"Tuan, kalau boleh tau dimana kamar saya?" tanya Mai.
"Apartemen ini terdapat dua kamar. Kamu bisa tempati kamar itu." tunjuk Morgan pada pintu kamar yang tertutup di dekat tangga menuju lantai dua.
"Baik tuan, terima kasih." ucap Mai tersenyum.
"Hemm. Untuk pakaian mu taruh semuanya di kamarku yang letaknya di lantai dua. Aku hanya tidak ingin terjadi masalah kedepannya, karena sewaktu-waktu kedua orang tua ku akan berkunjung ke sini."
Mai mengangguk mengiyakan ucapannya.
"Satu lagi, tetap jaga batasanmu. Disini kamu tetap menjadi seorang pelayan, jangan pernah bermimpi untuk naik kasta."
"Terima kasih, tuan. Sudah mengingatkan saya kembali akan kasta. Pasti, saya sungguh takut bermimpi naik kasta." balas Mai tersenyum.
Morgan selalu saja terpaku jika melihat Mai tersenyum.
*
*
*
Ketika Morgan akan menaiki anak tangga menuju kamarnya, tiba-tiba saja sebuah pesan masuk di ponselnya. Morgan bergerak cepat melihat pesan tersebut.
[ Jangan sekali-kali menyakiti Mai (gadis penyelamatmu) , ingat itu Morgan. Walaupun kalian tinggal bersama, akan tetapi Mama selalu memantau kalian dari jauh, banyak mata yang bisa melihat kelakuanmu. Salah satunya, Allah Yang Maha kuasa yang tidak pernah tidur. Jadi, jangan coba-coba menyakiti putri kesayangan Mama.]
Morgan menghela nafas berat melihat sebuah pesan dari ibunya. Pandangannya kembali mengarah kepada Mai yang sedang kewalahan mengangkat kopernya menaiki anak tangga.
"Gadis Penyelamatku? Ya...aku akui memang dia gadis penyelamatku, karena dialah gadis pilihan Mama yang bersedia menjadi pengantin pengganti untukku, benar yang dikatakan oleh Mama. Tapi, dia hanya seorang pelayan. Bagaimana nantinya jika semua orang tahu bahwa aku menikah dengan seorang pelayan. Hancur sudah reputasiku." ucap Morgan menghembuskan nafasnya dengan kasar yang belum bisa menerima takdir hidupnya.
Lalu Morgan segera mengetik pesan untuk membalas pesan ibunya.
[Jangan khawatir Mama ku sayang, aku janji tidak akan menyakiti gadis penyelamatku.]
Seperti itulah balasan pesan Morgan untuk sang ibu. Morgan langsung mengirimkan pesan tersebut kepada ibunya.
Tak berselang lama, ibunya kembali membalas pesannya.
[Mama akan memegang janjimu, Morgan. Jika kamu tidak menepatinya....maka Mama tidak akan pernah bertemu denganmu, apalagi ingin berbicara denganmu, ingat itu!.]
Pesan dari ibunya merupakan sebuah ancaman yang tak main-main baginya. Setelah selesai membaca pesan tersebut, Morgan mengusap dagunya dan terlihat berpikir keras.
"Ancaman Mama tak main-main. Mama sangat menyayangi gadis penyelamat itu dan seluruh keluarga menerimanya dengan baik. Sepertinya aku tidak bisa menjalankan rencanaku jika seperti ini. Aku tidak ingin kembali menyakiti hati Mama, cukup sekali Mama kecewa kepadaku, dan aku tidak ingin hal itu kembali terulang." ucap Morgan berbicara pada dirinya sendiri.
Morgan hanya membalas pesan ibunya dengan emoticon ketawa lalu bergegas menyusul Mai.
"Biar ku bantu, tubuhmu sangat kecil membawa koper, jangan sampai kamu terjatuh dari tangga." tawar Morgan dengan raut wajah datarnya.
"Tidak perlu tuan, saya...."
"Aku tidak suka dengan penolakan." ucap Morgan cepat memotong ucapan Mai. Kemudian Morgan mengambil alih koper Mai lalu melangkah mendahului Mai. Sedangkan Mai terbengong melihat tingkah laku tuan mudanya yang mulai menunjukkan perhatiannya.
"Simpan seluruh pakaianmu di lemari bagian ini." ucap Morgan menunjukan lemari pakaian yang kosong.
"Baik tuan."
Setelah itu, Morgan lekas keluar dari ruang ganti meninggalkan Mai seorang diri di ruangan tersebut. Kembali ponselnya berbunyi dan panggilan tersebut dari sekretarisnya. Tanpa basa-basi Morgan langsung mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Apa? bagaimana bisa pihak perusahaan QQ Group memajukan jadwal pertemuan kami? aku bahkan belum memeriksa segala hal yang menyangkut tentang perusahaan itu."
"Jadi bagaimana tuan?"
"Ya sudah atur saja pertemuanku dan segera share lokasinya."
"Baik tuan."
Percakapan via telepon mereka berakhir. Morgan kembali masuk ke ruang ganti untuk bersiap-siap, mengganti pakaiannya dengan setelan jas kantornya.
"Aku ada urusan di luar. Setelah aku tinggal jangan coba-coba keluar dari apartemen ini." ucap Morgan dengan tegasnya sambil memasang dasinya.
"Iya tuan." ucap Mai tersenyum dengan anggukan kepala.
