Kesempatan Kedua dari Tuhan

"Po ... Po!" Anda terkejut melihat tubuh Ra Popo terhuyung dan hampir jatuh. Secepatnya dia menangkap tubuh istrinya agar Ra Popo tidak menyentuh lantai.

"Kepalaku pusing," keluh Ra Popo lirih sambil memejamkan mata.

"Berbaring di kamar. Abang bantu," ujar Anda dan memapah tubuh Ra Popo untuk kembali ke kamar.

Ra Popo sendiri tidak punya pilihan, pasrah saat Anda memapah dirinya. Tubuhnya benar-benar lemas. Mungkin karena kurang istirahat, untuk itu tekanan darahnya rendah dan menyebabkan pusing, berkunang-kunang dan lemas.

"Kuat!" Anda memanggil Kuat yang segera datang.

"Iya, Pak?"

"Panggil bidan Misa, suruh periksa Uma," perintah Anda.

"Siap, Yah." Setelah menjawab, Kuat malah menengadahkan tangan ke atas. "Alhamdulillah, Ibu sakit. Dengan begitu Mamak ndak jadi pegi. Terima kasih, Tuhan." Ternyata bocah itu memanjatkan doa syukur.

"Kurang ajar memang anak itu, Bundanya sakit bukannya khawatir malah senang." Ra Popo melirik kesal.

"Maaf, Umi, kali ini Kuat senang Uma sakit. Dengan begitu Ami tidak jadi pegi ke luar negeri. Kuat ndak mau punya bapak bule. Walau ayah jelek, tapi ayah tetap yang terbaik. Karena mudah dibohongi."

"Eh!" Anda menoleh. "Apa maksudmu papah mudah dibohongi?"

"Ops ... enggak! Dah Kuat pegi dulu panggil bidan Misa." Kuat bersemangat dan pergi dengan gesit.

Di kamar itu tinggal Ra Popo dan Anda. Ra Popo memilih memejamkan mata, sedangkan Anda diam saja menunggui.

Anda tersenyum, ada benarnya juga kata Kuat. Karena sakit, Ra Popo tidak jadi pergi, itu artinya dia masih punya kesempatan untuk meraih hati istrinya lagi.

Hampir dua jam lamanya, Kuat datang bersama seorang wanita tambun berumur sekitar 40 tahunan. Bidan Misa, panggilannya di desa itu, datang membawa tas berisi alat medis dan obat-obatan.

"Mbak Po, tumben kamu sakit? Memang apa yang dikeluhkan?" Selama sebelas tahun Ra Popo tinggal di desa itu, jarang dan bahkan hampir tidak pernah Ra Popo terdengar sakit, kecuali waktu melahirkan. Waktu itu dibantu oleh bidan Misa juga.

"Pusing dan lemas," jawab Ra Popo singkat, tak berdaya untuk berargumen panjang dengan bu bidan.

"Coba tak periksa." bidan Misa meraih pergelangan tangan Ra Popo untuk memeriksa denyut nadi, juga menempelkan alat stetoskop di dada atas.

Bidan Misa mengerut dalam. Mungkin kurang yakin, akhirnya memeriksa ulang.

"Po, ku duga kau sedang hamil," ucap Bidan Misa. Yang mana mengejutkan Anda dan Ra Popo sendiri.

"Bu bidan pasti salah duga, mana mungkin aku hamil. Setiap berhubungan, Anda selalu memakai balon," eyel Ra Popo. Setiap kali ingin melakukan hubungan suami istri, dia selalu mengingatkan Anda agar memakai pengaman. Jadi, mana mungkin dia hamil.

"Aku sudah cek berulang kali. Ciri-cirimu seperti sedang mengandung. Yakin diperutmu ada calon bayi." Puluhan tahun menjadi seorang bidan, dia sudah hapal mengenai ciri-ciri ibu hamil.

"Kalau kurang yakin, periksa ke puskesmas atau ke rumah sakit sekalian. Kamu bisa cek lab dan USG. Lagian, Po, tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah menghendaki. Simiah, tiap malam minum pil kb, tapi kebobolan. Si Ati, juga ngakunya suaminya pakai balon, tapi lahir juga si Tabah. Jadi kesimpulannya, walau kita mencegah, kadang masih bisa kebobolan. Di syukuri saja. Toh, Kuat juga sudah besar, sudah pantas punya adik."

"Bukan itu masalahnya, Bu. Gagal deh jadi tkw dan cari bule," celetuk Ra Popo.

"Kamu bilang apa, Po?" Bidan Misa tidak begitu jelas mendengar perkataan Ra Popo.

"Tidak, Bu. Ra Popo bilang, gagal deh kb nya," sahut Anda tersenyum sumringah.

Bidan Misa meneliti penampilan Anda, wanita itu mengernyit. "Ini ceritanya Ra Popo yang hamil tapi kamu yang ngidam, ya."

Anda menyengir, memperlihatkan giginya yang tidak disikat selama dua hari. Membuat bidan Misa mual.

"Ya bisa dibilang begitu, Bu." Anda kembali menyengir, membuat bidan Misa memundurkan wajah. Ngeri-ngeri sedap.

"Saranku, sebaiknya Ra Popo segera periksa ke pukesmas atau rumah sakit. Semakin cepat terdeteksi akan semakin baik," pesan Bisan Misa.

"Siap, Bu Bidan, kalau perlu sekarang juga aku antar Ra Popo ke rumah sakit," ujar Anda.

"Tidak perlu sekarang, kan istrimu masih pusing dan lemas. Besok saja tidak apa." Bidan Misa memasukkan alat stetoskop ke dalam tas, lalu memberi Ra Popo kapsul penambah darah dan pereda pusing. Setelah itu berpamit pulang.

Anda mengantar bu bidan sampai di depan pintu, sambil memberi bungkusan amplop berisi sejumlah uang. "Sekali lagi, makasih, Bu."

Bidan Misa tak terlihat, Anda kembali masuk ke kamar. Bibir kusamnya tak henti menampilkan senyuman. Bahagia. Jika Ra Popo benar mengandung, itu artinya Ra Popo tidak bisa menuntut cerai.

Dia bersyukur, mungkin Tuhan sendiri yang memberi kesempatan pada dirinya agar memperbaiki hubungan dengan sang istri.

"Dek ...," panggil Anda lirih.

"Apa?" sentak Ra Popo sebal.

"Kau tidak ingin sesuatu? Biasanya orang hamil ngidam sesuatu," ujar Anda.

"Eh, dugaan bidan Misa belum tentu benar, Bang, belum tentu aku hamil. Kau jangan senang dulu, bisa saja bidan Misa salah cek." Ra Popo mencebik. 'Dan aku berharap tidak hamil,' batinnya.

'Masih aja ketus.' Anda menghela napas, berusaha sabar menerima perlakuan Ra Popo yang sengak.

"Besok kita lanjut periksa ke puskesmas, biar jelas," imbuh Ra Popo.

Kita? Anda tersenyum mendengar kata 'kita' itu artinya Ra Popo masih mau pergi bersamanya.

"Iya-iya, besok aku antar."

"Mah, Pah." Tidak tahu tadi mampir kemana, tiba-tiba bocah itu muncul lagi.

"Yah, ibu sakit apa?" tanya Kuat pada Anda.

"Ibumu ndak sakit, kata bidan, kemungkinan kau akan segera punya adik," jawab Anda.

"Adik? Kok bisa?! Kata kalian aku anak semata wayang, kalau aku punya adik, bukan semata wayang lagi dong!" Berbeda dengan Anda yang bahagia, Kuat justru memberengut kesal mendengar ibunya hamil.

"Tidak semata wayang juga tak apa, kau tetap anak kami," ujar Anda.

"Ah, gak asik!" Kuat berbalik dan keluar dari kamar. Anda dan Ra Popo saling tatap. Ada saja bocah itu.

Keesokan harinya, Ra Popo dibonceng sepeda motor oleh Anda menuju puskesmas di desa mereka. Terhitung sudah beberapa hari Anda izin tidak masuk kerja, beruntung di kantor kelurahan sedang tidak padat jadwal, jadi Boimen dan Marzuki bisa menghandel pekerjaanya.

Anda harap-harap cemas menunggu bidan puskesmas memeriksa Ra Popo. Dia tak henti berdoa semoga diagnosa bidan puskesmas sama dengan bidan Misa. Menyatakan Ra Popo sungguhan hamil.

"Selamat, Pak, istri bapak sedang mengandung. Umur kandungannya baru tiga minggu. Masih sangat awal dan rentan, harap dijaga dengan hati-hati."

Pelupuk mata Anda sampai berkaca-kaca. Tuhan benar-benar memberinya kesempatan kedua.

"Saya akan menjaga segenap jiwa raga saya, Bu. Terima kasih," ucap Anda.

Bidan itu tersenyum ramah, lalu menulis resep obat. "Silahkan tebus vitamin ini di apoteker depan. Jangan lupa, satu bulan sekali wajib periksa kandungan."

"Iya, Bu. Sekali lagi makasih."

"Makasih, Bu." Ra Popo ikut berterima kasih. Lalu keduanya keluar dari ruangan itu untuk menebus obat.

"Bu'e, kau mau mampir kemana, aku antar," tawar Anda.

"Aku tak mau kemana-mana, pengen cepet pulang."

Sesampainya di rumah, Ra Popo menyuruh Anda membersihkan rumah. Sedangkan dia menonton televisi sambil rebahan. Menikmati hidup.

Anda memegang kemoceng untuk membersihkan lemari kayu yang penuh rayap. Beberapa kali melirik Ra Popo.

"Apa? Kau tidak mau bereskan rumah?"

"Ini sedang aku bersihkan, Yang." Anda memasang senyum. "Setelah ini Abang mau tempat Mak Pong, kasih tau kabar baik sekaligus minta bantuan Mak untuk bantu masak-masak. Abang mau buat syukuran atas kehamilanmu."

"Emang punya duit?" cibir Ra Popo.

Anda tersenyum lagi. Ra Popo pasti tidak tahu tentang celengan rahasianya yang mungkin sudah hampir penuh.

"Kau tenang saja, ada," ujar Anda percaya diri. Pria itu masuk ke kamar dan menggali gundukan tanah tepat dibawah tempat tidurnya.

Dia gali terus sampai lubang itu dalam, tapi keningnya berkerut saat tangannya tak mendapati apapun.

"Bah, kemana celengannya?" Tak patah semangat, Anda masih lanjut menggali. Ranjang kayu sampai digeser ke pojok yang lain, dia sangat penasaran dengan celengan yang tiba-tiba raib.

Keringat Anda sebesar biji jagung, dia mulai putus asa tak menemukan celenganya.

Tanpa diketahui, Ra Popo mengintip aktifitas Anda lewat sekat papan yang bolong. Dia meringis kasihan, tanpa Anda tahu, dialah biang kerok hilangnya celengan Anda.

Ra Popo berdiri di depan pintu kamar.

"Sialan, Dek, celenganku hilang. Pasti tersangka utamanya lelembut. Celenganku dicuri lelembut. Kurang ajar, sialan!" umpat Anda dengan mata memerah. Bagaimana tidak sesak, dia memperkirakan celengannya sudah hampir penuh dan berkisar sepuluh juta rupiah. Tiba-tiba raib begitu saja. Siapa yang tidak tertekan dan frustasi.

"Padahal uang itu untuk jaga-jaga pas kita ada keperluan mendadak seperti ini. Siapa yang punya b*b* ng*p*t. Mungkin uangku dicuri orang pesugihan." Anda menyangga kepala.

"Bang, maafkan aku." Dari kemarin-kemarin, baru kali ini Ra Popo bernada lirih.

"Maaf kenapa?"

"Sebenarnya aku yang ambil uang di celengan Abang."

Anda diam.

"Maafkan aku, Bang. Uang itu sudah habis."

Anda melebarkan tatapan.

"Kau bayangkan saja, Bang, uang nafkah lima belas ribu sehari bisa dapat apa? Untuk beli lauk tak cukup. Badanku gemuk, ususku melar, makanku banyak."

Anda menuduk. Ra Popo kira Anda pasti marah. Tapi, apapun konsekuensinya, dia harus jujur. Supaya lelembut tidak mendapat fitnah mencuri uang Anda.

"Maafin aku juga, Dek, ku kira nafkah lima belas ribu sudah cukup untuk kebutuhan kita. Aku menuntutmu berhemat, padahal aku sendiri hidup royal. Setelah kita benahi rumah tangga ini, Abang janji akan berubah. Aku akan memperlakukanmu seperti seorang ratu. Semua keinginanmu akan kuturuti."

"Apa kau bisa tepati janjimu itu?"

"Kau bisa lakukan apapun kalau aku berbohong."

"Kau tidak marah uang celenganmu habis?"

"Kau yang menghabiskan, aku tidak marah."

"Beneran?"

"Heum. Asal kita baikan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!