Sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarna silver melaju kencang membelah jalanan pusat kota. Sang pengemudi mobil tampak senyum-senyum sendiri, seolah sedang membayangkan sesuatu yang membuatnya senang.
Dilihat dari ciri-ciri sang pengemudi mobil itu terlihat sangat tampan. Rambutnya yang klimis menandakan bahwa kesannya begitu rapi. Sorot matanya bagaikan mata elang yang siap mencincang-cincang habis mangsanya. Alisnya yang tebal bagaikan semut yang berjejer rapi. Rahang tegas menandakan kesan dingin. Hidungnya yang mancung serta bibirnya yang tipis nan seksi, sosok yang nyaris hampir sempurna. Namun kesempurnaan hanyalah milik sang pencipta.
Sudah dipastikan sang pengemudi mobil itu digilai kaum hawa. Mengingat pesonanya yang sangat tampan dan juga berkarisma.
Derttt ....Derttt....
Bunyi ponsel di atas dasboard mobilnya membuat sang pengemudi mobil mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut.
Tangannya begitu lihai memasang earphone ditelinga nya lalu menyambungkan melalui ponselnya untuk mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Halo Paman." ucapnya di ujung telepon.
"Assalamualaikum." ucap seseorang mengucapkan salam di ujung telepon.
"Waalaikumsalam, Paman." jawabnya.
"Apa kamu sudah tiba di sana?" ucap seseorang di ujung telepon.
"Iya paman, saya tiba sekitar jam 3 pagi." jawabnya tersenyum tipis.
"Oh Alhamdulillah, bibi mu mengkhawatirkanmu karena kamu pulang tak mengabari kami terlebih dahulu."
"Maaf paman, aku lupa mengabari kalian. Aku cuman berpesan kepada kak Adelio atas kepulanganku." ucapnya tak enak hati.
"Ya, Adelio baru saja mengabariku atas kepulangan mu makanya aku langsung menghubungimu. Sampaikan salam ku pada Ayah dan ibumu."
"Baik paman."
"Ya. Morgan, kamu tidak boleh bermain-main lagi. Keputusan sudah ada di tanganmu dan selamat bekerja keras, semoga ayah dan ibumu merestui hubungan kalian."
"Iya Paman, terima kasih sudah mengingatkanku."
"Hemm, Sampai jumpa."
"Sampai jumpa."
Percakapan via telepon mereka berakhir.
Ya rupanya pengemudi mobil itu adalah Morgan Leo Alexander, anak bungsu dari pasangan Tuan Fino dan nyonya Milan, sedang seseorang yang baru saja menghubunginya adalah pamannya yang bernama Tuan Darren.
Selama tiga tahun lebih, Morgan menetap di negara A yang sedang berjuang keras mengembangkan bisnisnya. Hingga akhirnya dia pun memiliki sebuah perusahaan yang bergerak di industri makanan ringan, makanan dan minuman dari hasil kerja kerasnya tanpa campur tangan dari kerabat dekatnya.
Setiap sebulan sekali Morgan selalu mengunjugi kedua orang tuanya guna untuk kumpul keluarga.
Kini Morgan berusia 28 tahun dan cukup matang untuk menikah. Morgan menjelma menjadi pria tampan dan digilai kaum hawa. Hanya saja Morgan sosok pria yang arogan, egois, dingin, keras kepala dan begitu cuek. Sifat yang dimilikinya merupakan turunan dari sang ayah atau bisa dikatakan sifatnya itu sebelas dua belas dengan sifat ayahnya.
Morgan begitu pandai menempatkan posisinya selama bersama keluarganya. Dia akan menjadi pria yang sifatnya hambel dan begitu menyayangi keluarganya terutama ponakan-ponakan tersayangnya. Namun beda halnya ketika berada diluar sifat aslinya yang arogan selalu ditunjukkan kepada orang lain.
Tidak hanya itu, Morgan tipikal pria yang selalu bermain-main dalam menjalin kasih dengan para wanita. Sehingga Morgan dikenal sebagai badboy, karena sudah banyak wanita yang dipatahkan hatinya yang pernah dekat dengannya, mulai dari teman kampusnya hingga para karyawan wanita, namun belum ada satupun yang dicintainya termasuk wanita yang dekat dengannya selama tiga tahun terakhir ini.
Hanya saja desakan dari kedua orang tuanya dan keluarganya yang memintanya untuk segera menikah, akhirnya ia memutuskan untuk membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius.
Maka dari itu, Morgan sengaja datang ke negara B semata-mata untuk menemui kedua orang tuanya guna untuk meminta restu. Tekadnya sudah bulat untuk menikahi Maura (Minmin), sosok wanita cantik yang dekat dengannya selama tiga tahun lamanya.
