Samantha merasa apa yang ia lakukan ini percuma. Ia menggosokkan setrika ke rok abu-abunya berulang kali, tetapi tidak kunjung membuatnya rapi. Ia menyentuh rok yang terkena sapuan setrika dan tidak merasakan panas. Bahkan hangat pun tidak.
Nekat, dia pun menyentuh permukaan setrika dan memang ternyata tidak panas.
"Ini kenapa gak panas-panas, sih?" keluh Samantha. Akhirnya ia bangkit dan menuju ke dapur. Kulkas menyala dan berfungsi sebagaimana mestinya, Ac ruang depan, tengah dan kamar pun terasa sejuk. Jadi bukan karena aliran listrik terputus. Lalu, kenapa?
"Sammy, kamu kenapa sayang? bete gitu?" tanya Maya heran begitu mendapati anaknya yang cemberut dengan muka di tekuk dan kening berlipat-lipat.
"Sam mo nyetrika eh malah setrikaan rusak, Mom."
Maya mendekati benda yang Samantha maksud.
"Kenapa gak minta tolong mbak Pur aja?" ujar Maya.
"Iya non kenapa gak minta tolong mbak Pur? mbak Pur kan dari tadi gak ada kerjaan non..." Wanita bertubuh sedikit gempal dengan rambut terurai tiba-tiba saja menimpali percakapan kedua majikannya.
"Ish, mbak Pur itu dari tadi teleponan mulu sama mang Asep. Sam panggil-panggil aja gak nyahut." Samantha berdecih kesal sembari memutar kesal bola mata coklatnya ke arah mbak Pur.
"Hehehe maaf non, mbak Pur gak denger," ringis wanita gempal dengan dandan-nan yang sedikit menor.
"Sini non biar mbak Pur setrika-in, dijamin cepet dan rapi."
Samantha mendengus. "Gak usah...!" jawabnya kesal.
"Sammy....!" panggil Maya.
"Kenapa Mom? setrikaannya udah bisa panas?"
Maya menunjuk sebuah tombol di badan setrika. "Jelas setrikanya gak panas, kamu belum mengaktifkan sensornya."
Melihat itu mulut Samantha kini berbentuk seperti huruf O.
"Oh gitu, sorry Mom. Salah Sam ya? hehe."
Maya hanya bisa mendesah maklum akan kelakuan nyeleneh anak perempuannya.
Sementara mbak Pur terkekeh geli melihat kelakuan absurd majikan perempuannya yang terlihat galak tapi sebenarnya berhati lembut.
Hingga kekehan mbak Pur terhenti begitu melihat kedua netra Samantha melotot bulat ke arahnya.
...
"Ly, kalo lo makan dagangan lo sendiri, gimana mau untung?" tanya Amel saat Jully membuka sebungkus cilok dagangannya dan memakannya sendiri. Meski keuntungan dari sebungkus cilok tidak berpengaruh besar tapi tetap saja lumayan.
"Satu doang, elah...." balas Jully acuh tah acuh sambil mengibaskan tangannya.
Daripada menghadapi Jully yang bercita-cita ingin mendirikan minimarket IndoJully untuk menyaingi Indomaret yang sering membuatnya sakit kepala, Amel memilih mengalihkan perhatiannya kepada Samantha, si anak tajir yang low profile banget. Gimana gak low profile coba? Anak konglomerat pemilik banyak perusahaan besar ataupun cafe dan butik. Oh ya jangan lupakan jika ayahnya adalah salah satu pemilik saham di yayasan sekolah swasta unggulan M.H. Thamrin.
Cewek satu ini tidak pernah mau bernaung dengan fasilitas kedua orangtuanya. Tidak seperti teman-temannya yang lain. Yang selalu saja pamer kendaraan pribadi, tas branded, sepatu berharga mahal ataupun ponsel pintar I-phone dengan seri terbaru.
Bahkan jika Amel berada di posisi Samantha, mungkin dia akan menikmati semua fasilitas yang diberikan padanya. Amel terkekeh geli saat memikirkan hal itu.
Kembali pada Samantha, yang dari pagi tadi tingkah cewek yang satu ini tidak seperti biasa. Samantha sedikit pendiam, tidak banyak bicara dengan nada tomboy dan polosnya. Tapi tiap detik dia tersenyum malu-malu dan mengusap pipinya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi? pikir Amel..
"Woy....!" Amel menguncang bahu Samantha.
"Kenapa lo?"
Kali ini Samantha terkikik, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, sebelum meminta Jully dan Amel mendekat ke arahnya.
"Tadi pagi, gue ketemu sama Bryan!" tuturnya menggebu-gebu.
"Papasan? Kalau gitu mah gue juga ser---" Samantha melotot begitu Amel memotong pembicaraannya.
"Sssttt! Bukan! Tadi di Halte, dia tiba-tiba berhenti kan beli air mineral gitu, dua botol dan salah satunya dikasih ke gue! AAAA...!"
Jully sontak tersedak cilok yang ia makan. Pekikan Samantha menusuk gendang telinganya. "Air....air....!" ucap Jully panik.
"Sam, air yang Bryan kasih mana?" Amel hendak membuka ritsleting tas Samantha, tapi cewek itu menggeleng kuat-kuat.
"No....! ini dari Bryan!"
Amel berdecak, mengambil tasnya dan memberikan botol air minuman yang ia bawa dari rumah untuk diberikan pada Jully.
"Jahat lo, Sam. Temen keselek tapi lo nolak ngasih minum."
Samantha mengerucutkan bibir, mendekap tasnya seolah Amel akan merebutnya kapan saja.
"Ish, lo kan tau sendiri ini dari Bryan. Dan botolnya bekas dipegang Bryan, tau...!"
"Udah, udah, berisik!" Jully menarik napas setelah air mengalir di kerongkongannya.
"Sebagai ganti karena lo udah bikin gue keselek, lo harus beli cilok gue!"
"Oh, no problem sayang. Gue borong cilok lo hari ini." Samantha mengambil satu.
"Bayarnya nanti ya," ucap Samantha sembari memasukan cilok dagangan Jully ke mulutnya.
"Buset anak sultan ngutang cilok gue!" celetuk Jully cemberut.
"Ish, gak percayaan ma gue. Nanti gue bayar lebih."
"Yeay asik.... dilebihin berapa Sam?"
"Dua ribu."
"Eh sialan! Dua puluh ribu deh..."
"Ogah...." Samantha menjulurkan lidahnya ke arah Jully.
Sementara Amel memijit pelipisnya karena tidak tahan dengan kelakuan dua sahabatnya.
"Sam, mending lo cerita deh pertemuan lo dengan Bryan dan kenapa doi bisa ngasih air ke lo." tanya Amel dengan wajah kepo.
Mengalirlah cerita dari mulut Samantha. Dibumbui dengan pekikan atau senyum lebarnya, juga komentar dari Amel ataupun Jully yang mengandung iri. Siapa yang tidak mau diberi sesuatu oleh Bryan Viander Pradibta, seorang kapten basket dan cowok kedua setelah Benua yang paling most wanted di sekolah, meskipun hanya diberi sebotol air mineral?
"Terus rencananya air itu mau lo apain?"
"Nggak akan gue minum sampai kapan pun. Titik!"
"Ish, ada-ada aja lo."
"Biarin, weekk...!"
Bel pelajaran dimulai, kembali berbunyi. Samantha memperbaiki posisi duduknya. Hologram monitor serta keyboard hadir kembali di mejanya. Di antara jarak pengajarnya yang berjalan dari pintu menuju ke meja guru, Samantha menyempatkan mencium gantungan kunci dream catcher berwarna pink pemberian dari Samudra dulu.
"Kamu memang pembawa keberuntungan," bisiknya dengan antusiasme yang meluap-luap.
to be continue.....
***
Aaaaa.... dream catcher dari Samudra atau Samudra nya yang pembawa keberuntungan ya? Simak terus kisahnya ya kak....
Samudra&Samantha😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments