"Lo sering kesini?" tanya Samantha begitu mereka sampai pada lantai ter-atas bangunan terbengkalai itu.
Bryan dengan sigap membersihkan lantai yang masih terbuat dari semen, agar Samantha bisa duduk di sana tanpa mengotori gaun yang ia kenakan.
"Hm, kadang-kadang." Bryan mengangguk pelan, lalu duduk di samping Samantha. Dengan kedua kaki yang mereka julurkan dan menggantung ke bawah.
"Gue ke sini biasanya kalo gue sedang bosan atau jenuh sama suasana rumah aja," ucap Bryan akhirnya.
Samantha yang tadinya duduk sambil memainkan kakinya yang menggantung, kini memandang wajah cowok yang ada di sampingnya.
Tidak ada komentar apapun dari gadis itu. Samantha pikir, ia tidak ingin ikut campur dengan urusan pribadi keluarga Bryan.
"Lo sendirian kalo ke sini?"
"Ada beberapa temen gue yang sering gue ajak kemari."
Bryan menatap langit yang sore itu mulai terlihat semburat warna merah.
"Temen sekolah? Siapa? Cewek?" Kali ini Samantha mulai menyelidiki.
"Hahaha emang kenapa kalo cewek? Lo cemburu?" tawa Bryan pecah, menatap wajah Samantha yang kembali berwarna kemerahan.
"Cemburu? Gak lah, ngapain gue cemburu?"
"Sayang sekali dong," jawab Bryan memandang wajah Samantha.
"Maksud lo?"
"Ya sayang aja, padahal gue lebih seneng kalo lo emang cemburu."
Raut merah di pipi Samantha kini semakin terlihat jelas.
"Sam...."
"Hm?"
"Kenapa lo beda sama cewek-cewek yang gue kenal?"
Samantha mendengus pelan. "Emang berapa banyak cewek yang lo kenal?"
"Gak tau, gue gak pernah ngitung." Bryan tertawa kecil.
"Ish, sok narsis..."
"Hahaha lha emang benar gue gak pernah ngitung cewek-cewek yang ngedeketin gue," tawa Bryan tergelak sebentar.
"Emang gue beda gimana?"
"Ya beda aja, biasanya cewek yang ngedeketin gue selalu bersikap sok perhatian, sok manis dan bersikap genit ke gue." Bryan menjeda sebentar ucapannya.
"Lo juga gak pernah pamer kekayaan ortu lo, seperti mereka," ucap Bryan lagi.
"Gue bukan tipe seperti itu," jawab Samantha.
"I know, girl." Bryan tersenyum kecil. Mereka pun kembali memandang langit yang semakin memerah.
"Tunggu sampai matahari terbenam, lo pasti suka."
Samantha memandang sebentar ke arah Bryan dan mengangguk pelan.
...
Benar saja, mentari yang semakin lama semakin rendah menyisakan semburat warna jingga yang begitu indah. Kebetulan langit sore ini terlihat cerah, sehingga matahari yang berwarna kuning orange terlihat bulat penuh seperti kuning telur.
Netra Samantha mengerjap takjub. "Oh my God, It's amazed, Bryan..." gumam Samantha dengan kedua binar mata cerah.
"Yes, like you gorgeous..." gumam Bryan sembari tersenyum memandang wajah Samantha.
Hingga beberapa menit keduanya hanya memandangi sunset yang terlihat dari bangunan setengah jadi, ditemani ilalang dan juga angin sepoi yang mengusap lembut wajah mereka. Hingga perlahan mentari mulai semakin turun dan menghilang. Hanya menyisakan warna kelabu dan sedikit nila.
Bryan bangun dari duduknya dan menjulurkan tangan ke arah Samantha. "Ayo ada satu tempat lagi yang ingin gue tunjukkan."
"Ada lagi?"
"Hm." Bryan mengangguk. Diikuti Samantha yang meraih punggung tangan Bryan dan mencoba berdiri tegak.
Kini kedua posisi wajah mereka begitu dekat. Tubuh Bryan yang lebih tinggi darinya, membuat Samantha sedikit mengangkat wajahnya memandang ke arah cowok berperawakan tinggi tersebut.
"Apa lo tau Sam, lo begitu cantik..." gumam Bryan lembut.
Bryan mencoba mendekatkan jarak wajahnya dengan Samantha. Ia memiringkan sedikit kepalanya. Hingga membuat posisi bibir mereka begitu dekat.
Bryan memandang kagum akan pesona Samantha petang itu. Bibir atas yang melengkung berpadu dengan bibir bawah yang sedikit tebal. Warna lipstick yang Samantha pakai pun bukan warna mencolok, hanya pulasan warna peach dan membuat bibir Bryan ingin sekali berpaut di sana. "Can i kiss you?" bisiknya pelan.
Tak ada jawaban dari Samantha. Dia tidak meng-iya-kan ataupun menolaknya.
Dengan perlahan Bryan mulai mendekatkan wajahnya, dan....
Ddrrttt.... drrtt....
Hampir saja kedua bibir mereka saling berpaut tiba-tiba suara ponsel Samantha menggagalkan semuanya.
Samantha meringis lucu. "Hehehe... sorry...." kekeh nya.
"It's ok.... angkat aja." Bryan tersenyum ke arah Samantha. Bagaimana pun ia tidak akan pernah memaksakan ciuman itu. Mungkin belum saatnya, batin Bryan.
Samantha berdiri agak menjauh dari Bryan dan menjawab panggilan seluler tadi. Samudra....? batin Samantha.
"Halo kak----"
to be continue....
...****************...
** Cast Pemain
Amanda Rawles as Samantha Olivia Perdana
Denny Sumargo as Samudra Baskoro Pratama
Jefri Nichol as Bryan Viander Pradipta
Livy Renata as Veronika Alicia Hendrawan
Shenina Cinnamon as Amel
Maudy Effrosina as Lilly
*** Untuk cast Benua Alvaro Perdana di sembunyikan dl ya, untuk sequel berikut nanti🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments