Clara duduk di meja rias dan menatap dirinya di cermin. Untuk sesaat ia terdiam, namun hatinya tidak tenang memikirkan apa yang harus dilakukannya besok.
"Kenapa mereka semua begitu egois? jika memang aku hamil, aku bisa mengurus bayiku sendirian tanpa seorang ayah. Lagipula, siapa yang mau hidup sengsara dan serba kekurangan." gerutu Clara sambil menyisir rambutnya yang terlihat berantakan.
Namun gerakannya tiba-tiba saja berhenti saat melihat pantulan cermin, dimana Boy sudah ada di belakangnya.
"Apa yang kau lakukan di dalam kamarku," bentak Clara yang hendak bangkit dari duduknya.
"Lanjutkan saja, karena aku tidak akan menganggu mu." Boy masih diam dan menatap Clara dengan tatapan datar.
"Lalu untuk apa kau datang kemari kalau bukan untuk menganggu ku!"
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu."
Boy duduk di sofa tepat di samping Clara. Ia bisa kembali melihat dengan jelas wajah wanita yang sudah bersamanya beberapa tahun terakhir ini.
Karena selama ini, Boy sama sekali tidak pernah menatap Clara saat sedang berbicara kecuali kalau memang dalam keadaan mendesak.
Dan malam di saat mereka menghabiskan waktu bersama, Boy sengaja tidak menyalakan lampunya. Ia biarkan dalam keadaan gelap.
"Kesepakatan?" Clara mengeryit.
"Aku tau kita tidak saling mencintai, meski begitu kita tetap harus menikah--"
"Aku tidak mau!" potong Clara.
"Setelah satu tahun kita bercerai!" ucap Boy dengan tegas.
Seketika membuat jantung Clara seakan berhenti berdetak. Bagaimana bisa mereka menikah dalam waktu satu tahun saja?
"Kau gila! Aku tidak mau menjadi janda!"
"Apa kau pikir aku juga mau menjadi duda?!" Boy membentak Clara.
Bukannya diam, Clara malah semakin emosi dan terus menjawab ucapan Boy. Wanita itu sama sekali tidak mau mengalah.
"Kalau begitu, batalkan saja. Katakan pada mereka alasannya."
"Satu tahun cukup bukan untuk mengetahui apakah benih yang aku tanam tumbuh subur atau tidak."
Clara tak habis pikir dengan Boy, jelas-jelas dirinya belum tentu hamil. Kenapa masih memaksanya untuk menikah.
"Aku tidak mau!
"Kau harus mau, Clara Alfred!"
Prang!
Clara melempar vas bunga tepat ke arah cermin dan membuatnya hancur berantakan. Boy beranjak dan meraih pinggang agar Clara menjauh dari sana.
"Apa yang sedang kau lakukan! Bagaimana kalau kau terluka?! Kenapa kau selalu berbuat semau mu sendiri!" ucap Boy dengan suara lantang.
Darren dan Jean yang mendengar suara benda hancur segera berlari menuju ke kamar Clara.
"Apa-apaan ini!" tanya Darren.
"Boy, apa kau bisa menjelaskannya?" Jean menyela karena tidak mau ada pertengkaran lagi di antara mereka.
"Aww...." Clara meniup tangannya yang terluka akibat terkena pecahan kaca.
Darren ingin sekali membantu Clara, namun keadaan tidak memungkinkan. Jadi ia lebih baik diam. Sedangkan Jean yang mengerti langung mengajak Clara turun untuk mengobati lukanya.
"Maafkan saya, Tuan."
"Belum menikah saja sudah membuat ulah, apalagi kalau sudah menikah. Seisi rumah kalian pasti habis tak tersisa!" Darren melirik Boy sekilas lalu menyusul istri dan adiknya.
Boy hanya bisa menghela nafas. Hubungannya dengan Darren dan Jean seakan merenggang. Padahal sebelumnya mereka sudah sangat dekat seperti keluarga.
"Mark, urus semua persiapannya. Karena aku dan Clara akan menikah besok!"
"Apa? Anda sehat kan, Tuan? Ini sudah hampir malam dan anda meminta saja untuk mempersiapkannya besok." jawab Mark dari sebrang sana. Rencananya untuk pergi ke Bali untuk menemui sang pujaan hati gagal total gara-gara Boy.
"Kenapa kau diam?! Kalau kau tidak sanggup, aku bisa memecat mu dan mencari yang baru!"
"Bukan begitu maksud saya. Baru saja saya juga mendengar kabar kalau tunangan anda sudah kembali ke Indonesia."
"What?" pekik Boy lalu mengusap wajahnya frustasi.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, bodoh!" sentak Boy membuat Mark diam tak berani berkilah.
Alice, adalah wanita yang selama ini dikagumi oleh Boy. Dengan susah payah Boy mendapatkan cintanya dan berhasil meluluhkan hatinya.
Semua itu juga tak luput dari bantuan Clara.
Tapi sekarang, sepertinya Boy harus rela melepas wanita itu demi menikah dengan Clara dan demi kebaikannya. Ia takut jika tuan John akan menyakiti Alice.
"Sial! Kenapa semua jadi berantakan begini!"
Drtt...Drtt...!
Ponsel Boy bergetar, ia melihat nama yang tertera di layar. "Alice..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
jaran goyang
moga kw bucin ara... stlh tu di tglkn boy... kk bikin gt dong crt ny....
aq bsen... klo dlm mslh yak gini... pst wnt ny kbr...
sx" cwok ny dong💪💪❤🥰
2023-01-13
2
Yoo anna 💞
duh Clara jgn bandel knpa se,, jadi gemes aku sama mu... yg sabar ya boy
2023-01-12
2