"Oh iya, aku sudah memesan makan siang untukmu, jadi kamu tidak perlu repot-repot memasak." ucap Morgan terdengar ketus sambil memakai jasnya.
"Terima kasih tuan sudah memesankan saya makanan." Mai mengekor di belakang Morgan untuk mengantarkan tuan mudanya keluar kamar.
"Hemm. Aku pergi dulu." pamit Morgan yang sudah siap untuk berangkat ke perusahaannya.
"Tuan."
"Apa lagi?"
Morgan berbalik badan menghadap ke arah Mai, sedang Mai yang berdiri di dekat pintu kamar mendekat lalu mencium punggung tangannya. Morgan diam membisu melihat apa yang dilakukan oleh Mai.
"Hati-hati di jalan." Mai tersenyum manis mengatakannya.
"Ya."
Morgan kemudian melenggang pergi dan sesekali menatap punggung tangannya bekas Mai menciumnya.
Sementara Mai kembali masuk ke ruang ganti untuk menyusun pakaiannya.
🍁🍁🍁🍁
Di Mansion mewah tuan Fino, terlihat Nyonya Milan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia sungguh tidak tenang saat ini. Keputusan putranya membawa Mai tinggal bersama tak serta-merta membuatnya percaya begitu saja.
"Sebaiknya aku harus memastikan mereka." gumam Nyonya Milan tersenyum seperti mendapatkan angin segar.
Nyonya Milan keluar dari kamarnya untuk menemui sang suami yang sedang berada di ruang kerjanya. Mansion mewahnya kembali sepi tanpa kehadiran anak dan menantunya serta cucu-cucunya. Dimana pagi tadi Morgan membawa istrinya ke apartemennya, sedangkan Malfin bersama keluarga kecilnya juga berkunjung ke rumah mertuanya dan akan menginap di sana.
"Mas, aku ingin berkunjung ke apartemen Morgan." ucap Nyonya Milan antusias berdiri di samping suaminya.
"Sayang, belum juga genap sehari, biarkan mereka menghabiskan waktu bersama. Bisa dibilang mereka masih tahap saling mengenal dan jangan mengganggunya untuk sekarang." ucap tuan Fino dengan tatapan hangatnya.
"Mas, aku tidak percaya dengan putramu itu. Jangan sampai masa lalu kita kembali terulang kepada mereka. Aku tidak ingin hal itu terjadi." ucap Nyonya Milan menunduk dan merasa tidak nyaman jika mengingat kembali masa lalunya.
Tuan Fino menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia masih diliputi rasa bersalah jika mengingat masa lalunya. Tuan Fino lalu meletakkan buku yang habis di bacanya itu di atas meja kerjanya. Kemudian Tuan Fino bangkit dari duduknya lalu menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukannya.
"Baiklah, apapun keputusanmu sayang, aku akan selalu mendukungmu." ucap tuan Fino sambil mengelus punggung istrinya dengan penuh kasih.
"Terima kasih, mas." ucap Nyonya Milan tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya. Walaupun sudah tua, tapi tubuh sang suami masih kekar dan begitu hangat jika dipeluk.
🍁🍁🍁🍁
Malam harinya.....
Mai baru saja selesai melaksanakan sholat isya di kamar tuan mudanya, namun sampai sekarang tuan mudanya tak kunjung pulang ke apartemen.
Mai menjadi khawatir sambil menatap jam dinding yang sudah menunjukkan angka 8. Semenjak Morgan berangkat ke perusahaan, Mai hanya berdiam diri di dalam kamar tersebut dan untuk mengurangi kebosanannya, Mai menelepon ibunya dan juga menonton TV. Mengingat dia hanya seorang diri di apartemen mewah tersebut.
Mai mendekat ke jendela raksasa untuk melihat pemandangan pusat kota negara A di malam hari. Lamunan Mai terbuyarkan saat mendengar suara seseorang yang dikenalinya sedang memanggil namanya.
Mai bergegas keluar dari kamar tersebut hingga senyumannya merekah melihat sosok wanita paruh baya yang sangat menyayanginya berada di ruang tamu.
Nyonya Milan langsung berhambur memeluknya dan Mai membalas pelukannya dan merasa seolah memeluk ibunya yang jauh di sana.
"Mana Morgan?" tanya Nyonya Milan melepaskan pelukannya.
Saat Mai ingin menjawab pertanyaannya, kebetulan sekali Morgan baru saja tiba di apartemen.
"Aku disini ma." ucap Morgan tersenyum yang masih berdiri di dekat pintu. Morgan melangkah mendekati ayahnya lalu menyalaminya. Kemudian Morgan bergerak menghampiri mereka dan langsung berhambur memeluk ibunya.
"Mama akan menginap di sini." ucap ibunya membuat Morgan terhentak kaget mendengar ucapan ibunya, namun sebisa mungkin bersikap biasa-biasa saja.
"Aku sangat senang mendengarnya ma, akhirnya mama mau menginap di apartemenku." ucap Morgan tersenyum tipis.
Mai yang berdiri di samping Nyonya Milan ikut tersenyum mendengar ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
kim
lanjut thor, bayankin updatenya 🤭
2023-01-24
0
kim
aku tidak sabar nungguin morgan bucin sma mai 🤩
2023-01-24
0
Dewi
lanjut
2023-01-24
0