Setelah uang naskah lima belas ribu dihilangkan, juga setelah mereka berbaikan, kini keduanya mulai memperbaiki hubungan yang kemarin sempat retak.
Anda berjanji akan menjadi suami yang baik dan merubah sikapnya. Tidak akan pernah iseng ataupun chat-an dengan wanita lain. Apalagi mengetahui kehamilan Ra Popo, Anda sangat bahagia. Dia benar-benar akan berjanji untuk menjaga dan tidak akan pernah menyakiti istrinya lagi.
"Bang, bangun!" Ra Popo mengguncang bahu Anda yang sedang mengorok. Ya, mereka berdua sudah kembali tidur seranjang.
"Ayah! Bangun!" Geram Anda tidak juga terbangun, Ra Popo setengah berteriak di telinga suaminya.
"Hah? Ada apa?" Anda bangun dengan tergagap.
"Susah banget dibangunin. Aku mau tahu bunting di cocol sambal setan, Bang!" pinta Ra Popo dengan bibir manyun.
"Eh, ndak salah? Ini jam satu malam, Po, mana ada yang jualan begituan?"
"Tapi aku pengen, Pah." Ra Popo menggoyangkan lengan Anda. Seperti anak kecil yang membujuk ayahnya untuk dibelikan sesuatu yang diinginkan.
"Pengen ya pengen, yank. Tapi liat jam juga."
"Orang ngidam mana mikirin jam, Bang! Kalau pengen ya pengen." Ra Popo mulai menunjukan raut kesal. "Kau tak mau cariin ya?!"
"Bukanya gitu, mau cari juga cari kemana, Dek?" Sementara Anda bernada frustasi. Bagaimana dia akan mencari yang diidamkan istrinya, sedangkan yang diminta Ra Popo adanya disiang hari.
"Kemana aja yang penting dapet!" Ra Popo setengah memaksa.
Anda diam sejenak, berusaha berpikir untuk mencari jalan keluar ataupun meredam aksi ngidam istrinya.
"Di kulkas ada tahu, tidak?"
"Kau tanya kulkas? Emang sejak kapan kita punya kulkas?"
Anda menghela napas, dia salah berucap. "Di dapur, ada tahu, tidak?" ralatnya.
"Emh ... sepertinya masih ada kalau tidak keduluan dimakan tikus."
"Coba ku lihat. Nanti aku goreng dan buatkan bumbu setannya."
"Nah, gitu dong." Karena aksi ngidamnya terpenuhi, Ra Popo mengumbar senyum manis. Anda membalas senyum meski hatinya menahan kesal karena tidurnya terganggu. Akan tetapi mau bagaimana lagi, dia tahu ngidam itu keinginan calon anaknya.
Anda menggulung sarung, lalu gegas pergi ke dapur. Dia membuka tutup panci dan menemukan air keruh yang memenuhi panci. Mencelupkan tangan ke dalam panci dan menemukan tahu hanya sebanyak dua biji. Itupun berukuran kecil.
Mana cukup untuk dikonsumsi istrinya yang biasanya menghabiskan sepuluh tahu dalam sekali makan.
Anda berpikir untuk menemukan solusi, dan setelah berpikir cukup lama dia menemukan ide dengan menambahkan tepung kanji sebanyak setengah kilo gram. Takaran yang sama sekali tidak sebanding, tapi apa boleh buat, dipikirnya tak ada pilihan lain.
Setelah beberapa waktu mengeksekusi, akhirnya olahan yang buat itu sudah selesai lengkap dengan sambal setan yang diminta istrinya.
Anda membawa hidangan itu ke hadapan istrinya. Mula Ra Popo melotot lebar melihat apa yang diminta tak sesuai ekpetasi sama sekali.
Bukannya membuat tahu bunting, Anda justru membuat bola-bola api. Ra Popo berubah haluan, hasratanya yang ingin makan tahu bunting berubah dilimpahkan pada Anda.
Dia menyuruh Anda menghabiskan apa yang dibuat, sampai pria itu mendelik dan kejang-kejang karena adonan tepung kanji bercampur tahu dua biji tadi seperti memakan bola karet.
•
Kehamilan Ra Popo memasuki kehamilan bulan ke tujuh. Perut Ra Popo yang semula sudah melar kini semakin membengkak tak terkendali karena umur kehamilan yang terus bertambah.
Jangan tanya berat badan yang saat ini sudah hampir mencapai delapan puluh kilo gram. Luar biasa. Yang tadinya enam puluh kilo, kini sudah bertambah dua puluh kilo.
Bukan hanya berat badan yang bertambah, semakin hari aksi ngidam Ra Popo semakin aneh dan nyeleneh, membuat Anda kewalahan dan bingung sendiri.
Seperti pagi ini, Ra Popo mengambek karena Anda tidak mau menuruti keinginannya. Wanita memakai daster ungu motif bunga sepatu itu memanyunkan bibir hingga lima senti dan tak henti ngedumel.
Anda sendiri diserang dilema, antara menolak atau mengabulkan yang diingkan Ra Popo. Tapi, keinginan kali ini sungguh nyeleneh dan membuat harga dirinya sedikit remuk.
Bagaimana tidak, Ra Popo ingin melihatnya memakai daster dan berbelanja di tukang sayur keliling sambil memilah-milah belanjaan seperti yang dilakukan ibu-ibu di desanya setiap pagi.
Ya Tuhan, bukankah itu sangat memalukan?
"Itu dasternya, Bang!" Ra Popo menyuruh Anda segera memakai daster yang sudah disiapkan. Dia berwajah tanpa dosa dan tanpa rasa bersalah.
Anda bahagia dengan kehamilan Ra Popo, tapi aksi ngidam anak kedua ini lebih sangat ekstrim dibanding hamil si Kuat dulu.
Dia sempat curiga kalau itu hanya akal-akalan Ra Popo saja yang masih menyimpan dendam dan ingin membalasnya. Tapi, semua itu terpatahkan saat Ra Popo berwajah polos.
Demi menuruti keinginan Ra Popo, akhirnya Anda memakai daster dan duduk di lincak depan rumah, sama persis yang dilakukan Ra Popo setiap harinya.
"Pah, bagaimana kau mau beli sayur kalau dompetmu kau ketinggalan." Ra Popo menyerahkan dompet hitam lumayan besar pada Anda. Hadiah dari toko emas bertuliskan Emas Sinar Garuda.
Kening Anda berkerut. Memakai daster sudah meremukkan harga dirinya, ditambah aksesoris laknat yang harus dibawa. Kalau uang bisa diselipkan dikantong, tidak perlu membawa dompet sebesar ipad. Yang mana membuat semua orang tahu dan membuatnya semakin malu.
Anda menghela napas dan menerima dompet dengan tak berdaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments