Chapter 15

"Tidak mau, Kak! Sampai kapanpun aku tidak akan menikah dengannya." tolak Clara.

Baru beberapa jam yang lalu ia sampai di mansion Alfred, sudah dikejutkan dengan keputusan kedua orang tua dan kakaknya sendiri.

"Tapi ini semua demi kebaikanmu, sayang." sela Lauren mengusap pundak putrinya agar mau menerima lamaran Boy.

Mereka semua sudah tau apa sebenarnya terjadi diantar keduanya. Tentu saja semua karena tuan Jhon sudah terlebih dahulu menghubungi Darren dan menjelaskan semuanya.

Lalu kenapa mereka diam? Tentu saja mereka ingin marah, tapi apa kemarahan bisa membuat keadaan kembali seperti semula? Lagi pula semua bukan murni kesalahan Boy.

Yang paling penting sekarang adalah, pria itu mau bertanggung jawab.

"Pernikahan kalian akan tetap di langsungkan, setuju atau tidak!" ucap Darren dengan tegas.

Ia tidak mau jika nanti adiknya itu hamil tanpa kehadiran seorang suami.

"Aku tidak mau! Sampai kapanpun aku tidak akan menyetujui pernikahan ini. Apa kakak mau melihatku hidup sengsara bersama dengan pria miskin yang tidak punya apa-apa seperti dirinya?"

Bastian hanya bisa menggeleng melihat kelakuan putrinya. Padahal selama ini ia selalu mendidik Clara dengan benar, tapi sifat manja dan menilai semuanya dari segi materi itu tidak berubah.

"Kenapa kau diam saja, Boy. Katakan sesuatu," Jean menepuk pundak Boy yang sejak tadi hanya diam saja pasrah menerima hinaan dari Clara.

"Saya akan tetap menikahi nona Clara, dengan atau tanpa--"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Boy, membuat nya tertoreh ke samping.

"Apa yang kau pikirkan! Sudah kukatakan bukan, lupakan saja kejadian malam itu. Kita tidak saling mencintai lalu untuk apa terikat di dalam sebuah ikatan pernikahan."

Boy mengepalkan tangannya erat, andai saja Clara bukan seorang wanita ia pasti sudah membalasnya.

"Oh atau jangan-jangan kau sengaja melakukan ini karena ingin mengincar hartaku saja, Iya?"

Sekali lagi, ucapan Clara benar-benar membuat Boy meradang. Ia berusaha menahan emosinya agar tidak salah bertindak.

"Clara Alfred!" Darren tidak menyangka jika adiknya sepicik itu.

"Aku kecewa padamu, Kak!" Clara berlari menuju kamarnya, meninggalkan mereka semua yang saling menatap satu sama lain.

"Maafkan sikap putriku, Boy. Pasti selama ini kau sangat kesulitan menghadapinya."

Bastian mencoba menenangkan calon menantunya tersebut. Sedangkan Boy, masih dengan tatapan datar. entah apa yang sedang pria itu pikirkan.

"Semoga saja setelah kalian menikah, dia bisa menerima mu sebagai suaminya."

"Saya ingin bicara dengannya, Tuan."

"Pergilah. Dan bujuk dia.''

Setelah mengatakan itu, Boy menyusul segera menyusul Clara ke kamarnya. Tanpa peduli apakah wanita itu akan mengijinkannya masuk atau tidak.

''Ternyata menikah itu tidak gampang.'' celetuk Juliet yang sejak tadi melihat semua yang terjadi di depan matanya.

''Kita masih kecil, jadi diam saja. Jangan ikut campur dengan urusan mereka." jawab Jayden dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

''Aku penasaran apa uncle Steve juga hidup bahagia sekarang.'' wajah Juliet berubah murung mengingat nama paman yang begitu berarti untuknya itu.

''Sudahlah, kenapa kau mulai membahasnya lagi. Bukankah kau sudah berjanji padaku, untuk melupakannya.''

Jayden menatap tajam saudara kembar nya yang masih saja mengingat pria yang sudah memiliki istri. Apalagi usianya yang masih kecil, tapi pemikirannya sudah melebihi orang dewasa.

Juliet menyunggingkan senyuman lalu memeluk Jayden.

''Jangan bilang kalau kau sedang merencanakan sesuatu.'' Jayden menatap Juliet curiga. Biasanya jika sedang bermanja seperti ini ada yang sedang gadis itu pikirkan.

''Setelah dewasa nanti, aku akan mengejar cinta uncle!''

''Aku tidak akan membiarkannya!''

''Lihat saja nanti.''

...----------------...

Jangan lupa mampir ya kak,,,

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***