Chapter 5

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam, akhirnya mereka berdua sampai ke tempat tujuan, London.

Boy melirik Clara yang sejak tadi bersandar di pundaknya. Ia terus menahan nafas karena pakaian yang dikenakan wanita itu terlalu seksi dan terbuka.

"Bangunlah, kita sudah sampai.'' ujar Boy seraya melepas jaket kulit dan menutupi tubuh Clara.

Wanita itu tak kunjung bangun dan malah membenamkan kepala di dada bidang Boy.

''Apa kau mau tidur di sini dan kembali ke Berlin lagi?!'' seru Boy.

"Berhentilah menggangguku! Aku benar-benar mengantuk,'' Clara memejamkan mata yang terasa berat dan pusing.

Boy hanya bisa menghela nafas. "Kau bisa beristirahat sepuasnya di dalam hotel. Tuan Darren dan nona Jean sudah menunggu.''

Clara membuka lebar kedua matanya saat mendengar nama Darren. "Kakak sudah tiba?"

Boy mengangguk. "Kita sudah sampai lima belas menit yang--" lagi-lagi Clara tak menghiraukan Boy dan segera turun tanpa mempedulikan pria itu.

''Ck! Tidak tau terima kasih.'' Boy menggerakkan otot-otot lengannya yang terasa pegal dan kesemutan lalu menyusul Clara.

Wanita itu sedang berdiri menatap langit dan menghirup dalam-dalam udara London malam ini. Cuaca terasa sangat dingin dan menusuk kulit karena malam ini turun salju.

"Kita harus sampai ke hotel sebelum kau mati kedinginan dengan pakaianmu yang kurang bahan itu," ujar Boy kembali memakaikan jaket miliknya ke tubuh pundak Clara dan berjalan terlebih dahulu.

"Tunggu aku, Boy! Sepertinya ponselku masih tertinggal." seru Clara.

Boy mengangkat tangannya seraya memberitahu kalau ponsel itu sudah ada bersamanya.

''Cih, seharusnya kau menungguku! Dasar menyebalkan!'' gerutu Clara.

Dan di sinilah mereka berada, sebuah hotel yang sudah di pesan jauh-jauh hari oleh Boy.

''Aunty!'' teriak kedua bocah kecil bersamaan. Lalu di susul oleh Darren dan Jean yang berjalan di belakang mereka.

"Hai keponakan Aunty yang tampan dan juga cantik, apa kabar kalian?" Clara memeluk keduanya bergantian seraya mencium pipi mereka satu persatu.

"Kabar kami baik, Aunty." ujar Jayden. Berbeda dengan sang adik yang terlihat murung.

"Juliet, kemari lah." ajak Clara lalu menggendong gadis kecil itu dan mengajaknya pergi.

"Bagaimana kabarmu, Boy?!" tanya Jean kemudian berjalan mendekatinya.

"Kabar saya baik, Nyonya."

"Apa kau kesulitan menghadapinya?" Darren ikut menyahut seraya menarik pinggang istrinya agar tidak dekat-dekat dengan Boy.

Boy tersenyum tipis melihat Darren yang masih saja posesif pada Jean. "Sedikit Tuan, saya sempat berpikir untuk menyerah karena sikapnya yang sangat menyebalkan."

Jean tertawa terbahak mendengar ucapan Boy yang terlihat kesulitan menghadapi Clara. Mungkin sama seperti dirinya dulu yang susah di atur.

"Sudahlah lebih baik kau membawa barang-barang Clara ke kamar. Karena pesta pernikahan akan di adakan besok malam, usahakan persiapkan penjagaan yang ketat.''

"Baik, Tuan."

''Bagaimana keadaan pria tua itu?" tanya Darren membuat Boy reflek menghentikan langkahnya.

"Beliau baik-baik saja."

''Baguslah, aku harap kau tidak menuruti apa yang dia mau dan terjebak dalam permainan nya.''

Setelah mengatakan itu, Darren dan Jean masuk ke kamar hotel meninggalkan Boy yang masih diam mematung.

"Sayangnya, saya sudah terjebak, Tuan." gumam Boy.

.

.

"Juliet kenapa sedih, coba bilang sama Aunty,'' ujar Clara mengusap lembut surai Juliet. Gadis kecil yang biasanya ceria dan cerewet sekarang terlihat murung.

"Dia sedih karena Uncle Steve mau menikah, Aunty." celetuk Jayden kemudian duduk di samping Clara.

"Benarkan itu, sayang?'' tanya Clara.

Juliet mengangguk. "Uncle bilang tidak akan pernah meninggalkan Juliet, tapi kenapa uncle malah menikah dengan tante itu?'' ucapnya dengan sesegukan. "Uncle Steve milik Juliet. Jadi dia tidak boleh menikah dengan siapapun kecuali dengan Juliet."

Kalimat yang di ucapkan oleh gadis berusia lima tahun itu membuat tenggorokan Clara tercekat. Bagaimana bisa Juliet yang notabennya masih anak-anak tau soal cinta?

"Kau itu masih kecil, jadi nikmati saja proses pertumbuhan mu. Lagipula saat kau dewasa nanti, uncle juga sudah tua." Jayden kembali menyela, ia sudah tidak suka melihat saudara kembarnya murung dan bersedih.

Sebagai seorang kakak, Jayden bertekad untuk melindungi adiknya dan membuatnya bahagia.

"Kakak tidak tau apa yang Juliet rasakan, jadi diam saja." ketus Juliet beranjak dari pangkuan Clara lalu pergi dengan air mata yang berjatuhan di pipi.

Clara menatap Jayden yang menggidikan bahu acuh padanya. "Belikan saja es krim, Aunty. Dia pasti senang dan melupakan uncle Steve.''

Keduanya sama-sama tersenyum. Tapi jauh dari lubuk hati Clara, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Juliet. Apalagi nama itu adalah pemberian Steve.

"Aku harap, setelah dewasa nanti adikmu bisa melupakan Steve. Dan semoga saja perasaan Juliet hanyalah sebuah kekaguman belaka yang akan menghilang seiring berjalannya waktu.''

Clara beranjak dari duduknya dan menggandeng Jayden masuk ke kamar untuk beristirahat.

...----------------...

To be continued...

Maaf banyak typo...efek ngantuk😅

Terpopuler

Comments

kholifah ifah

kholifah ifah

Baru sadar berarti Boy jadi bodyguardnya Clara hampir 6th lebih dong secara sekarang udah 5th padahal Clara pergi kerjerman waktu Jean hamil🤔
Boy udah terjebak permainan yaitu jatuh cinta pada Clara Khan Khan tresno jalaran Soko kulino 🤭😁😁🥰

2023-01-10

1

jaran goyang

jaran goyang

mmmm yak seru crt steven dan juli ny kk...🤣🤣🤣🥰🥰🥰❤❤💪💪💪

2023-01-04

3

𝐀𝐥𝐠𝐚𝐫𝐚™

𝐀𝐥𝐠𝐚𝐫𝐚™

Maaf banyak typo kakak, akan segera saya perbaiki😓

2023-01-04

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!