Samantha bangun dari tidurnya dengan sebuah senyuman melengkung di bibir indahnya. Ia meregangkan otot-ototnya dan menghembuskan napas perlahan.
"Pagi," ucapnya pada dirinya sendiri.
Samantha pun lalu bersenandung lagu saat kanak-kanaknya namun sengaja ia plesetkan sebagian liriknya.
"Bangun tidur ku pegang hp, tidak lupa membalas pesan, habis itu ku baru mandi, mengabaikan tempat tidurku."
Sesungguhnya apa yang ia nyanyikan itu tidak sepenuhnya benar. Memang benar setiap Samantha bangun tidur ia selalu mengecek ponselnya, tidak peduli ada notifikasi di dalam benda itu atau tidak. Namun setelahnya ia selalu merapikan sendiri kasur dan selimutnya. Samantha bukan tipe anak manja yang apa-apa bergantung pada Mbak Pur atau pun bibik.
Samantha mematut dirinya dalam cermin, tersenyum lebar walaupun yang ia lihat adalah rambut yang acak-acakan serta wajah yang masih terlalu pucat karena saking putihnya. Namun Samantha tidak peduli.
Samantha berjalan ke kamar mandi dalam kamar dengan mata yang masih setengah tertutup, senyum lebarnya tak henti-hentinya tertarik di bibir sek*sinya.
Ia mengingat kembali kejadian kemarin, seolah ia mendapat struk durian runtuh alias mendapat keberuntungan. Meski Samantha tidak suka akan istilah durian runtuh karena sejak dulu ia tidak pernah menyukai buah durian.
Ditembak Bryan, pergi kencan makan es krim setelah pulang sekolah dan diantar pulang menggunakan kereta kencana bertenaga mesin. Benar-benar hari yang indah.
Meskipun awalnya Samantha merasa syok dan illfeel dengan perubahan sikap Bryan yang menjadi setengah alay. Namun Samantha mencoba berfikir positif. Mungkin Bryan benar-benar menyukainya hingga seratus delapan puluh derajat membuatnya berubah seperti itu.
....
Samantha menyisir rambut ikalnya lalu menempelkan penjepit rambut berbentuk bunga berwarna biru, pemberian Samudra dulu. Samantha bahkan tidak percaya jika penjepit dari Samudra bakal ia pakai juga akhirnya. Ia hanya ingin tampil cantik di hadapan Bryan.
Kadang cinta memang seperti itu, dengan gampangnya merubah seseorang dari sifat aslinya. Seperti yang Samantha alami. Samantha yang dulu begitu random dan absurd dengan rambut ikal panjangnya selalu terlihat hanya ia kuncir kuda jika kemana-mana. Tapi kini--- rambut ikal kemerahan itu sengaja ia biarkan terurai lembut, Samantha bahkan memakai condisioner sehingga membuat rambut kemerahan itu lebih terlihat begitu halus dan lembut dari biasanya.
Sedikit usapan blass on dan juga lipsgloss berwarna dusty pink pun terpulas di pipi dan bibirnya. Terakhir ia menyemprotkan parfum ke tubuhnya yang ramping, seragam sekolah putih abu-abu pun dengan sangat pas melekat di tubuhnya. Sepatu sneaker putih menyempurnakan penampilannya pagi itu. Hari ini Bryan mulai menjemputnya ke sekolah jadi ia tidak lagi naik bus atau angkot dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya.
"Sok cantik lo, kutil kuda," cibir Benua yang masuk nyelonong ke kamar Samantha dan mengambil charger ponsel miliknya yang kemarin dipinjam kembarannya itu.
"Kalo minjem tu dibalikin, gak bilang-bilang lagi," lanjut Benua masih dengan dahi mengernyit tidak suka.
"Gue mau bilang tapi lo udah tidur. Ya udah gue bawa aja." Samantha merangkul Benua keluar dari kamar.
