Kata sah langsung menggema di ruangan tersebut, semua orang begitu bahagia dengan pernikahan Morgan dan Mai. Morgan bernafas lega bisa mengucapkan ijab Kabul dengan sekali tarikan nafas. Dia masih bertanya-tanya dalam hati dengan sosok nama Khumaira, siapakah gerangan gadis itu?
Morgan masih enggan untuk melihat sosok wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Sedangkan Mai menetaskan air matanya yang begitu terharu dengan pandangan tertunduk.
Sementara Seluruh keluarga Alexander begitu bahagia dengan pernikahan Morgan, mereka pun saling merangkul bersama. Nyonya Milan dan Tuan Fino saling berpelukan dengan bahagianya. Akhirnya anak bungsu nya menikah juga.
Prosesi ijab Kabul mereka berjalan lancar. Rangkaian acara berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Para kerabat dan tamu undangan tampak menikmati jamuan makanan dan minuman dengan suasana bahagia.
Beberapa kerabat dan sahabat Morgan masih syok dan tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Mereka tidak menyangka bahwa Morgan menikah dengan wanita lain. Termasuk Rania yang merupakan sahabat Maura, namun Rania memilih bungkam dan turut bahagia atas pernikahan Morgan. Kalau seperti itu artinya mereka tidak jodoh bukan.
Sementara Mai sedari tadi terus saja menunduk membuat Morgan tak bisa melihat dengan jelas wajahnya ketika mencoba curi-curi pandang ke arahnya. Karena posisi mereka masih berada di atas pelaminan.
"Angkat wajahmu, tidak seharusnya kamu menunduk seperti itu." ucap Morgan dengan suara beratnya menegur wanita yang baru saja sah sebagai istrinya.
Seketika Mai mengangkat wajahnya dan langsung menarik senyuman disudut bibirnya. Dari kejauhan seseorang sedang memperhatikan pasangan yang baru saja sah sebagai pasangan suami istri itu secara hukum dan agama.
Bukankah Morgan ingin menikahi Maura, terus kemana perginya Maura? lantas mengapa bukan Maura yang menjadi pengantin wanitanya. Sungguh aneh, bagaimana bisa Morgan menikah dengan wanita lain. Batinnya penuh kecurigaan.
"Mengapa masih disini bro, ayolah, kita harus memberikan selamat kepada Morgan atas pernikahannya." ucap pria jangkung berlesung pipi menepuk pundak orang itu.
"Hemm." balasnya cepat lalu berjalan bersama menuju pelaminan.
Morgan yang sudah bosan berada di pelaminan mulai berdengus kesal. Apalagi kembali melihat rombongan sahabatnya berdatangan untuk memberikan selamat untuknya.
Pastinya mereka akan membully nya dan bertanya-tanya hingga tak ada habisnya tentang wanita yang baru saja menyandang status sebagai istrinya.
Morgan kembali melirik wanita di sampingnya dengan kening berkerut. Tangannya bergerak cepat merangkul pinggang istrinya, kemudian berbisik tepat di telinganya.
"Jangan menunduk, berapa kali aku sudah katakan. Mengapa terus menunduk, apa kamu menjatuhkan uangmu sampai terus menunduk kebawah, dasar bodoh!. Kamu tidak tahu seperti apa keluargaku, angkat wajahmu dan jangan membuatku malu." tegas Morgan berbisik di telinga istrinya, membuat Mai merinding ketakutan hanya mendengar suara Morgan.
"Maaf." ucap Mai dengan suara lembut saking gugupnya bahkan buliran keringat dingin membasahi keningnya begitu halnya dengan telapak tangannya juga berkeringat dingin akibat dirangkul oleh suaminya. Pertama kali baginya sedekat itu dengan lawan jenis. Sedangkan Morgan tampak biasa-biasa saja merangkulnya bahkan sama sekali tidak mendengar suara Mai.
Morgan segera melepaskan rangkulannya dan kembali berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan saat melihat keempat pria tampan nan macho yang merupakan sahabatnya semakin mendekat.
Keempat pria tampan itu menjadi pusat perhatian para tamu undangan ketika naik di pelaminan untuk memberikan selamat kepada Morgan dan Mai. Keempat pria itu adalah Dilan, Kendrick, Nino dan Niko.
"Wah wah kalian pasangan yang romantis dan patut diacuhkan jempol. Aku harus berguru kepadamu tuan muda Morgan. Sungguh hebat dirimu, baru beberapa hari kamu sudah berpaling dengan gadis muda yang cantik jelita ini." ucapnya menyindir dengan tatapan sinis memindai penampilan gadis muda yang sudah sah menjadi istri sahabatnya.
Pasalnya para sahabatnya mengetahui Morgan menjalin hubungan spesial dengan Maura, mengapa sekarang bukan Maura yang menjadi istrinya, itulah yang mereka pikirkan.
Sementara Mai yang ditatap intens menjadi malu plus risih hingga kembali menundukkan pandangannya. Dia harus menjaga pandangannya dari pria yang bukan mahramnya.
