Meminta restu

Kedatangan Morgan di sambut gembira oleh keluarganya. Tak terkecuali dua bocah kembar yang baru berumur tiga tahun yang sangat merindukannya.

"Assalamualaikum." Morgan terlebih dahulu mengucapkan salam di depan pintu sebelum masuk rumah.

"Waalaikumsalam." terdengar suara kompak dari ruang tamu membalas salamnya.

"Oma, Opa, Paman sudah datang." ucap serempak anak kembar itu melihat kedatangan Morgan.

"Iya nak, sana jemput pamanmu." ucap tuan Fino tersenyum. Pasalnya dia lebih dulu sampai di rumah dan kebetulan satu mobil dengan Malfin, ayah dari si kembar.

Morgan tersenyum merekah melihat ponakan kembarnya berlari kecil kearahnya, dengan cepat dia langsung merentangkan kedua tangannya dan langsung disambut pelukan hangat dari si kembar.

"Aqil, Aqila...." tegur wanita bercadar dengan suara lembutnya melihat tingkah si kembar.

"Biarkan saja sayang, mereka pasti merindukan Morgan." timpal pria tampan yang duduk di sampingnya.

"Iya Mas." balas wanita bercadar itu tersenyum di balik cadarnya sambil mengelus lengan kekar suaminya.

Wanita bercadar itu tidak lain adalah Adelia. Sementara sosok pria tampan yang duduk di sampingnya adalah sang suami tercinta, Malfin Leo Alexander.

"Mengapa tidak mengajak calon istrimu menemui kami?" tanya Malfin cuek sambil menggenggam tangan istrinya menunjukkan kemesraannya.

Morgan menghela nafas melirik tajam saudaranya, setelah itu barulah dia menjawab pertanyaan saudaranya.

"Aku tidak kepikiran sampai disitu Kak. Lagian dia sibuk mengurus cutinya." jawab Morgan sekenanya.

"Oh."

Morgan membawa si kembar duduk di sofa. Setelah itu Morgan mendekat ke arah ibunya dan langsung berhambur memeluknya dengan penuh kasih.

"Dasar anak nakal, datang secara mendadak dan pergi begitu saja." omel ibunya pura-pura marah sambil menjewer telinganya.

"Awwww, ampun mama, maafkan anak tampan mu ini." ucap Morgan memelas.

Aqil dan Aqila tertawa terpingkal-pingkal melihat pamannya sedang dimarahi oleh Oma nya. Sementara Tuan Fino, Malfin dan Adelia hanya mampu tersenyum.

Nyonya Milan menghentikan aksinya, secepat kilat Morgan mencium pipi ibunya. Senyuman merekah seketika menghiasi wajah wanita paruh baya itu.

"Aku sangat merindukanmu Mama, cinta pertamaku." ucap Morgan dan kembali memeluk ibunya, sedang Nyonya Milan kembali membalas pelukannya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Matanya ikut berkaca-kaca.

"Aaalahh, gombal itu ma, jangan percaya. Biasanya anak perempuan yang selalu mengatakan hal itu bahwa cinta pertamanya adalah ayahnya." ucap Malfin tersenyum tipis. Hal itu membuat Adelia memukul kecil lengannya.

"Biarkan saja Mas, lagian memang seperti itu kelakuan si bungsu." bisik Adelia.

"Iya sayang." ucap Morgan tersenyum lalu mendaratkan ciuman di keningnya dan Adelia selalu saja tersipu malu.

Seperti itulah kehebohan dan kekompakan mereka jika berkumpul bersama. Canda tawa selalu saja mereka lakukan bersama.

"Paman sini." teriak si kembar saat melihat pamannya ingin beranjak ke kamar.

Mau tak mau Morgan menghampiri mereka bahkan mengikuti perintah bos kecilnya itu.

Tampak Aqil dan Aqila memeluk erat kedua tangannya dan tak ingin membiarkan Morgan pergi-pergi lagi.

"Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu kepada kalian." ucap Morgan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Nanti saja kita mengobrol serius. Sebaiknya kita makan siang dulu." timpal tuan Fino.

Mereka semua menyetujui ucapan orang yang sangat dihormatinya itu. Kemudian mereka berjalan bersama-sama ke ruang makan untuk makan siang bersama.

Selesai makan siang bersama, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga guna untuk membicarakan hal yang serius. Sementara Aqil dan Aqila sengaja dibawa oleh ibunya ke kamar agar tak menggangu pembicaraan mereka.

Semua orang yang berada di ruangan itu melihat ke arah Morgan yang menjadi objek utama. Karena Morgan ingin menyampaikan hal penting kepada Mereka.

Morgan yang melihat tatapan mata mereka satu persatu tampak gugup dan berusaha menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan. Tidak biasanya dia menjadi gugup di hadapan kedua orang tuanya dan saudaranya.

"Ehemm." Tuan Fino mulai berdehem memberikan kode kepada putranya itu.

"Eeeh, aku ingin menikah. Tolong berikan Restu mu Papa, Mama." ucap Morgan dengan entengnya.

"Alhamdulillah, restu mama selalu menghampiri mu nak." sahut ibunya dengan perasaan haru. "Siapakah wanita yang akan kamu nikahi?" tanya ibunya dengan mata berkaca-kaca.

"Maura, Ma. Aku memutuskan untuk menikahinya." ucap Morgan menunduk.

"Apa kamu mencintainya?" tanya ibunya membuat Morgan mengangkat kepalanya lalu melirik ke arah ibunya.

"Iya ma, aku mencintainya." ucap Morgan ragu. Pasalnya sampai detik ini ia tidak tahu menahu perasaannya seperti apa kepada Maura. Mereka hanya teman dekat dan bukanlah pasangan kekasih sesungguhnya. Hanya saja karena desakan dari kedua orang tuanya dan keluarganya akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Maura.

"Syukurlah, mama merestui hubungan kalian." ucap nyonya Milan. Namun dari lubuk hatinya yang terdalam dia mampu melihat keraguan di mata putranya itu.

"Papa juga merestui hubungan kalian. Jadi kapan persiapan lamaran dan segala persiapan rencana pernikahan kalian akan terlaksana." timpal ayahnya dengan antusiasnya.

"Mengenai lamarannya, Aku sudah melamar Maura. Hanya saja, untuk lamaran secara resmi kepada pihak keluarganya Maura tidak ingin merepotkan kita. Maura tidak ingin ada acara lamaran yang begitu mewah, cukup pesta pernikahan saja." ucap Morgan menjelaskan.

Nyonya Milan dan tuan Fino mengangguk menanggapi ucapannya. Untuk urusan percintaan anak bungsunya itu mereka tidak pernah mencampurinya yang jelas sudah menemukan yang terbaik dan cinta satu sama lain itu sudah cukup.

Kedua orang tuanya tak pernah mengekang hubungannya dengan para wanita diluaran sana. Mereka membebaskannya mencari pasangan hidup yang terbaik. Untuk itu Morgan begitu pilih-pilih dalam mencari pasangan.

Namun berbeda kali ini, kedekatannya dengan Maura yang berjalan lama membuatnya memutuskan hal tak terduga yakni ingin mempersuntingnya sebagai istrinya.

"Aku juga merestui hubungan kalian, jangan terlalu lama memberi harapan palsu kepada anak orang." sindir Malfin.

Morgan berdengus kesal mendengar sindiran saudaranya. Hingga gelak tawa menjadi balasan dari Papa muda itu.

"Jika memang seperti itu tak masalah bagi kami. Lakukan yang terbaik sesuai kesepakatan kalian." ucap tuan Fino tersenyum.

"Baik Papa." ucap Morgan mengangguk.

"Kami berencana menikah bulan ini di negara A. Mengenai persiapan pernikahan, kami serahkan saja kepada WO yang selalu bertanggungjawab dalam mengurusi segala pesta keluarga kita."

"Baguslah. Tapi, Mama dan Papa yang akan turun tangan menyiapkan segala persiapan pernikahan kalian." ucap ibunya dengan usulannya yang tak ingin dibantah.

"Terserah mama saja."ucap Morgan pada akhirnya.

Sehingga mulai dari sekarang mereka mempersiapkan pernikahan Morgan dan Maura.

🍁🍁🍁🍁

Seminggu kemudian....

Operasi ibu Mai berjalan dengan lancar. Tak henti-hentinya Mai bersyukur atas Operasi yang dijalani oleh ibunya. Operasi transplantasi ginjal itu berlangsung dengan dramatis dan hampir saja gagal yang berakibat fatal menewaskan ibunya. Untungnya masih ada kuasa Tuhan dan senantiasa melindungi ibunya dari segala marabahaya.

Selama seminggu Mai tidak masuk bekerja dan hanya fokus menjaga ibunya di rumah sakit. Namun hari ini dia harus meninggalkan ibunya seorang diri di rumah sakit berhubung karena harus kembali bekerja.

Sebelum berangkat kerja, tak lupa Mai menghubungi Bu Ani untuk meminta tolong menjaga ibunya di rumah sakit dan syukurlah wanita paruh baya itu tak pernah menolak permintaannya.

Dengan penuh semangat pagi-pagi buta Mai berangkat ke tempat kerjanya. Setibanya di kediaman keluarga konglomerat itu. Mai dikejutkan dengan sosok pemuda tinggi yang sedang mondar-mandir di teras belakang.

Mai yang belum pernah melihat pemuda itu tampak terkejut dan mulai bertanya-tanya dalam hati siapa sosok gerangan pemuda asing itu. Namun ketika keberadaannya di ketahui oleh pemuda itu secepat kilat Mai bersembunyi di balik pot bunga berukuran besar hingga tubuh kecilnya tak terlihat lagi.

