"Morning, baby...." sapa Bryan tanpa melepas helm sport full face hitam miliknya.
"Morning....."
"Udah siap?"
"Hm," angguk Samantha.
"Ayo naik." Bryan menyodorkan helm yang juga berbentuk full face namun berwarna putih ke arah Samantha.
Gadis itu pun naik ke motor sport warna merah menyala keluaran dari produsen negara Italia tersebut.
"Siap?" tanya Bryan sembari melirik Samantha melalui kaca spion.
"Hm," angguk Samantha.
"Pegangan yang kenceng." Tanpa menunggu aba-aba lagi Bryan langsung menarik gas motor pagi itu. Melewati trafic Jakarta yang belum terlalu ramai. Kedua lengan Samantha melingkar di pinggang Bryan, bahkan Samantha menyelipkan kedua punggung tangannya pada saku jaket yang Bryan kenakan.
Ini pertama kalinya Samantha ke sekolah tidak naik kendaraan umum. Ternyata enak juga dibonceng motor seperti ini, batin Samantha sembari senyum-senyum sendiri.
....
"Ditiup dulu, Sammy..." Jully menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat Samantha mengipas-ngipas lidahnya yang ia julurkan, karena kepanasan ketika memakan bakso yang masih mengepul.
"Pacaran sama Bryan bukannya tambah pinter malah makin ogeb sih, Sam," komentar Amel pedas.
"Gue lapar." Samantha memotong-motong baksonya hingga beberapa bagian.
"Tapi ya kira-kira juga Sam, iya kalee... bakso masih panas main lo sosor juga." Amel melanjutkan berkomentar sembari asik juga dengan mangkuk mie ayam di hadapannya.
Samantha mengangkat bahunya, mengedarkan pandangan ketika melihat pemandangan yang menarik perhatian.
Dilihatnya kumpulan siswi yang populer di sekolah namun tidak berada satu circle dengannya.
Salah satunya Thalita, teman satu angkatan yang memang terkenal dengan wajah cantik dan seorang model majalah fashion ternama.
"Ngeliat si Lita?" hardik Amel.
"Udah deh gak usah dibahas," ucap Samantha yang masih terlihat meniup-niup bakso miliknya.
"Apaan sih kelebihan dia?" cibir Amel.
Jully mengernyit tidak mengerti. "Dia kan cantik, model dan baik lagi."
"Tadinya sih gue pikirnya gitu, eh lama kelamaan pikiran gue berubah setelah kemarin sore gue ngeliat dia."
Samantha dan Jully saling berpandangan, mereka menggeser kursinya masing-masing agar mendekat dengan Amel.
"Ceritain," desak Jully.
"Biasanya kan dia suka dijemput anak kuliahan, katanya sih kakaknya. Nah kemarin-kemarin nggak. Kebetulan gue diem depan gang deket rumah, dia kayak naik ojek onlen gitu trus marah-marah gara-gara si abang ojeknya telat dateng. Sampai maki-maki gitu."
"Serius?" Samantha bertanya tak percaya.
"Iya lah masak gue boong."
"Terus-terus?" tanya Lilly semangat.
"Ya gue pura-pura gak denger, gitu aja sih."
Samantha duduk tegak kembali dan menelan bakso dan menyelipkan anak rambut ke telinga.
"Ish, kirain gosip apaan gitu," kerucut Samantha lucu.
"Padahal gue juga galak lho Mel, ntar jangan-jangan ada juga yang gosip-in gue pas gue lagi marah-marah."
"Tapi lo beda Sammy, lo itu galak emang dari orok. Tapi hati lo baik kok, temen-temen yang lain juga bisa liat itu." Amel menjawab dan masih asik menikmati mie ayam hingga tidak peduli pelipisnya basah oleh keringat yang mengucur dari keningnya.
"Sayang sekali ya padahal dia banyak yang naksir."
"Lo juga banyak yang naksir, Sam." Samantha menoleh tidak percaya ke arah Jully.
"Masak sih?"
Jully mengangguk, matanya tampak menyala-nyala antusias. "Banyak deh cowok yang modus beli dagangan gue hanya demi bisa ngelihat lo dari dekat. Gue sih bersyukur ya, soalnya dagangan gue laris jadi best seller, hehehe."
Amel mengangguk-angguk setuju. "Apalagi semenjak lo sama Bryan jadian. Beuh... banyak cowok yang melek dan nyadar kalo lo cakep."
Samantha mengernyit tetapi senyuman lebar tak lepas dari wajahnya. "Mereka aja yang selama ini gak melek, gue cakep dari orok keles, hahaha," tawa Samantha.
"Hm, lo nya juga yang gak mo nunjukin siapa lo sebenarnya. Punya bokap nyokap cakep dan cantik, tajir pula." Amel menyahut apa yang jadi ucapan Samantha.
Samantha menatap mangkuk baskonya lurus-lurus. "Jadi inget..."
"Inget apaan?"
Samantha menoleh dengan cepat dan agak terkejut, seolah seseorang menusuk balon dengan jarum hingga meletus tepat di dekat telinganya.
"E-eh-enggak."
Samantha menghembuskan napasnya berat, kini hanya ada satu nama yang terpikirkan olehnya. Perasaan hangat sekaligus gusar menelusup hatinya.
Ia jadi rindu kepada orang itu. Samudra.....
to be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments