Malam pengantin

Gadis itu sempat berpikir bahwa Gaston akan menuntut malam pertamanya, sehingga dirinya benar benar gugup.

Perlahan dia melangkah untuk memunguti kemeja dan celana milik Gaston dengan sedikit ragu. Tentu saja khawatir jika pria itu akan menerkamnya secara tiba tiba.

Gaston merebahkan tubuhnya di kasur dengan telentang sehingga sekujur tubuhnya terekspos bebas di mata Dara. Sementara gadis itu semakin memejamkan mata untuk menahan rasa cemasnya.

Usai merapikan kemeja dan celana milik suaminya, Dara masuk ke kamar mandi karena terasa ingin buang air kecil. Dan setelah keluar dari kamar mandi dia mendengar sesuatu.

Erkkkh, eerrrkh,, errrkh,

"Astaga, dia mendengkur!" gumam Dara dalam hati.

"Secepat itu?" tanyanya lagi.

Gadis itu menggelengkan kepala, namun juga merasa lega karena berarti malam ini dia bisa tidur nyaman meski di sofa. Karena dia pastikan majikan arogannya sudah tertidur pulas.

Dara mengambil bantal yang berada di sebelah Gaston untuk dia bawa ke sofa. Tetapi ketika tangannya baru saja meraih benda empuk itu, tiba tiba tangan Gaston menariknya.

"Sayang, kemari lah." ucapnya dengan mata terpejam.

Jantung Dara berdetak kencang, ingin menolak tidak mungkin. Tapi dia masih merasa sangat gugup.

Apalagi ketika tubuhnya sudah benar benar dekat dengan Gaston. Ujung hidung keduanya hampir saja bersentuhan, dan ketika kedua hidung itu benar benar menempel, terdengar suara merdu dari bibi Gaston.

"Astaga, dia mengigau." Dara segera bangkit dan menjauhkan tubuhnya dari Gaston. Segera dia ambil bantal dan dia letakkan di sofa tempatnya beristirahat. Tak lupa juga Dara ambil selimut untuk menutup tubuhnya.

Kini sepasang pengantin itu tengah tidur pulas di tempat yang berbeda.

Tak ada percintaan dan cumbu rayu di malam pengantin,. dan terlewati tanpa pertengkaran itu saja sudah begitu Dara syukuri. Namun sebelum memejamkan mata, dia sempat berpikir dan bertanya tanya,

"Apakah memang sudah jadi kebiasaan Gaston, tidur hanya mengenakan boxer?"

Pagi telah tiba.

Dara membuka mata dan merapikan bantal serta selimut ke tempatnya. Tanpa membangunkan sang suami, dia keluar dari kamar dan segera ke dapur.

Namun dia begitu terkejut ketika melihat ada sosok wanita yang tengah berdiri di dapur. Perlahan Dara berjalan mendekat, dan ternyata wanita itu adalah nyonya Mariam.

"Nyo_ eh ma_ma? Kenapa sudah bangun?" tanya Dara.

"Kamu juga kenapa sudah bangun?" tanya nyonya Mariam juga.

"Ya, saya kan terbiasa bangun jam segini ma," jawab Dara.

"Dara, semalam adalah malam pengantin kamu. Tapi, mengapa pagi ini rambut kamu kering? Jangan jangan ....," ucapan nyonya Mariam terhenti.

"Emmm, eeeh, itu ma... emmm," Dara gelagapan untuk menjawabnya.

"Keterlaluan Gaston, mama pasti akan menegurnya!" tukas nyonya Mariam.

"Ja_ ja_ jangan ma, Tuan nggak salah. Saya yang salah, karena saya tiba tiba semalam datang bulan," Dara terpaksa berbohong. Karena jika nyonya Mariam benar benar menegur Gaston, maka imbasnya juga akan kembali kepada dirinya.

"Ya sudah kalau memang seperti itu keadaannya, tapi Gaston tidak menyuruhmu macam macam kan?" tanya nyonya Mariam lagi.

Dara menggeleng dengan menunduk dan setelah itu dia sudah terbebas dari pertanyaan induk singa karena nyonya Mariam kembali ke dalam kamar.

"Mama istirahat saja biar Dara yang masak," pinta Dara.

"Baiklah, kalau begitu mama ke kamar dulu." tutur nyonya Mariam.

Dara melakukan aktifitas pagi seperti biasa. Sementara yang sedang berada di dalam kamar baru saja menggeliat hendak membuka mata.

Tidak ada yang berubah, Gaston pun bangun merasa seolah dirinya belum menikah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***