Benua berhenti sebentar di ruang keluarga untuk men-charger ponselnya yang sisa batereinya tinggal tiga puluh persen.
Ketika keduanya sampai di ruang makan, pemandangan yang hampir setiap hari mereka jumpai tetapi tidak pernah membosankan menyambut mereka. Samuel yang duduk di salah satu kursi dan fokus dengan gadget miliknya yang menampilkan segala hal urusan pekerjaan, lalu Maya yang sedang menyiapkan sarapan.
Samuel mendongak ketika Benua dan Samantha duduk di hadapannya, ia dapat melihat ekspresi yang berbeda dari keduanya. Samantha yang terlihat berseri-seri sedangkan Benua yang datar bahkan cenderung muram ekspresinya.
"Benua, kamu kenapa?" tanya Samuel, membuat Maya yang baru saja duduk, spontan mengalihkan perhatiannya ke arah Benua.
"Nggak papa."
"Kayak cewek aja lo, ditanya kenapa jawabnya gak papa. Nggak Mama sekalian?" cibir Samantha yang menaikkan alisnya mengejek.
"Shut up, jerk."
"Benua!" tegur Samuel.
"Samuel." Kini giliran Maya yang menegur.
"Apa?"
"Kalo makan itu urusan kerja ditunda dulu, ditunda sebentar juga gak bakal kabur kemana-mana."
Maya menekan tombol power sehingga gadget Samuel terkunci layarnya.
Selama beberapa saat Samuel beserta keluarga kecilnya menikmati makan paginya yang disiapkan oleh Maya. Hingga masing-masing menciptakan keadaan tenang dan nyaman selama sarapan.
"Sammy kamu gak mau berangkat bareng Benua atau diantar Pak Kardi?" tanya Samuel tiba-tiba setelah ia selesai makan.
Samantha menggeleng pelan.
"Kenapa lebih suka naik kendaraan umum? Atau kamu mau Daddy belikan mobil atau motor?"
"Gak usah, Dad."
"Yakin?"
"Hm, karena mulai sekarang Sammy gak berangkat sendirian."
Samuel menarik sedikit alisnya begitupun dengan Maya.
"Iya dia kan sekarang punya bodyguard, Dad." Sambung Benua.
"Ish, sirik aja lo. Bilang aja lo kelamaan jomblo gak laku, weekkkk...." ejek Samantha sembari menjulurkan lidahnya ke arah Benua.
"Enak aja, banyak yang ngantri pengen jadi cewek gue noh..."
"Ish, buktinya mana?"
"Sammy-Benua!" sela Samuel menengahi perdebatan kedua anak kembarnya.
Samantha dan Benua menoleh bersamaan ke arah Samuel dan Maya, sembari meringis kompak.
"Emang kamu dijemput siapa, sayang?" tanya Maya kali ini.
"Bryan, Mom..."
Samuel dan Maya saling berpandang dengan ekspresi terkejut. Ternyata anak gadisnya yang berkelakuan random itu sudah memiliki kekasih?
"Moms-Dad, Sammy berangkat dulu ya. Udah ditunggu Bryan di luar," ucap Samantha sembari menyalami kedua orang tuanya.
"Pamer," cibir Benua.
"Lebih baik pamer daripada iri hati, weekk..."
"Mending gak keduanya lah," celetuk Maya, ikut nimbrung perdebatan kedua anaknya.
"Mending ganteng kayak Benua. Benua kan mirip Daddy..." celetuk Benua yang saat itu juga berdiri dan bersiap berangkat sekolah.
Samantha dan Benua pun kini mencium kedua pipi orang tuanya dan masing-masing berlalu. Meninggalkan Samuel dan Maya yang senyum-senyum sendiri melihat kelakuan anak kembarnya.
Samantha melengkungkan senyumnya ketika melihat Bryan yang menunggu nya sembari duduk di atas jok motor besarnya.
"Morning my world...." gumam Samantha pelan, mungkin saja hanya ia dan angin yang mendengar gumamnya itu.
to be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments