Motor tua yang di gas sampai pol itu mengeluarkan asap tebal menjulang tinggi di angkasa. Orang-orang di pinggir jalan mengibas tangan, ada juga terserang batuk dadakan. Tubuh tegap Anda tak terlihat, tertutup asap tebal yang membumbung-bumbung.
Ckiiiettt … pedal rem diinjak kuat ketika sudah sampai di depan warung adiknya. Orang-orang berkerumun mengalahkan pertandingan sabung ayam. Sorak-sorai para tetangga saling mengunggulkan jagoan masing-masing.
"Ayo, Popo, jambak rambutnya."
"Jangan mau kalah Nur Cahaya, sikut perut mbak iparmu biar kempes sekalian!"
"Mak Pong kalau jadi juri yang adil."
Belum melihat apa yang terjadi, rasanya kepala Anda sudah dipenuhi burung berterbangan. Pusing tujuh keliling. Seperti ini bukan kejadian pertama kali, melainkan sudah yang kesekiannya dan tak terhitung lagi.
"Kali ini masalah apa lagi?" gumamnya. Susah payah Anda bergerak membiak para tetangga yang heboh.
"Setop!!!!!!" Teriakan Anda berhasil menghentikan pergerakan brutal dari istri dan adiknya.
"Adoh, penengahnya udah dateng, bubar-bubar! Pertunjukannya selesai dengan skor seri," seru salah satu tetangga. Dan interupsi itu juga berhasil membubarkan kerumunan yang berjubel.
"Kali ini gelut gara-gara apa?"
Ra Popo melepas cengkraman tangan dari rambut Nur Cahaya. Daster mereka sama-sama sobek. Jangan tanya keadaan rambut, sudah seperti petarangan ayam.
Leher Ra Popo terdapat cakaran, sedangkan Nur Cahaya dahinya sampai menonjol sebesar biji salak. Nggak nanggung-nangung memang mereka berkelahi.
Mak Pong duduk selonjor. Tubuh tuanya tampak terserang tremor dan kepala yang bergoyang-goyang seolah merasakan sakit kepala luar binasa. Eh, luar biasa maksudnya.
Akhirnya sidang kasus gelut dikumpulkan di ruang tamu Mak Pong. Rumah Mak Pong dan Nur Cahaya, anak bungsunya itu berjejeran.
Duduk sudah berjauh-jauhan, tapi tatapan Ra Popo dan Nur Cahaya masih saling mengintimidasi satu sama lain. Kobar kemarahan masih tercetak jelas diraut wajah mereka berdua.
"Masalahnya apa?" Anda bertanya lagi.
"Nur Cahaya pakek BH-ku. Aku yakin yang dipakai itu BH-ku, Bang! Nggak terima aku karna adikmu itu nggak mau ngaku?!"
"Kakak ipar kek setan, jangan asal nuduh kau! Kau pikir yang bisa beli BH merk susu kuda nil cuma kau saja, hah?! Itu punyaku beli di Pasar Miskin!" Nur Cahaya membantah dengan menggebu-gebu.
"Alah bisanya kau aja itu beralasan! Jelas-jelas warnanya putih ada banyak bintik jamur, itu sama persis seperti punyaku dua bulan yang lalu. Ngaku aja!" Ra Popo terus menuduh.
"Diam dulu kalian!" Anda bersuara lantang. Dia menoleh istrinya. "Kau yakin itu BH-mu, Dek?"
Ra Popo mengangguk mantap." Yakin seratus persen, Pah."
"Kalau asal nuduh jatuhnya fitnah, Buk. Aku kurang yakin, karena tubuh kalian jauh berbeda. Satu seperti gajah bengkak, yang satu seperti monyet terkena gizi buruk."
"Papah ....!"
"Abang ..!"
Ra Popo dan Nur Cahaya serentak melotot.
"Enak saja badan sexy begini dibilang monyet terkena gizi buruk!" Nur Cahaya mencebik sebal.
"Badanku padat dan berisi beraninya kau bilang seperti gajah bengkak! Awas saja sampai rumah nanti."
Anda hanya meringis mendengar gerutuan istri dan adiknya.
"He, Nur Cahaya, dahlah kalau kau tak mau mengembalikan BH bertabur jamur itu tak apa. Ambil saja. Aku sudah nggak berminat lagi. Lagian, aku punya selusin yang seperti itu! Cuma aku kesal kau tak mau mengaku!"
"Yang bener? Bukannya BH Kakak cuma ada lima. Setiap hari cutpakai doang! Cuci kering pakai," cibir Nur Cahaya tanpa dosa.
Melihat Ra Popo yang hampir emosi lagi, Anda sigap menangani sebelum kembali memuncak dan terjadi gelut sesi ke dua.
"Udah, Dek Po, udah. Dahlah, yuk, kita pulang. Besok aku belikan BH baru yang lebih oke."
"Anda, Makmu ini udah lama indak ke Pasar Miskin, kalau kau belikan istrimu BH, Mak nitip juga."
"Mak Pong tadi nggak belain, Po, kan? Gak boleh nitip. Titip aja ituh sama si monyet terkena gizi buruk," sahut Ra Popo.
Nur Cahaya menyengir sengak. Tidak suka dijuluki sebagai monyet terkena gizi buruk. Padahal body sexynya itu dia usahakan meniru artis-artis korea. Seenak jidat abang dan kakak ipar macam setan itu menyebutnya begitu. Dasar!!!
"Po, tak baik sama Mak begitu." Anda tidak setuju dengan istrinya. "Kalau Anda sudah gajian, ya, Mak." Beralih pada Mak Pong.
"Sudah selesaikan masalahnya? Besok-besok jangan gelut lagi. Kalian yang gelut, aku yang harus ganti rugi," kata Anda lagi.
Nur Cahaya mendengus dan pergi begitu saja yang diikuti Mak Pong. Kini tinggal pasangan suami istri yang sedang bertatap-tatapan.
Karena pegal duduk dengan posisi yang sama, Anda merubah posisi. Menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan membuka kedua paha semakin lebar.
"Adoi, Yang! Apa kau tak merasa burungmu semriwing?" kata Ra Popo dengan bola mata melotot.
"Dia sudah dikurung seharian penuh, aku sengaja pakai boxer biar burungku bisa bernapas. Sudah pastilah terasa sepoi-sepoi," jawab Anda santai.
"Kurasa bukan sepoi-sepoi lagi yang kau rasakan, pasti seperti kena angin topan."
"Kenapa emangnya?"
"Kau nggak sadar bagian tengah boxermu bolong segitu besarnya?"
Anda terkejut, kini dia yang berganti melototkan mata. Seketika merapatkan kedua pahanya. Untung Mak Pong dan Nur Cahaya sudah masuk ke dalam.
"Ini gara-gara kau lupa menjahit boxerku! Sudah cepat ayo kita pulang. Malu aku!"
"Malu sekarang, dari tadi kau tidak malu, Mas?" sindir Ra Popo sambil menahan tawa.
"Tadi kan tidak tahu, jadi fine-fine aja." Anda berjalan dengan kaki mengapit.
"Kau juga, Dek, tutup itu bolongan dastermu kalau nggak bulu keti ak mu berterbangan!"
Keduanya berbonceng motor untuk kembali ke rumah mereka.
Di depan pintu, Kuat bersantai menikmati es krim rasa coklat.
"Anakmu bisa dapet es krim kamu kasih duit? Tahu gas abis malah manjain anak buat beli es krim. Yang mahalan lagi harganya." Ra Popo melirik sinis suaminya.
Anda menepuk jidat lagi. "Wes angel-angel! Uangel men tuturanmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Aishanur Khumira
😂😂😂
2024-02-26
0
inayah machmud
keluarga koplak. ..🤣🤣🤣🤣
2023-04-19
0
mom's Arthan
uang buat beli rokok mlh dibeliin es krim...🤣🤣🤣
2023-01-04
1