Veronika memandang wajah Samudra yang saat itu berada di atas tubuhnya dengan penuh pertanyaan. "Kenapa, Sam?" cicit Veronika lemah.
"Apa aku gak menarik lagi di mata kamu?" lanjutnya lagi.
Samudra membuang napas panjang lalu menjatuhkan tubuhnya ke samping gadis cantik yang saat itu berte*lanjang da*da dan hanya mengenakan rok pendeknya.
"No, baby... gak ada yang salah sama diri kamu," suara Samudra terdengar berat.
"Lantas kenapa? Why do you suddenly stop?" Veronika berbalik menghadap Samudra kini. Sambil menahan kepalanya dengan lengan kiri-nya. Sementara lengan yang lainnya memainkan jemari lentik berpoles cat kuku ke dada kekar Samudra yang setengah tel*anjang.
"Entahlah, maafkan aku...." jawabnya sembari menoleh memandang wajah gadis yang saat ini berbaring di sampingnya, Veronika bahkan terlihat begitu cantik. Meski rambut lurus kecoklatan miliknya terlihat sedikit acak-acakan serta sorot mata sayu yang selalu membuat Samudra berdecak kagum.
Sorot mata itu berbeda dengan milik Samantha.
Jika di dalam sorot mata Samantha seperti terdapat ribuan gemintang yang terpancar cerah di sana. Seolah siapapun yang melihatnya dapat merasakan semangat dan kehangatan dari aura yang gadis itu keluarkan.
"Sayang...."
Suara Veronika membuyarkan lamunannya.
"Em-i-iya?" gagap Samudra.
"Kamu ngelamun-in siapa sih?" Veronika kini terlihat sedikit kesal.
"Gak--- gak ada."
Samudra membawa tubuh gadis yang saat ini berbaring di sampingnya lalu mendekapnya erat. Satu kecupan kecilnya mendarat pada puncak kepala Veronika.
"I'm sorry--- aku hanya--- pengen sendiri saat ini."
Veronika sedikit menciptakan jarak sebelum akhirnya ia berdiri dan kembali memasangkan kemeja ke tubuhnya. Satu persatu jemari Veronika mengancingkan kancing kemeja lalu terdiam di tempat sambil memandang ke arah Samudra.
"Kamu mau kemana, Ve?"
"Bukannya kamu pengen sendiri? Aku pergi biar kamu bisa sendiri, puas kan kamu dokter Samudra?!" ketus Veronika. Wajahnya terlihat kesal, bola mata yang selalu teduh kini seperti ada kilatan api yang hendak menyambar Samudra.
"Sorry, tapi aku gak bermaksud nyakitin kamu dear..."
"Tapi kamu udah terlanjur nyakitin aku, Sam."
Kembali Samudra menghembuskan napas berat.
"Oke-oke maafin aku."
Samudra bangkit dari tidurnya dan meraih tubuh Veronika, memeluk gadis itu erat dan sekali lagi mendaratkan ciuman hangatnya di bibir merah itu.
"I'm sorry...." bisik Samudra di sela-sela pergerakan bibir keduanya.
...****************...
Jakarta
"Hai Moms......"
Samantha mencium kedua pipi Maya, ia lalu duduk di kursi pantry sambil mencomot satu roti isi buatan sang mama.
"Sammy....! pelan-pelan dong makannya."
"Hehehe abis laper, Moms."
"Ish, kamu itu anak cewek kok bar-bar gitu sih." Maya tertawa kecil melihat kelakuan anak gadisnya.
"Dad belum pulang, Moms?"
"Belum, sayang. Dady kamu masih ada meeting dengan klien," jawab Maya sambil sibuk menabur parutan keju di atas castengel yang hendak dimasukkannya ke dalam oven.
"Ow...." bibir Samantha membulat membentuk huruf O.
"Emang Moms gak takut?"
Maya mengerutkan alis tebalnya dan memandang ke arah Samantha yang masih sibuk mengunyah roti isi.
"Kenapa Mommy mesti takut?"
"Ya... takut kalo-kalo Dad diambil pelakor?"
Bukannya panik, Maya malah terkekeh geli. "Moms tau Dad seperti apa dan Moms percaya sama Daddy kamu."
"Moms yakin? Dad kan ganteng, tajir pasti dong banyak pelakor yang goda-goda in Daddy."
"Kamu tau? Banyak masalah yang udah Moms sama Daddy lalui, ketika kami sebelum menikah dan setelah menikah." Maya mendekat ke arah Samantha dan membelai lembut rambut panjang ikalnya yang ia biarkan tergerai.
"Benarkah, Moms?"
"Hm," angguk Maya.
"Masalah apa aja? Pelakor ya Moms?"
Maya terkekeh dan menjitak kening Samantha pelan.
"Aduh...! sakit Mom...!" Samantha meringis sambil mengelus-elus kening, bibirnya pun mengerucut lucu.
"Lagian kamu si, dari tadi pelakor mulu yang ada di isi kepala kamu, hahaha!" tawa Maya.
"Tapi kan aku gak perlu dijitak juga keles, Mommy...!"
"Iya maaf-maaf.... habisnya Mommy tuh gumuzzz sama kamu sayang, ihhh...." Maya terkekeh sembari mencubit pipi Samantha kali ini.
"Mommy.....!" pekik Samantha sembari meringis dan mengerucut lucu.
"Hahaha!" Maya tertawa sambil kembali berjalan ke arah castengel yang ia tinggalkan tadi.
"Mom...." ucap Samantha lagi.
"Iya, sayang?"
"Kak Am sekarang ini kok jarang pulang ke Indo?"
"Mungkin kakak kamu sibuk," jawab Maya yang masih sibuk menabur parutan keju di atas kue buatannya.
"Iya keles... sibuk pacaran."
Samantha mencebik lucu.
"Hahaha emang kenapa sih? Kamu kangen sama kakak kamu?"
Deg...
Samantha sedikit kaget ketika mendengar ucapan ibunya kali itu.
Kangen? batin Samantha.
"Kalo kamu kangen kan bisa main ke Boston."
"Emang dibolehin Daddy?"
"Who knows, honey...." ucap Maya.
Samantha terdiam sejenak.
"Oh ya, Sammy.... kamu belum cerita ke Mommy tentang Bryan lho...." Maya menggoda putrinya.
"Ish, Mommy ni kepo aja."
"Kok kepo si, kan kamu anak Mommy jadi wajib dong Moms tau soal cowok yang ngedeketin anak Moms," goda Maya.
"Ntar aja ah... Bryan masih jadi rahasianya Sammy."
Samantha pun mendekat ke arah ibunya dan mencium kedua pipi Maya.
"Good night, Mom.... Sammy ke kamar dulu."
"Good night, honey. Jangan lupa kalo Daddy pulang, kita makan malam bareng. Okey?"
"Yes, Mom..." jawab Samantha sembari berjalan keluar pantry.
Maya hanya tersenyum kecil sembari geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya yang berbanding terbalik dengan saudara kembarnya, Benua.
Ngomong-ngomong soal Benua. Kemana anak itu? dari tadi Maya belum melihat batang hidungnya...
to be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments