Samantha memandang ke atas langit siang itu, ada sedikit mendung yang bergelayut di langit biru laut yang cerah. "Apakah langit juga ikut merasakan bad mood seperti yang gue rasakan sekarang ini?" batin Samantha dengan raut muka yang sedikit ia tekuk.
"Samudra-Bryan hufft....!" gumamnya. Ia kembali menarik napas panjang.
"Lo di sini?"
Sebuah suara yang tiba-tiba saja datang dari arah belakangnya, bahkan Samantha tidak mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya kala itu.
"Eh-e-lo...?" geragap Samantha begitu ia berbalik badan.
Bryan berdiri di bawah sorot mentari siang itu yang kebetulan tertutup mendung. Dengan kedua lengan yang ia selipkan di kedua saku celana seragam abu-abu. Pandangan cowok itu bahkan menatap tajam namun lembut ke arah Samantha.
"Pantas aja lo suka berada di sini, ternyata bagus juga pemandangan dari atas sini," ucap Bryan sembari merotasikan kedua bola mata hitam legamnya. Bryan memandang ke arah Samantha dan mulai angkat bicara lagi. "Ada yang harus gue omongin."
Samantha menarik kedua alisnya heran. "Ngomong aja."
"Gak di sini."
Bryan menghentikan sebentar ucapannya.
"Kita ke kantin?" lanjut Bryan lagi.
Untuk sejenak Samantha sedikit berfikir sebelum akhirnya ia mengangguk meng-iya-kan ucapan Bryan. Rasa kesalnya terhadap cowok itu entah kenapa mendadak sirna begitu melihat wajah tampan cowok berperawakan tinggi dengan dada bidang tersebut.
....
Bryan berjalan menuju tangga rooftop untuk turun, Samantha mengikuti di belakang dengan segala pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya. Kenapa Bryan harus berbicara dengannya di kantin? batin Samantha.
Ia pun berjalan dengan langkah panjang untuk mengimbangi langkah Bryan yang cepat. "Lo kalo mo ngomong, ngomong aja sih," dengus Samantha kesal.
"Ntar lo juga tau."
"Bryan! tunggu!" dengus Samantha lagi.
Bryan masih tidak merespon, cowok itu hanya berhenti sebentar lalu dengan sigap menarik lengan Samantha dan membawanya menuju ke kantin.
Beberapa siswa langsung mengalihkan perhatian mereka ketika melihat Bryan menggandeng lengan siswi yang populer karena sikap tomboy dan random-nya.
Bryan tersenyum penuh arti ketika tiba-tiba berhenti di tengah-tengah ruang kantin dengan banyak anak-anak sekolah yang siang itu tengah asik menikmati hidangan makan siang mereka.
Bryan sempat bertemu pandang dengan Benua yang kini melipat tangannya di atas dada. Kembaran Samantha saat itu juga menunjuk matanya lalu ke mata Bryan sebagai tanda peringatan agar ia tidak mempermainkan saudari kembarnya.
"Perhatian buat semuanya!" ucap Bryan ketika membuka mulutnya, kantin langsung hening seketika.
"Mulai saat ini kalian para cewek-cewek SMA Unggulan jangan lagi ada yang berani-berani deketin gue. Karena mulai saat ini, detik ini juga gue gak lagi jomblo!" Bryan menjeda sebentar ucapannya dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang kantin.
Bryan semakin mengeratkan genggaman tangannya pada punggung tangan Samantha dan memandang wajah cantik cewek yang saat ini masih terlihat bingung akan sikap Bryan.
"Karena mulai detik ini, gue dan Sammy alias Samantha Olivia Perdana telah jadian. Gue milik gadis tomboy dan paling random yang pernah gue kenal."
Samantha membolakan matanya lebar mendengar ucapan Bryan barusan.
Suasana kantin menjadi berisik seketika, beberapa siswi menjerit tidak menyangka dan tidak rela.
"Apa?!" teriak mereka bersamaan secara dramatis.
"HUKUM ADEK AJA BANG, HUKUM!"
....
Samantha masih terbengong-bengong setelah mendengar ucapan Bryan saat di kantin tadi.
Bukannya tidak suka akan cara Bryan, Samantha hanya tidak pernah menyukai segala bentuk publikasi di depan khalayak ramai. Gadis itu malah akan lebih menyukai jika Bryan benar-benar menembaknya di saat hanya ada mereka berdua.
Samantha bahkan tidak peduli jika Bryan menyatakan perasaannya di atas bangunan terbengkalai yang setengah jadi kemarin. Iya---Samantha lebih menyukai jika Bryan memilih tempat itu.
Kecewa? Entahlah. Yang jelas bagi Samantha semua ini tidak seperti ekspetasi yang ada di kepala Samantha.
"Woy! Ngelamun aja!" Suara cempreng Amel dan Lilly yang secara bersamaan pun berhasil membuat Samantha berdecak kaget.
"Mikirin apa sih lo?"
"Ck! Kepo aja si kalian berdua."
Samantha sedikit manyun dan berpura-pura fokus akan buku pelajaran Sejarah yang ada di hadapannya.
"Sejak kapan lo mau belajar mapel-nya bu Susan, Sam?!" tanya Amel serius.
"Iya, Sammy... lo kenapa sih? Bukannya seneng baru ditembak Bryan. Cowok keren, populer dan most wanted--setelah kembaran lo Benua ya---" Jully menimpali dengan ekspresi lucu.
Samantha mendengus sebentar lalu kembali menutup bukunya. Amel benar, sejak kapan dirinya tertarik akan pelajaran Sejarah yang diajarkan bu Susan? pikir Samantha.
"Gue bingung...."
"Hah...? lo mau nolak Bryan?!" pekik Jully yang mampu membuat seisi kelas mengarahkan wajah mereka pada Samantha.
"Husstt...! Jully! apaan sih lo!" decak Samantha dan Amel kesal.
Anak satu ini emang punya mulut yang gak pernah difilter dulu kalau ngomong.
"Ups! sorry hehehe."
Samantha memutar bola matanya jengah.
"Gue gak suka aja, Bryan nembak gue seperti tadi."
"Why honey? itu so sweet banget tau, Sam?" ucap Jully.
"Gak buat gue."
"Trus....? mau lo apa? Bukannya Bryan itu cowo idaman lo? udah tiga tahun kan lo nunggu dia nembak lo?"
"Yeah... but not like that, Mel. Itu tadi kesannya seperti childish tau gak?"
Samantha kembali membuang napas berat. "I don't know...." gumamnya.
"Atau jangan-jangan.... lo punya gebetan baru?" ujar Lilly tanpa dosa.
Membuat Samantha membolakan kedua matanya.
Sialan tu anak kalo ngomong, batin Samantha.
to be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments