Riana yang telah meminta izin untuk tidak berangkat bekerja selama satu hari pun mulai berberes rumah saat semua orang telah pergi.
"Aku akan menyelesaikan tugasku dulu sebagai Ibu dan Istri lalu setelah itu kita mulai semuanya!" ucap Riana dengan ekspresi wajah yang penuh semangat.
Riana yang tidak ingin memikirkan terlalu dalam Penghianatan Kamal terhadapnya sementara Kamal bahkan dapat dengan santai bersikap manis di hadapannya sementara menyimpan pisau yang tajam di balik tangannya.
Riana pun menyelesaikan tugasnya bersih-bersih satu per satu hingga akhirnya semuanya telah bersih dan rapi.
Riana yang tak ingin terlihat lusuh pun mulai memperhatikan dirinya dengan melakukan make up sederhana.
"Hmmm, apakah Mas Kamal selingkuh karena merasa aku sudah tidak menarik lagi dan Mbak Yonna yang telah melahirkan tiga anak tetap menarik di matanya?" gumam Riana dengan suara yang rendah sambil menatap tubuhnya di depan cermin yang besar.
Riana yang melihat lemak yang sangat banyak di bagian perut dan pahanya pun menarik nafas panjang.
"Apakah aku harus mulai diet dan mengikuti beberapa program olahrga untuk menghilangkan lemak-lemak ini dan membuat Mas Kamal tertarik lagi padaku?" gumam Riana dengan ekspresi wajah yang sedih sambil memegang beberapa lemak di bagian perutnya.
Sesaat setelah pikiran dan keinginan untuk memberikan Kamal kesempatan kedua muncul sesaat itu pula Riana menyesalinya.
"Peselingkuhan ini bukanlah kesalahanku. Perselingkuhan adalah sebuah penyakit yang tidak akan sembuh jika tidak dari niat orang yang melakukannya!" ucap Riana lagi dengan tangan di atas meja rias dengan ekspresi wajah yang serius.
"Aku tidak akan mengubah tubuhku karena ingin Mas Kamal melihatku kembali tapi aku melakukan itu semua demi diriku!" ucap Riana dengan tekad yang kuat.
Riana yang tak ingin larut dalam kesedihan dan pikiran buruk pun memutuskan keluar dan pergi ke Toko Perhiasan.
"Aku harus menjual semua perhiasan ini dan membeli yang palsu agar Mas Kamal tidak curiga!" ucap Riana dengan ekspresi wajah yang serius sambil memasukkan Perhiasan-perhiasan tersebut ke dalam Tas.
Beberapa jam berlalu, Riana yang telah mendapatkan uang dan perhiasan pengganti yang diinginkannya pun pergi ke salah satu Bank untuk membuka tabungan baru.
Riana yang telah menyelesaikan semua urusannya pun berniat untuk bergegas kembali ke rumah tapi tiba-tiba seseorang memanggil Riana dari belakang.
"Hmmm, akhirnya semua telah selesai. Aku telah memindahkan semuanya ke rekeningku dan tak menyisahkan apapun di Tabungan yang diketahui Mas Kamal!" gumam Riana dengan ekspresi wajah yang lega.
"Sekarang waktunya aku kembali tapi rasanya sangat disayangkan jika aku buru-buru pulang karena tidak ada lagi yang bisa aku lakukan karena kedua anakku masih di sekolah!" ucap Riana dengan suara yang rendah sambil menarik nafas panjang.
"Riana! Riana! Ini Riana, kan? Masih ingat denganku? Aku Putra dan kita berada di Universitas yang sama!" ucap Putra dengan ekspresi wajah yang bahagia.
"Agh, kau pasti lupa denganku tapi apakah kau ingat dengan Yoga, Yoga si Keriting!" ucap Putra dengan nada suara yang penuh semangat.
Riana yang tidak mengingat dengan jelas tentang Putra tapi sangat mengingat jelas tentang Yoga yang merupakan teman yang didapatkannya saat berpartisipasi c5dalam Pentas Seni Antar Jurusan pun tetap bersikap ramah terhadap Putra.
"Hmmm, ya, aku ingat dengan Yoga. Dia orang yang baik dan lucu!" ucap Riana dengan tawa kecil saat mengingat tentang kepribadian Yoga.
Di saat Putra ingin mengatakan sesuatu untuk mengingatkan Riana akan dirinya tiba-tiba seseorang muncul dari belakang Putra.
"Bu Guru, apa kabar? Masih ingat denganku, Bu?" tanya seorang pria yang telah beranjak dewasa dengan seragam polisi dengan tubuh yang tegap.
"Hmm, kamu... Apakah kamu Aris?" tanya Riana dengan nada suara yang hati-hati dengan ekspresi wajah yang penasaran.
"Benar, Bu. Ini Aris. Bagaimana kabar Ibu, sekarang?" tanya Aris dengan ekspresi wajah yang bahagia dengan tawa yang ceria.
"Ah, Ibu baik-baik saja. Ibu senang melihatmu yang sudah berhasil menjadi Polisi. Semoga menjadi Polisi yang amanah, ya!" ucap Riana dengan ekspresi wajah yang bahagia dan bangga di saat bersamaan saat melihat salah satu muridnya menjadi manusia yang sukses.
Putra yang mendengar percakapan Riana dan Aris pun akhirnya menarik satu kesimpulan penting yang membuat Putra memiliki cara untuk bicara dengan Riana.
"Hmmm, tidak disangka ternyata Dunia ini sangat sempit. Aku tidak menyangka jika kau adalah Guru dari Adikku!" ucap Putra dengan senyum yang lebar.
"Agh, sekarang sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau kita pergi untuk makan siang bersama? Aku pun ingin tau bagaimana kelakuan Aris saat sekolah dulu." ucap Putra dengan wajah yang tidak tau malu dengan senyum yang lebar.
Aris yang melihat sikap Kakaknya yang seperti manusia es itu bisa bersikap sangat manis di hadapan wanita lain pun memutuskan untuk membantu Kakaknya.
"Sepertinya Kak Putra menyukai Bu Riana, bagaimana kalau aku membantu mereka agar bisa dekat?" ucap Aris dalam hati dengan senyum yang misterius.
"Ayolah, Bu. Ayo kita makan bersama. Aris pun ingin tau tentang kondisi sekolah sekarang!" ucap Aris dengan tatapan mata yang berbinar penuh harap.
Riana yang tidak bisa menolak permintaan Muridnya itu pun menarik nafas panjang dan menyerah hingga akhirnya menyetujui permintaan Putra dan Aris.
Keduanya pun pergi ke salah satu Rumah Makan yang terkenal enak dan akhirnya menghabiskan waktu beberapa jam untuk mengobrol lalu saling bertukar nomor telepon.
Riana yang tidak bisa pergi keluar rumah lebih lama lagi pun memutuskan kembali ke rumah karena khawatir kedua anaknya akan sampai lebih dulu daripada dirinya.
"Aku harus segera pulang. Aku tidak bisa membiarkan anak-anak mengatakan sesuatu kepada Mas Kamal tentang kepergianku dan aku pun malas untuk mencari alasan menjelaskan tujuan kepergianku!" gumam Riana dengan suara yang rendah dengan ekspresi wajah yang canggung.
Putra yang memiliki kantor Notaris sendiri pun telah bertemu dengan banyak Pelanggan dengan berbagai masalah sehingga saat Putra melihat Riana mengkerutkan alisnya pun membuat intuisi Putra aktif.
"Riana, jika kau membutuhkan bantuanku di bidang hukum maka katakan saja. Aku akan siap membantumu!" ucap Putra dengan ekspresi wajah yang serius dengan tatapan mata yang tajam.
"Benar, Bu. Kalau ibu membutuhkan Pengacara atau masalah hukum katakan saja pada Kakakku. Dia sangat ahli dalam bidang hukum!" ucap Aris yang dengan tegas memberikan jaminan atas kredibilitas Putra dengan mengangkat jempolnya.
"Hmmm, Ibu juga bisa meminta bantuanku jika suatu saat membutuhkan bantuan di Kepolisian!" ucap Aris dengan percaya diri dengan kepala terangkat.
Riana yang mendengar kata-kata dukungan yang tak disangka itu pun tersenyum tulus dengan ekspresi wajah yang bahagia.
#Bersambung#
Apakah Riana akan mengambil tawaran bantuan dari Putra dan Aris? Tunggu jawabannya di BAB-BAB selanjutnya ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
datang sendiri pendukung mu Riana..
2023-08-25
1
Uthie
makin seru 👍😁
2023-03-30
1