Mak Pong Ketempelan Setan Beringin

Anda menghentikan motor di samping rumah Mak Pong, Nur Cahaya menyambut kedatangan abangnya selaku kakak kandungnya, tapi tidak dengan Ra Popo. Menatap pun enggan.

"Bawa Mak ke bidan, Bang. Kasian dari tadi geleng-geleng kepala terus. Mungkin saking pusingnya sampai aku panggil enggak nyahut. Matanya merem melek kadang geleng-geleng kadang angguk-angguk kepala. Mak kenapa ya Bang? Aku takut," adu Nur Cahaya dengan raut cemas. Dia menggandeng tangan abangnya untuk di ajak masuk, sedangkan Ra Popo tidak digubris sama sekali. Kakak ipar? Bodo amat. Pikirnya.

"Tapi biasanya kalau vertigo Mak kambuh, bukannya tiduran terus?" tanya Anda.

"Makanya itu, Bang, aku juga gak tahu Mak kenapa. Apa jangan-jangan Mak ketempelan setan pas lewat pohon beringin depan rumahnya Pak Nipon."

Anda menghentikan langkah. Menatap adiknya dengan kening berkerut. "Bukannya pohon beringin Pak Nipon baru satu jengkal, emang sudah ada setannya?"

"Mau satu jengkal, setengah jengkal, setahu ku namanya pohon beringin tetap ada penghuninya. Jadi gimana, Bang, mau kita bawa ke bidan apa panggil Mbah Sakti?"

Anda berpikir sejenak. Padahal pria itu belum menemui Mak Pong dan belum tahu keadaan sebenarnya. Sedangkan Ra Popo sendiri hanya berdiri di depan pintu sambil menghitung semut yang berbaris. Enggan bergabung.

"Tunggu! Ra Popo juga keturunan dukun. Dia pernah sembuhin Kuat pas ketempelan penghuni kebun singkong. Biar dia aja yang sembuhin Mak." Anda beralih pada istrinya.

"Yank, kata Nur Cahaya, Mak Pong ada indikasi ketempelan setan dari pohon beringin milik Pak Nipon. Coba kau sembuhin Mak seperti kau sembuhin Kuat dulu."

"Mak ketempelan?" Ra Popo terkejut. Dia kira keadaan Mak Pong tidak begitu serius. Mereka berdua masuk bersama-sama ke kamar Mak Pong.

Anda duduk di samping Mak Pong, namun wanita paruh baya itu tidak menengok sama sekali.

"Mak sakit kepala? Apa vertigonya kambuh? Kita ke rumah sakit, yuk, Mak," ujar Anda mengajak Mak Pong, namun wanita itu sama sekali tidak menggubris, tetap mengangguk-anggukan kepala sambil merem-melek. Pria itu lalu beralih pada Ra Popo, menganggukkan kepala meminta pendapat.

"Tuh 'kan, Bang. Sudah pasti itu Mak ketempelan." Nur Cahaya kembali menyahut.

"Suruh adik lucnutmu itu cari kembang tujuh rupa. Taruh air di baskom dan kasih kembangnya. Mudah-mudahan setannya gak berat," ucap Ra Popo.

"Berat? Dikira seperti berat badanmu yang sangat berat," cibir Nur Cahaya.

Ra Popo melirik sinis. "Masih mending berat badanku yang berat, dari pada kau, beban hidup yang berat. Janda gak laku-laku."

"Bah, apa kau bilang? Mulutmu bisa ku tuntut! Aku masih punya suami. Suamiku kerja di luar negeri!"

"Sstttthhh. Kalian bisa diam, tidak? Kita ini masih dalam keadaan genting. Liatlah, Mak Pong masih seperti itu, ketempelan setan geleng-geleng."

"Nur Cahaya, kau turuti saja perintah mbakmu. Cari kembang tujuh rupa sama siapkan air dibaskom, biar mbakmu sembuhin Mak."

Dengan bibir manyun dan menghentakkan kaki, kesal. Akhirnya Nur Cahaya pergi untuk melaksanakan perintah.

"Mak! Mak inget nggak sama anak gantengmu ini?" tanya Anda untuk mengetes daya ingat Mak Pong. Tapi wanita paruh baya itu menggeleng ke kanan dan kiri dengan kuat.

"Bah, Po, gawat, Mak bener-bener ketempelan. Dia sampai gak ingat sama aku," ucap Anda terkejut. Mak Pong masih memejamkan mata.

"Namanya ketempelan, ya, gak ingatlah, Bang," jawab Ra Popo.

Terpopuler

Comments

Apriyanti

Apriyanti

lanjut thor

2023-01-11

0

mom's Arthan

mom's Arthan

setannya mantan anak diskotik kali yaa... ketempelannya angguk² sama geleng² kepala terus...😂😂😂

2023-01-11

0

Sumi Sumi

Sumi Sumi

mak pong ketempelan setan dugem kali ya geleng geleng terus 😂😂😂😂😂😂😂😂

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!