Menerima

"Benarkah? Mama seneng banget kalau kamu nurut sama mama. Dara, kamu mau kan menjadi istri Gaston? Apa kamu sudah punya kekasih?" tanya nyonya Mariam.

Gadis itu tidak menyahuti ucapan nyonya Mariam karena masih sock dengan tawaran yang baru saja dia terima.

"Dara.. Dara.." panggil nyonya Mariam sekali lagi.

"Em.. eh .. iya nyonya, maaf kalau saya kurang memperhatikan." jawab Dara terbata bata.

"Kamu kenapa? Apa kamu keberatan jika Gaston akan menikahi kamu? Atau mungkin kamu sudah punya kekasih?" tanya nyonya Mariam.

"Ee.. saya, eemm saya..." Lidah Dara terasa membeku untuk menjawab.

"Udah, dia pasti mau ma. Kalau pun dia punya kekasih, suruh mutusin aja. Paling paling kekasihnya security atau OB. Nggak sejajar lah kalau di bandingkan dengan CEO." celetuk Gaston tanpa mikir. Dan hal itu tentu membuat Dara geram. Bagaimana nasibnya jika benar benar di nikahi oleh majikan arogan seperti dia.

"Gaston, diam! Mama sedang menanyai Dara, bukan kamu !" tukas nyonya Mariam.

" Iya maaf ma. Eh, kamu nggak dengar apa kalau mamaku tanya? Di jawab dong, jangan diam aja!" celoteh Gaston.

"Iii_iiya, maaf. Apa, apa , apa boleh saya meminta waktu untuk berpikir?" ucap Dara.

"Alah, udah deh nggak usah kebanyakan mikir. Bagus juga kamu di jodohin sama laki laki berkelas seperti aku. Di luar sana banyak wanita yang mengemis padaku tapi aku tolak." ujar Gaston dengan nada tengilnya.

"Gaston, apa kamu tidak bisa menjaga bicara kamu!" tegur nyonya Mariam.

"Tapi itu fakta ma. Tidak pantas kalau dia terlalu jual mahal seperti itu!" sangkal Gaston.

"Gaston, sudah . Jangan bicara lagi, kita harus bisa menghargai keputusan Dara." tegas nyonya Mariam.

Perdebatan keduanya akhirnya berhenti dan Dara di beri kesempatan untuk berpikir.

"Ma, kenapa sih mama harus milih dia? Kan banyak wanita berkelas lainnya yang sederajat dengan Gaston? Tega banget sih mama nikahin aku sama pembantu!" tanya Gaston ketika Dara sudah masuk ke kamarnya.

"Iya, di luar sana memang banyak wanita yang lebih berkelas, berpendidikan dan berkarir dari pada Dara. Tapi mereka belum tentu mau meladeni sikap kamu yang kebangetan. Berbeda dengan Dara. Dan kamu harus ingat Gaston, jangan pernah membeda bedakan status sosial,karena dulu mama dan papamu juga berasal dari orang biasa. Dan berkat kerja keras papa kamu, kita semua memiliki aset kita saat ini. Ingat itu!" nyonya Mariam begitu menekankan kepada putranya untuk menjadi pribadi yang baik, namun sayang Gaston sepertinya adalah reinkarnasi dari siluman kuda liar yang susah di kendalikan.

"Iya. Iya ma. Ya sudah aku mau ke kamar. Capek!" tukas Gaston, kemudian berlalu begitu saja dari hadapan mamanya.Nyonya Mariam menggelengkan kepala melihat sikap putranya yang susah di atur itu.

Di ruangan lain, seorang gadis sedang melamun di kamar sambil duduk di tepian ranjang.Dia meratapi nasibnya yang begitu sial. Kehilangan kedua orang tua, menanggung banyak hutang, menanggung biaya hidup adiknya ,di tambah lagi akan di nikahi majikan arogan yang sama sekali tidak dia cintai.

Jika dia menolak, maka dia pasti tidak akan di perbolehkan lagi kerja di rumah Gaston. Sementara dia mungkin akan kesulitan mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar setara gaji yang dia terima selama bekerja di rumah Gaston. Nyonya Mariam memberi gaji dalam nominal yang besar karena mengingat begitu susahnya mencarikan asisten rumah tangga yang betah dengan sikap putranya.

Terlalu menghayati kekalutannya, tanpa di sadari air mata Dara mengalir di pipi. Gadis itu enggan menyekanya agar semua beban di hati dan jiwanya bisa berkurang setelah dia tumpahkan air mata itu.

Namun kegalauannya sejenak bubar ketika terdengar pintu di ketuk.

Tok.. tok.. tok..

Dara tersadar dari lamunan dan segera menyeka air mata. Awalnya dia mengira yang mengetuk pintu adalah Gaston, tapi ternyata bukan.

Ceklek,

Gagang pintu terlihat bergerak lalu pintu pun kemudian terbuka.

"Dara," panggil seseorang yang berdiri di depan pintu.

"Nyo_nya?" sapa Dara kepada nyonya besarnya.

"Dara, apa kamu sudah memikirkan tentang tawaran saya?" tanya nyonya Mariam.

Dara menunduk dan terdiam. Dan sebagai sesama wanita beliau bisa mengerti apa yang di rasakan oleh Dara.

"Boleh kita bicara empat mata?" nyonya Mariam kembali bertanya.

Dara mengangguk lalu mempersilahkan majikannya masuk ke dalam kamar. Di sana mereka duduk berdua di tepian ranjang.

"Jujurlah, apa yang sebenarnya membuat beban di hatimu? Karena kamu sudah mempunyai kekasih, atau karena sikap Gaston yang susah di atur? Karena kalau soal cinta, itu bisa tumbuh seiring waktu. Apa mungkin orang tuamu melarang mu? Katakanlah semuanya, saya tidak akan marah meski seandainya kamu menolak asal saya tahu alasan yang tepat." ucap nyonya Mariam.

Dara menggeleng, dan entah apa artinya bagi nyonya Mariam. Tapi beliau dengan seksama menunggu jawaban Dara.

"Saya tidak punya kekasih, orang tua saya juga tidak melarang karena mereka semua sudah meninggal. Tapi,.." ucapan Dara terpotong.

"Tapi kenapa? Apa karena sifat Gaston ? Percayalah nak, sebuah batu yang keras akan lapuk jika sering mendapat tetesan air. Dan kamu bisa menjadi air untuk hati Gaston yang keras seperti batu. Itulah alasan saya memilih kamu. Kamu perempuan yang sabar dan pengertian." ucap nyonya Mariam.

Dara terdiam, tidak bisa dia pungkiri bahwa dia sangat tidak menyukai sikap Gaston. Tapi melihat sikap mamanya, dan mendengar permintaannya, Dara menjadi bimbang.

Dia merasa begitu jahat jika menolak permintaan seorang majikan yang begitu merendah dan berharap kepadanya, sementara selama ini nyonya Mariam adalah dewi penolongnya untuk melunasi hutang.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Maafkan saya , sebenarnya saya masih memliki beban yang harus saya tanggung. Orang tua saya meninggalkan banyak hutang, dan saya juga masih memiliki seorang adik yang saya titipkan ke nenek. Dia juga tanggung jawab saya karena orang tua kami sudah tiada."

"Astaga, hanya masalah materi? Jangan khawatirkan hal itu, katakan berapa hutang kamu? Hari ini juga kita lunasi, dan bila perlu bawa adik kamu tinggal di sini. Biar sekalian sekolahnya saya biayai. Asal kamu mau menikah dengan Gaston. Saya mohon nak, saya sudah tua. Tidak mungkin mendampingi Gaston selamanya, dan rasanya tidak tenang jika suatu saat saya meninggal dan Gaston masih tidak karuan seperti itu." pinta nyonya Mariam dengan penuh harap.

Lagi lagi Dara di buat resah mendengar permohonan itu. Dengan segala pertimbangan, dia pun akhirnya menerima perjodohan tersebut.

"Terima kasih nak, secepatnya pernikahan kalian akan kita laksanakan."

Terpopuler

Comments

Iin Karmini

Iin Karmini

otaknya ga ada isi

2023-08-02

2

Wiwin Wiwin

Wiwin Wiwin

cerita bikin penasaran

2023-08-02

0

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Calon mertua idaman ny Mariam

2023-08-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!