Setelah yakin pemuda itu sudah pergi barulah Mai keluar dari tempat persembunyiannya. Mai berlari kecil menuju dapur untuk bergabung dengan pelayan lainnya.

Kedatangannya disambut dengan deretan pertanyaan dan kata-kata mutiara dari ibu-ibu pelayan. Mai menjawabnya dengan apa adanya dan senyuman selalu menghiasi bibirnya karena harinya kembali berwarna yang sebentar lagi akan berkumpul bersama ibunya.

Bersambung...

Jangan lupa, like love komen dan vote ya teman-teman 🙏

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

lanjut

2023-01-13

0

Uviek Ku

Uviek Ku

novel Thor semua nya keren, tp kenapa y up ny jarang banget🥺q semua novel Thor selalu baca🥰🤗😍🌹

2023-01-13

2

Dhiyaa

Dhiyaa

semangat kk,lanjut

2023-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Mencari Pinjaman
3 Alhamdulillah
4 Kepulangan Morgan
5 Meminta restu
6 Persiapan Pernikahan
7 Tuan Muda Arogan
8 Menghitung Hari
9 Maura Menghilang
10 Perdebatan Ibu dan anak
11 Pengantin Pengganti
12 Menerima Pinangan
13 Hari Pernikahan
14 Jangan menunduk
15 Mengapa harus dia!
16 Meminta maaf
17 Kesepakatan bersama
18 Ajakan Tinggal Bersama.
19 Mewawancarai
20 Ancaman
21 Berbagi Kamar
22 Terpaksa
23 Ajakan ibu mertua
24 Memasak
25 Malu
26 Membangunkan tuan muda
27 Makan malam keluarga
28 Tak sengaja
29 Hampir saja
30 Menghindari
31 Bertanggungjawab
32 Kedatangan Si kembar
33 Menjadi orang tua
34 Ponsel
35 Tidur Bersama
36 Semakin dekat
37 Jujur
38 Penyerangan
39 Penyerangan part 1
40 Penyerangan part 2
41 Mengobati
42 Maura?
43 Kekasih Halal
44 Sayang
45 Berubah
46 Hari kepulangan Maura
47 Cemburu
48 Bulan madu
49 Khawatir
50 Kabar buruk
51 Ungkapan Perasaan.
52 Hilang
53 Kehilangan
54 Ujian Cinta
55 Rindu
56 Bertemu
57 Bolehkah?
58 Ya
59 Mengejutkan
60 Bersitegang
61 Berdamai
62 Hamil
63 Ngidam
64 Maura sudah tiada
65 Ingin segera pulang
66 Siasat licik Devan
67 TIDAK
68 Kenyataan Pahit
69 Menata diri
70 Morgan sakit
71 Jangan-jangan kamu?
72 Positif Hamil
73 Baby Ameena dan Baby Ameera
74 Berkunjung ke Savana
75 Anniversary Pernikahan
76 Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77 Pengumuman untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Awal Mula
2
Mencari Pinjaman
3
Alhamdulillah
4
Kepulangan Morgan
5
Meminta restu
6
Persiapan Pernikahan
7
Tuan Muda Arogan
8
Menghitung Hari
9
Maura Menghilang
10
Perdebatan Ibu dan anak
11
Pengantin Pengganti
12
Menerima Pinangan
13
Hari Pernikahan
14
Jangan menunduk
15
Mengapa harus dia!
16
Meminta maaf
17
Kesepakatan bersama
18
Ajakan Tinggal Bersama.
19
Mewawancarai
20
Ancaman
21
Berbagi Kamar
22
Terpaksa
23
Ajakan ibu mertua
24
Memasak
25
Malu
26
Membangunkan tuan muda
27
Makan malam keluarga
28
Tak sengaja
29
Hampir saja
30
Menghindari
31
Bertanggungjawab
32
Kedatangan Si kembar
33
Menjadi orang tua
34
Ponsel
35
Tidur Bersama
36
Semakin dekat
37
Jujur
38
Penyerangan
39
Penyerangan part 1
40
Penyerangan part 2
41
Mengobati
42
Maura?
43
Kekasih Halal
44
Sayang
45
Berubah
46
Hari kepulangan Maura
47
Cemburu
48
Bulan madu
49
Khawatir
50
Kabar buruk
51
Ungkapan Perasaan.
52
Hilang
53
Kehilangan
54
Ujian Cinta
55
Rindu
56
Bertemu
57
Bolehkah?
58
Ya
59
Mengejutkan
60
Bersitegang
61
Berdamai
62
Hamil
63
Ngidam
64
Maura sudah tiada
65
Ingin segera pulang
66
Siasat licik Devan
67
TIDAK
68
Kenyataan Pahit
69
Menata diri
70
Morgan sakit
71
Jangan-jangan kamu?
72
Positif Hamil
73
Baby Ameena dan Baby Ameera
74
Berkunjung ke Savana
75
Anniversary Pernikahan
76
Promosi Novel Baru ( Benang Merah Per-Hutangan)
77
Pengumuman untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!