Semua keluarga besar sudah mengenal Maura, wanita yang dekat dengannya. Tapi Morgan tidak ingin mengambil keputusan tanpa persetujuan dari kedua orang tuanya, walaupun pada awalnya kedua orang tuanya lah yang mendesaknya untuk segera menikah.
"Maura....Maura, kamu sedang ngapain sekarang?"gumam Morgan tersenyum tipis yang selalu kepikiran dengan calon istrinya.
Hingga mobil yang membawanya tiba di perusahaan ayahnya. Morgan bergegas turun dari mobil dan langsung melemparkan kunci mobilnya kepada bodyguard ayahnya untuk diparkirkan mobilnya.
"Siap tuan muda." ucap bodyguard itu yang begitu sigap menangkap kunci mobil tuan mudanya.
Morgan mengibaskan tangannya menanggapi ucapan bodyguard itu. Lalu Morgan melangkah dengan gaya angkuhnya menuju lift yang akan membawanya ke lantai tertinggi.
Tampak staff resepsionis dan karyawan wanita histeris melihat kedatangan Morgan. Mereka semua begitu senang akhirnya bisa melihat kembali sang pangeran perusahaan.
Morgan tidak mempedulikan mereka, dia terlihat cuek masuk ke dalam lift khusus untuk pimpinan perusahaan.
"Tuan Muda Morgan akhirnya kembali."
"Oh pangeranku"
"Calon suamiku, aku tidak akan melepasmu lagi, i love you my honey Mogann."
Mereka hanya mampu meracau tidak jelas yang merupakan fans girl seorang Morgan.
Tlinggg
Pintu lift terbuka, Morgan segera keluar dan melangkah ke ruangan ayahnya.
"Apa aku terlambat." ucap Morgan sembari melangkah masuk di ruangan ayahnya.
Seketika dua pria berbeda generasi itu terhentak kaget melihatnya tanpa menimpali ucapannya.
"Hei, apa yang kalian lakukan mengapa tak menyambut kedatanganku."
Morgan cengengesan melihat mereka dan langsung merentangkan kedua tangannya untuk memeluk pria paruh baya yang masih terbengong melihatnya.
Morgan langsung memeluk pria paruh baya itu.
"Aku pulang Papa. Sesuai janjiku, aku datang membawa kabar baik untukmu." jelas Morgan.
"Syukurlah kamu masih ingat pulang dan masih mengingat janjimu." balas pria paruh baya itu yang dipanggil papa dan tidak salah lagi pria itu adalah tuan Fino.
"Biasalah Pa, anak ini sedang dimabuk cinta." sindir pria satunya yang berdiri di sampingnya. Dan pria itu adalah Malfin, saudaranya.
"Apaan sih kak,...."
"Kalian itu sudah dewasa tak perlu lagi berdebat kekanakan seperti ini." tegur tuan Fino.
Lalu mereka tertawa bersama dan saling merangkul yang sedang melepas rindu.
"Bagaimana? apa mama mu sudah tahu kepulanganmu?" tanya tuan Fino kepada putra bungsunya.
"Sudah pa, mama sangat shock melihatku. Dia merasa seperti sedang berhalusinasi melihatku." ucap Morgan terkekeh.
"Dasar anak nakal, sudah tau mama sangat merindukanmu, mengapa malah memberinya kejutan mendadak seperti ini. Semoga saja kamu tidak membawa kabar buruk untuknya" timpal Malfin sewot.
"Sudahlah Kak, aku datang untuk meminta restu kepada Papa dan mama mengenai hubunganku dengan Maura."
"Kapan kalian akan menikah?" tanya tuan Fino.
"Secepatnya Pa, tepatnya bulan ini" ucap Morgan dengan entengnya.
"Apa? tunggu... apa kamu sudah melamarnya?" ucap Malfin curiga dan Morgan langsung mengangguk sebagai jawabannya.
"Bagus, papa bangga kepadamu nak." Ayahnya menepuk pundaknya dengan raut wajah terlihat bahagia.
"Bagus jika seperti itu, secepatnya kita akan membantumu mengurus pernikahanmu." timpal saudaranya sambil merangkul pundaknya.
Morgan mengangguk menanggapi ucapan saudaranya. Mereka tampak serius mengobrol bersama membicarakan tentang pernikahan si bungsu.
Tepat jam makan siang mereka meninggalkan kantor, dikarenakan mereka terbiasa makan siang di rumah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Mita
like🌹🌹🌹
2023-01-15
2
Dewi
lanjut 💪
2023-01-11
2