuanya kacau, arghh. Aku tidak akan melepasnya begitu saja, tunggu pembalasanku. Batin Morgan marah.

Kemudian Morgan bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung menancap gas meninggalkan kediaman orang tuanya.

Sementara suasana di dalam ruang tamu masih saja bersitegang. Si kembar sedang memeluk ibunya dengan diam dan tatapannya begitu iba kepada kakak baiknya.

"Khumaira, maaf atas segala ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh putraku." ucap Nyonya Milan tak enak hati.

"Tidak apa-apa nyonya, saya sudah memaafkannya." ucap Mai menunduk dengan perasaan sesak di dada yang mendadak menyerangnya.

Ia tidak menyangka menjadi dalang dalam pertengkaran keluarga konglomerat tersebut.

"Kalau begitu saya permisi ke belakang." pamitnya undur diri dengan kedua kaki yang terasa lemas.

"Iya." ucap Nyonya Milan mengangguk dan emosinya sudah menurun dalam rangkulan sang suami.

Setelah semuanya merasa lebih baikan, mereka lalu bergegas masuk ke dalam mobil yang siap membawanya ke bandara. Karena tujuannya kembali ke negara A, tanah kelahirannya.

🍁🍁🍁🍁

Tiga hari kemudian.....

Pernikahan Morgan tinggal menghitung hari. Seluruh anggota keluarga Alexander bahu membahu mempersiapkan pesta pernikahannya yang diselenggarakan di hotel Alexander.

Selama tiga hari ini, Morgan tak kunjung menemui keluarganya mengingat apa yang dilakukannya tempo hari. Dia hanya tinggal di apartemen dan masih sibuk bekerja di perusahaannya sambil memantau segala aktivitas yang sedang dipersiapkan oleh keluarganya.

Tidak hanya itu, pikiran Morgan sedikit kacau hari ini, dari semalaman Maura tak bisa dihubungi. Dia semakin khawatir kepada calon istrinya, hingga ia langsung datang menemui kediaman calon istrinya itu.

Setelah sempat berbincang-bincang dengan penjaga di kediaman Maura, membuat raut wajah Morgan berubah datar dan langsung bergerak cepat masuk ke dalam mobilnya.

"Kemana perginya Maura, mengapa sampai sekarang tak bisa dihubungi." kesal Morgan sambil memukul stir mobilnya.

"Sebaiknya aku tanyakan saja pada kak Rania, siapa tahu kakak ipar mengetahui keberadaan Maura." gumam Morgan dan langsung merogoh ponselnya dari saku celananya.

Lagi-lagi Morgan berdengus kesal setelah mendengar ucapan kakak iparnya yang juga tidak tahu keberadaan Maura.

"Ahh sial, kamu dimana Maura! Jangan membuatku khawatir." Morgan mengusap rambutnya ke belakang dengan perasaan kesal setengah mati.

Setelah itu, ia pun menghubungi para anak buahnya untuk mencari keberadaan calon istrinya.

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak 🤗

Terpopuler

Comments

Kak olaa

Kak olaa

ditunggu kelanjutannya thor

2023-01-16

2

Ros

Ros

semangat thor, lanjut 💪

2023-01-16

1

Fatma

Fatma

lanjut dong thor 😊

2023-01-16

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Mencari Pinjaman
3 Alhamdulillah
4 Kepulangan Morgan
5 Meminta restu
6 Persiapan Pernikahan
7 Tuan Muda Arogan
8 Menghitung Hari
9 Maura Menghilang
10 Perdebatan Ibu dan anak
11 Pengantin Pengganti
12 Menerima Pinangan
13 Hari Pernikahan
14 Jangan menunduk
15 Mengapa harus dia!
16 Meminta maaf
17 Kesepakatan bersama
18 Ajakan Tinggal Bersama.
19 Mewawancarai
20 Ancaman
21 Berbagi Kamar
22 Terpaksa
23 Ajakan ibu mertua
24 Memasak
25 Malu
26 Membangunkan tuan muda
27 Makan malam keluarga
28 Tak sengaja
29 Hampir saja
30 Menghindari
31 Bertanggungjawab
32 Kedatangan Si kembar
33 Menjadi orang tua
34 Ponsel
35 Tidur Bersama
36 Semakin dekat
37 Jujur
38 Penyerangan
39 Penyerangan part 1
40 Penyerangan part 2
41 Mengobati
42 Maura?
43 Kekasih Halal
44 Sayang
45 Berubah
46 Hari kepulangan Maura
47 Cemburu
48 Bulan madu
49 Khawatir
50 Kabar buruk
51 Ungkapan Perasaan.
52 Hilang
53 Kehilangan
54 Ujian Cinta
55 Rindu
56 Bertemu
57 Bolehkah?
58 Ya
59 Mengejutkan
60 Bersitegang
61 Berdamai
62 Hamil
63 Ngidam
64 Maura sudah tiada
65 Ingin segera pulang
66 Siasat licik Devan
67 TIDAK
68 Kenyataan Pahit
69 Menata diri
70 Morgan sakit
71 Jangan-jangan kamu?
72 Positif Hamil
73 Baby Ameena dan Baby Ameera
74 Berkunjung ke Savana
75 Anniversary Pernikahan
76 Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77 Pengumuman untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Awal Mula
2
Mencari Pinjaman
3
Alhamdulillah
4
Kepulangan Morgan
5
Meminta restu
6
Persiapan Pernikahan
7
Tuan Muda Arogan
8
Menghitung Hari
9
Maura Menghilang
10
Perdebatan Ibu dan anak
11
Pengantin Pengganti
12
Menerima Pinangan
13
Hari Pernikahan
14
Jangan menunduk
15
Mengapa harus dia!
16
Meminta maaf
17
Kesepakatan bersama
18
Ajakan Tinggal Bersama.
19
Mewawancarai
20
Ancaman
21
Berbagi Kamar
22
Terpaksa
23
Ajakan ibu mertua
24
Memasak
25
Malu
26
Membangunkan tuan muda
27
Makan malam keluarga
28
Tak sengaja
29
Hampir saja
30
Menghindari
31
Bertanggungjawab
32
Kedatangan Si kembar
33
Menjadi orang tua
34
Ponsel
35
Tidur Bersama
36
Semakin dekat
37
Jujur
38
Penyerangan
39
Penyerangan part 1
40
Penyerangan part 2
41
Mengobati
42
Maura?
43
Kekasih Halal
44
Sayang
45
Berubah
46
Hari kepulangan Maura
47
Cemburu
48
Bulan madu
49
Khawatir
50
Kabar buruk
51
Ungkapan Perasaan.
52
Hilang
53
Kehilangan
54
Ujian Cinta
55
Rindu
56
Bertemu
57
Bolehkah?
58
Ya
59
Mengejutkan
60
Bersitegang
61
Berdamai
62
Hamil
63
Ngidam
64
Maura sudah tiada
65
Ingin segera pulang
66
Siasat licik Devan
67
TIDAK
68
Kenyataan Pahit
69
Menata diri
70
Morgan sakit
71
Jangan-jangan kamu?
72
Positif Hamil
73
Baby Ameena dan Baby Ameera
74
Berkunjung ke Savana
75
Anniversary Pernikahan
76
Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77
Pengumuman untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!