Morgan yang mendengar sindiran sahabatnya hanya melemparinya dengan tatapan tajam. Sementara pria yang baru saja menyindirnya tersenyum puas dan pria itu adalah Dilan Mayer (putra dari pasangan Lexa dan David).
Dilan langsung merangkul pundak Morgan.
"Kemana perginya Maura?" tanya Dilan curiga.
"Aku tidak tahu." jawab Morgan dengan nada penekanan, raut wajahnya berubah kesal jika mendengar nama wanita itu lagi.
Dan wajar saja jika sahabatnya mempertanyakan wanita itu.
"Santai bro, aku cuman nanya dan tidak ingin ikut campur dengan masalah pribadi kalian." ucap Dilan cengengesan tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ingin sekali Morgan menyumpal mulut pedas sahabatnya itu dengan sapu tangan di saku texudo nya.
"Selamat brother, lagi-lagi kamu mendahuluiku menikah. Aku tidak punya lagi alasan setelah ini jika orang tuaku menceramahi ku untuk segera menikah." ucapnya memelas menepuk punggung Morgan berulang kali.
"Ya sudah, segeralah menikah." balas Morgan dingin.
"Hehehe, aku juga pengen nikah jika calonnya seperti istrimu. Sumpah istrimu cantik banget, kalau masih ada stok gadis secantik istrimu, aku akan segera memborong nya." ucap Dilan memuji kecantikan istri Morgan.
Mai yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka tersipu malu dan hanya bisa merendah diri di hadapan semua orang.
Morgan mengepalkan tangannya mendengar ucapan sahabatnya. Entah mengapa dia tidak suka jika pengantin penggantinya dipuji-puji oleh pria lain. Memang sedari tadi para tamu undangan selalu memuji kecantikan istrinya dibandingkan memuji dirinya.
Sementara dirinya sama sekali belum bisa memandangi lekat-lekat wajah istrinya secara langsung. Dia hanya bisa mencuri-curi pandang kearah istrinya dan itupun istrinya hobi menunduk ke bawah sehingga teramat sulit baginya hanya sekedar untuk melihat wajah istrinya.
Sekarang giliran sahabat lainnya yang kembali memberikan selamat kepada Morgan. Selanjutnya melakukan sesi foto bersama keluarga besar Alexander. Hingga pesta itu berakhir dengan lancar dan penuh kebahagiaan.
Mai dan Morgan begitu lelah mengikuti serangkaian acara hari ini. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam mansion diikuti oleh orang tuanya. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah saja dan tak berminat untuk menginap di hotel.
Nyonya Milan terus saja tersenyum bahagia sambil menggandeng tangan menantunya. Sedangkan Morgan dan ayahnya memilih duduk di sofa sebentar guna untuk mengobrol.
"Sayang, Mama akan mengantarmu ke kamar lalu beristirahatlah, kamu pasti capek." ucap Nyonya Milan dengan perhatiannya dan Mai hanya mampu tersenyum dengan anggukan kepala.
Morgan segera mengalihkan pandangannya ke arah mereka dan tatapannya langsung tertuju kepada istrinya. Morgan terhentak kaget dan merasa tidak asing dengan wajah itu.
"Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi, dimana ya." gumam Morgan berpikir sejenak, tapi sayangnya daya ingatnya tidak kuat. Sehingga jika bertemu sekali dua kali dengan orang asing belum tentu dia bisa mengingatnya.
"Mungkin aku salah lihat saja." gumam Morgan.
Mai dan Nyonya Milan sudah melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua, dimana kamar Morgan berada.
Tak berselang lama kemudian, datanglah keluarga kecil Malfin.
"Assalamualaikum." ucap suara kompak si kembar dan langsung berlari berhambur memeluk Opa nya.
"Waalaikumsalam." balas Tuan Fino tersenyum senang dengan kedatangan cucunya.
"Opa, Kakak baik mana? Aqila mau kasi hadiah untuk kakak baik." tanya Aqila antusias, sedang kembarannya hanya diam dan irit bicara.
"Hadiahnya berikan saja kepada Paman Morgan, biar paman Morgan yang kasi hadiahnya kepada istrinya." ucap tuan Fino tersenyum.
"Istri? istri itu apa Opa, mengapa opa mengatakan kakak baik istri Paman?" tanya Aqila dan tuan Fino tersenyum mendengar ucapan cucunya.
"Aqil, Aqila, sini sama mama, kasian opa baru sampai. Sebaiknya kita ke kamar, kalian harus mandi." ajak Adelia dengan suara lembutnya.
"Opa ini hadiahnya, nanti kita main lagi." ucap Aqila turun dari pangkuan Opa nya begitu halnya Aqil. Kemudian mereka berlari kecil menghampiri ibunya.
Morgan terdiam sejenak mendengar embel-embel nama yang disebutkan oleh ponakan kembarnya, hal itu membuat Morgan mulai curiga. Morgan beranjak dari tempatnya dan lekas menuju ke kamarnya.
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nasya Sifa Aura
Thor lapak Adelia ank Daren dan malfin ank sulung Fino apa judul nya ya
2023-09-19
0
Mita
up thor
2023-01-20
2
kim
lanjut thor 😘
2023-01-20
1