Chapter 6

Boy keluar dari kamar hotel dan menghampiri Clara. Sejak tadi Darren menghubunginya, menanyakan dimana keberadaan sang adik yang belum terlihat sampai sekarang.

Sesampainya di depan pintu, Boy mengetuk pintu kamar tersebut. Namun, Clara tak kunjung keluar.

"Sebenarnya, apa yang dia lakukan di dalam sana," gumam Boy.

Pria itu melirik benda yang melingkar di tangan kirinya, dimana waktu sudah menunjukan pukul delapan.

"Acaranya sudah di mulai, dan dia masih belum membuka pintu. Atau jangan-jangan--"

Sebuah pikiran gila lewat di kepalanya. Steve adalah salah satu pria yang pernah menyatakan cinta padanya. Boy khawatir kalau Clara mencoba melakukan tindakan bunuh diri karena frustasi.

"Sial! Ini tidak bisa dibiarkan!" Boy menggedor kuat pintu kamar Clara, namun sepertinya terkunci dari dalam. Hingga suara teriakan terdengar dari sana.

Satu, dua, tiga....

Brakk!

Dengan terpaksa, Boy mendobraknya lalu masuk kedalam dan mencari dimana keberadaan Clara.

"Aww....." Clara kembali menjerit saat resleting gaun yang dipakai olehnya mengenai kulit.

"Clara! Apa kau baik-baik saja." teriak Boy dengan raut wajah panik.

Clara mengangguk. "Bantu aku, Boy. Sakit sekali," pintanya pada Boy, mata wanita nya berkaca-kaca menahan sesuatu.

"Mana yang sakit? Sini biar aku obati."

"Tidak perlu, aku tidak apa-apa. Bantu saja menaikan resleting gaunku," ujar Clara menunjuk bagian belakang punggungnya.

Seketika Boy memalingkan wajah saat melihat punggung mulus Clara sedikit terekspos.

"Jadi ini yang membuatmu tidak keluar sejak tadi?" tanya Boy.

"Iya, biasanya gampang. Kenapa sekarang sulit," Clara mengerucutkan bibirnya ke depan karena kesal.

Wanita itu sengaja berdandan cantik dan memakai gaun mewah, berharap kalau Nicholas akan terpesona padanya.

Beberapa menit yang lalu ia menghubungi pria itu dan mengajaknya bertemu.

"Cepatlah, Boy. Kekasihku sudah menunggu."

"Tapi kau harus menemui tuan Steve dulu, baru--"

"Iya aku tau, cepat bantu aku jangan mengulur waktu lagi," potong Clara yang sudah berdiri menghadap cermin.

Boy mendekat, lalu menarik ujung resleting tersebut kemudian menariknya dengan perlahan ke atas sembari menelan saliva dengan susah payah.

"Kalau kau melakukannya pelan seperti itu, kapan selesainya, Boy!" seru Clara.

"Aku harus melakukannya perlahan, agar kau tidak terluka lagi."

Seketika keheningan terjadi di dalam sana. Hanya suara deru nafas masing-masing yang terdengar.

Bahkan Clara bisa merasakan hembusan nafas Boy yang menerpa punggungnya. Keduanya sama-sama gugup dan tidak banyak bicara.

"Terima kasih,"

Clara meraih ponsel yang berada di atas ranjang dan memasukannya ke clutch bag lalu pergi dari sana. Di ikuti oleh Boy yang berjalan di belakangnya.

.

.

.

Keluarga Alfred sudah berada di Ballroom, dimana pesta pernikahan Steve sudah berlangsung satu jam yang lalu.

Mantan asisten Darren tersebut sudah resmi menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga berada.

''Selamat atas pernikahanmu, Steve. Semoga berbahagia.'' ucap Darren seraya menepuk lengan mantan asistennya tersebut.

''Terima kasih, Tuan. Karena sudah bersedia datang di hari pernikahan saya.'' jawab Steve menyunggingkan senyum dengan terpaksa.

Berbeda dengan wanita yang berada di sampingnya, sejak tadi menampakan senyuman bahagia seraya memeluk lengan Steve tanpa mau melepaskannya.

''Akhirnya kau menikah juga, Steve. Aku pikir kau akan melajang seumur hidupmu.'' ejek Jean. Karena yang ia tahu, Steve sangat mencintai Clara.

''Dia tidak akan pernah melajang seumur hidup, karena di dalam hatinya hanya ada aku.'' sela Selena tak yang lain adalah istri Steve.

Steve menghela nafas, ia malas menanggapi ucapan sang istri yang terkesan norak. Jujur saja jauh di dalam lubuk hatinya paling dalam, Steve belum bisa melupakan Clara.

Sejak tadi matanya mengedar ke sana kemari mencari sosok yang masih mengganggu pikirannya itu. Entah kenapa Steve ingin melihat wajahnya untuk yang terakhir kali.

''Maaf, aku datang terlambat, Steve.'' Clara berjalan mendekat dimana kedua mempelai berada.

Deg!

Jantung Steve berdetak sangat kencang melihat Clara yang nampak begitu cantik malam ini. Namun, sayang wanita itu tidak bisa dimiliki.

''Terima kasih karena sudah mau datang, Nona,'' Steve berusaha menyembunyikan rasa gugupnya, padahal jantungnya seakan ingin meledak.

''Sama-sama.'' ucap Clara menjabat tangan Steve lalu istrinya.

Setelah itu ia pamit untuk menyapa tamu yang lain, apalagi matanya kini tertuju pada sosok yang begitu Clara kenali.

''Nicholas....''

...---------------------------...

To be Continued....

Terpopuler

Comments

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

ckckck boy kalau udah gak tahan iman ny lambaikan tangan ya😂🤣🤣🤣

2023-01-05

5

jaran goyang

jaran goyang

ooo stev... nth np liat istr mu.... aq rs gk bgs dy💪💪❤🥰🥰

2023-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!