Aji yang sudah menunggu di luar ruangan pun langsung bertanya kepada dokter, tentang kondisi Joko.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Aji.
“Sepertinya, dia belum dapat menerima kematian dua orang koleganya. Dengan kata lain, kematian koleganya menjadi simbol yang mengingatkannya pada kegagalannya sebagai pemimpin.”
“Lalu, bagaimana dengan kondisi fisiknya?” tanya Aji.
“Fisiknya cukup bagus, karena ia mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat. Akan tetapi, ia masih membutuhkan istirahat yang cukup.”
“Pengobatannya juga tak mudah. Mekanisme pertahanan yang ia punya juga cukup kuat. Tubuhnya sangat menunjukkan bahwa ia menolak perawatan.”
“Aku juga tidak melaporkannya kepada atasanmu sesuai dengan permintaanmu.”
“Astaga. Sepertinya aku berhutang banyak padamu, Dok,” ucap Aji.
“Semua atasanmu tak akan bebas membicarakannya, jika mereka mengetahui keadaan agen elite kami saat ini.”
Aji hanya mengangguk dan tersenyum kepada Si Dokter yang telah memeriksa Joko.
“Baiklah kalau begitu, jadi, aku ingin meminta bantuanmu lagi,” ucap Aji.
“Apa itu?” tanya Dokter.
“Aku meminta padamu untuk membiarkannya segera pulang.”
“Tidak! Aku tak akan mengizinkannya. Itu tidak akan pernah terjadi. Meskipun dia terlihat tenang di luar, tapi dia seperti bom waktu yang bisa meledak kapanpun.”
“Dia juga masih harus beristirahat dengan nyaman walau ia mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat.”
Tentu saja Si Dokter terkejut dan tak memperbolehkan permintaan Aji yang menyuruhnya untuk memulangkan Joko.
Aji mengeluarkan sebuah stopmap berwarna coklat dan menunjukkan kepada dokter. Amplop itu berisi surat izin untuk Joko agar ia dapat segera dipulangkan dan kembali bertugas.
“Maafkan aku, Dok. Semua atasan telah memutuskan untuk memulangkannya dengan segera, jadi, tak ada yang bisa kulakukan lagi untuk membantumu. Baiklah, aku permisi dulu”
Dengan berat hati, Aji pun meninggalkan ruangan medis dengan Si Dokter yang masih belum menerima jika harus memulangkan Joko secepat ini.
Beberapa saat kemudian, Joko pun akhirnya dapat kembali ke tempat tinggalnya.
Joko berjalan dengan memegang tas yang berisi pakaian yang telah disiapkan Aji, dan berjalan meninggalkan gedung ARN sendirian.
Joko terus berjalan tanpa menghiraukan semua rekan dan agen lainnya yang sedang melihatnya saat ia berjalan keluar dari gedung itu.
Tempat tinggal Joko berada di dalam sebuah apartemen yang cukup luas yang terletak tepat di sebelah gedung ARN.
Saat Joko telah sampai ke depan pintu apartemen, ia melihat tumpukan koran yang berserakan di loker depan pintu apartemen miliknya.
Ia pun mengambil semua tumpukan koran itu, lalu membawanya masuk ke dalam apartemen.
Joko langsung melempar koran ke lantai apartemen dan melepas jaketnya, lalu melemparnya ke kasur.
Joko membuka tirai jendela agar apartemen miliknya kelihatan terang, karena tak mendapat cahaya dari manapun saat siang hari.
Apartemen Joko pun menjadi lebih terang dan terlihat jelas saat sinar matahari masuk karena tirai jendela yang telah dibukanya.
Mata Joko langsung melihat sekelilingnya. Tempat tinggalnya sangatlah bersih rapi, dan tidak ada perabotan sama sekali, karena Aji yang telah membereskannya semenjak hilangnya Joko.
Saat Joko membuka kulkas, ia pun hanya melihat 1 botol air minum mineral kemasan di dalam kulkasnya.
Joko menutup kembali pintu kulkasnya, lalu beranjak membuka lemari yang berada di dalam kamar tidurnya.
Di dalam lemari pakaiannya, hanya terdapat beberapa setelah kemeja putih, celana hitam dan jas hitam, seperti yang biasa digunakan oleh agen kantor lainnya saat bertugas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
dementor
semangat ya author.. up terus..
2023-02-15
1