Kuat Sesuai Namanya

Ra Popo tersenyum-senyum melihat gas elpiji tersandar dipojokan. "Abang sudah beli gas?" tanyanya dengan suara lembut. Tidak ngegas seperti tadi pagi. Bahkan mendayu-dayu.

"Kalau kau sudah liat, berarti aku sudah beli." Anda menjawab sambil mencebik remeh. Dia sudah hapal dengan sikap dan tindak-tanduk sang istri. Ra Popo akan bersikap manis dan manja-manja meong kalau keinginannya terpenuhi. Tapi, akan bersikap sebaliknya jika dia tak memberi uang belanja. Terkadang suaranya lebih cempreng dari kaleng kerupuk di seret.

Di atas meja samping tempat kompor, ada telor 9 biji. Ra Popo kembali berbinar. "Papah beli telur juga?" senyum-senyum meringis.

"Iya ...," jawab Anda.

"Wah, makin cinta sama Ayah. Tahu aja kalau udah gak ada lauk." Ra Popo tersenyum lebar. "Kalau Mas belum beli telor, aku sudah punya rencana buat goreng telur mu yang dua biji itu." Wanita memakai daster yang sobek di bagian ketiak itu memainkan kedua alisnya naik-turun. Tatapannya tertuju pada inti tubuh sang suami dan menyengir.

Reflek saja Anda menutup perkutut kesayangan beserta telurnya yang berjumlah dua biji menggunakan kedua telapak tangan. "Tega kau punya rencana seperti itu? Tanpa ini kau tak bisa mende sah setiap malam."

"Hi hi ....iya-ya Abang."

"Bikinin Aa' kopi. Aa' mau ganti boxer dulu. Masih sore, aku takut kepala burung ku berkembang. Bisa berabe ntar, Kuat juga belum pegi ngaji. Susah sendiri aku nanti." Setelah mengatakan itu, Anda gegas pergi ke kamar.

Ra Popo cekikikan sendiri membayangkan burung perkutut sang suami yang hampir setiap malam berdiri dan manggut-manggut saat dia pegang dan dia pukul-pukul pelan. "Hiii ...." Mengangkat bahu, bergidik.

Tak berapa lama Ra Popo menyusul Anda, tapi hanya berhenti di depan pintu. "Mas, sore ini ku buatkan sambal iblis sama telor dadar saja ya," teriaknya sedikit kencang.

"Mulutmu memang super, Yank. Gak usah teriak juga aku dah denger. Toh pintu kamar kita juga sudah jebol separuhnya," gerutu Anda.

"He he ...." Ra Popo kembali menyengir.

Memang pintu kamar bolong separuhnya, semua itu ulah anak semata wayang yang tak lain adalah si Kuat.

Ketika malam hari, Kuat pergi mengaji di rumah pak ustad, anak itu datang dengan lari terbirit-birit. Katanya ada nenek gayung. Hantu viral pada zamannya. Karena pada saat itu Anda nanggung sedang menunggangi Ra Popo, orang tua itu justru melanjutkan acara ninu-ninu, dan membiarkan Kuat menggedor-gedor pintu.

Dan ... tanpa disangka Kuat menjebol pintu kamar sampai kedua orang tuanya melongo. Beruntung Anda segera menarik selimut dan menutup sebagian tubuhnya dan Ra Popo.

"Emak, Bapak, lagi main kuda-kudaan nggak ngajak Kuat! Kuat juga mau ikut main. Kuat mau naik ke punggung Bapak!"

"Eh ???"

Anda dan Ra Popo sempat menyesal memberi nama putra mereka dengan nama Kuat Kuadrat. Karena dari kecil Kuat sudah menunjukan kekuatan supernya. Ketika belajar berjalan saja pernah menendang burung Anda sampai satu minggu tidak bisa bangun.

Anda berobat ke klinik tapi kata dokter, burungnya hanya cedera sementara karena mengalami pembengkakan. Tak puas sampai disitu, Mak Pong menyarankan agar Anda pergi ke tukang pijat. Eh, tahunya Anda datang ke tukang pijat plus-plus. Ra Popo yang menyusul Anda seketika geram dan menambah dengan tinjuannya. Kacau sudah keluarga itu. Author tepuk jidat.

Ra Popo sendiri pernah di jambak sampai rambutnya botak di tengah dan dilarikan ke klinik karena pingsan.

Tante Nur Cahaya pernah di lempar bakiak sampai terjengkang dan lagi-lagi berakhir tak sadarkan diri.

Terakhir Mak Pong, bagian gigi depan Mak Pong tak sengaja terkena pukulan sang cucu dan tak nanggung-nanggung, langsung tanggal 2 biji. Dan pada akhirnya, kejadian itu mengubah sebutan Mak Ninah menjadi Mak Pong, alias Mak Ompong.

"Dek, kau tau gaji Abang berkurang, tolong berhemat," ucap Anda. Dia duduk di kursi meja depan, sedangkan istrinya masih berdiri di tempat sama. "Telor setengah kilo yang Mas belikan tadi buat lauk sampai satu bulan, ya." Anda melirik istrinya, melihat gelagat si Po mau marah atau masih jinak. "Harus bisa," imbuhnya. Anda kembali melirik, takut-takut Po marah dan tiba-tiba menyerang.

"Oh, oke, Bang."

Anda melotot. Bagaimana istrinya senurut itu. Padahal dia sudah ketar-ketir. Selama ini Po selalu murka bila dia menyuruhnya berhemat. Hemat adalah kata 'keramat' menurutnya.

Ra Popo berlalu masuk ke dapur. Anda memasang telinga untuk mendengar aktifitas Ra Popo. Seperti pertengkaran dua bulan lalu, Ra Popo yang minta uang untuk beli kuota harus dicegat karena Anda beralibi tak memiliki uang. Padahal di dalam celengan rahasia, uang Anda terkumpul banyak. Tetapi Anda jelas tak rela uangnya untuk membeli kuota.

Apalagi Ra Popo sering ugal-ugalan menghabiskan kuota hanya untuk menonton drakor yang pemerannya Le Min Ho, lelaki kemayu yang memiliki bibir merah merona. Anda sengit melihatnya, lebih tepatnya cemburu. Karena dia tipe pria berasal tanah air. Berkulit sedikit gelap, mengkilat. Bibirnya hitam legam akibat paparan rokok. Lebih sengit menyingit, jikalau Ra Popo sudah membanding-bandingkan fisiknya dengan Le Min Ho, jelas dia kalah jauh. Tak ada seujung kuku.

Pernah suatu hari ....

"Oh, Le Min Ho ... Andai kau ke jakarta, maukah kau menikah denganku ...."

"Mulai setres. Le Min Ho liat badanmu juga langsung kabur," sahut Anda waktu itu dan dia berlari kabur menuju pos ronda. Memilih di sana sampai pagi untuk menghindari amukan si istri.

Subuh, ketika dia menyelinap masuk rumah. Anda hampir terserang penyakit jantung karena Ra Popo sudah berdiri di depan pintu. Membawa kresek besar yang ternyata berisi pakaiannya. Ra Popo ngamuk, brutal melempar semua baju sampai celana da lam Anda tersangkut di atas tanaman pagar hidup.

Parah memang istrinya itu. Anda sampai kewalahan.

Kembali ke masa sekarang.

Jam makan malam di mulai, Anda dan Kuat sudah duduk di kursi meja makan. Ra Popo mengusung piring, sendok, air putih, nasi sewakul juga sambal.

"Mak, telornya mana?" Kuat tak sabaran.

"Sebentar Mamah ambilkan." Ra popo kembali membawa nampan bundar besar. Menaruh di atas meja.

Anda melotot. Lalu melihat istrinya. "Telur apa itu, Bu?"

"Telur satu bulan, Pak."

"Hah?" Anda melongo tak percaya. Penampakan telur dadar di depannya bahkan lebih tipis dari kerupuk singkong buatan Mak Pong. Lebih tipis dari cangkang kulit telur itu sendiri.

Anda menggaruk kepala. Ra Popo memiliki bakat baru, membuat telur dadar setipis silet.

"Katamu suruh hemat, Pak." Ra Popo mengiris telur dadar menjadi empat bagian. Satu buat dia, Anda, dan satu buat Kuat.

"Itu satu lagi buat siapa, Bu?"

"Di simpan buat besok."

Gubrak .... 'Hemat yang kelabasan' batin Anda.

"Rasain kamu, Mas, kau suruh hemat, hemat dan hemat. Jadi, beginilah akhirnya," batin Ra Popo tersenyum tipis.

Terpopuler

Comments

snow angel

snow angel

gimana sich ini mas abang papa ??

2023-03-10

0

Apriyanti

Apriyanti

lanjut thor

2023-01-05

0

Sumi Sumi

Sumi Sumi

😂😂😂😂 makanya jangan nyuruh hemat kan telur satu bisa jadi 3 hari karna dadarnya setipis tisu

2023-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!