“Apakah kau pernah menghubungi atau berhubungan dengan orang lain dari kelompok atau organisasi lain selama kau bertugas?”
Psikiater malah bertanya yang lebih terlihat seperti menuduh dan menginterogasi Joko yang bekerja untuk negaranya sendiri.
“Apa-apaan ini? Apakah ini cara kalian menghormati orang yang berhasil lolos dari kematian?”
Joko akhirnya mau berbicara karena ia merasa sangat tak dihargai setelah apa yang dilakukannya untuk negaranya sendiri.
“Pak Joko. Kau hanya perlu menjawab pertanyaan yang aku berikan kepadamu.”
“Tidak. Seharusnya akulah yang bertanya, bukan kalian. Jadi, jangan bersembunyi di balik kaca hitam itu dan hadapi aku sendiri.”
Mata Joko tertuju pada kaca di ruangan itu dan sepertinya ia mengetahui bahwa ada orang lain yang mengawasinya dari sana.
“Dengarkan aku!”
Joko pun berdiri dan mulai melepas semua alat yang terpasang di badan dan tangannya.
“Pak Joko, tolong jangan bergerak. Kembalilah”
Psikiater pun tak bisa menahan Joko karena Joko telah berhasil melepas semua alat itu dari badan dan tangannya, lalu merusaknya.
“Keluar dari balik kaca!!!!”
*BRAKKKK!!!!
Joko berteriak, lalu memukul meja di depannya hingga hancur patah dan terbelah menjadi 2 bagian.
Psikiater yang melihat Joko mengamuk pun ketakutan dan tak bisa melakukan hal apapun kecuali melangkah menjauhi Joko dan keluar dari ruangan itu meninggalkan Joko sendirian.
Di luar ruangan, Aji dan Rina pun juga terkejut saat melihat Joko yang tiba-tiba mengamuk saat ia ditanya oleh psikiater tentang kematian dua koleganya sendiri.
Psikiater pun segera melaporkan hasilnya kepada Aji selaku direktur umum yang menaungi para Agen.
“Katakanlah. Apa hasil yang kau dapat, ucap Aji.
“Menurut analisisku, dia mengatakan yang sebenarnya, Pak. Dia juga tak berbohong sama sekali dengan ucapannya,” jawab Psikiater.
“Baiklah. Kau boleh pergi.”
Rina yang yang masih melihat John dari balik kaca hitam pun menyuruh psikiater itu untuk pergi dari ruang interogasi.
Setelah Joko dapat menenangkan dirinya, ia pun akhirnya kembali ke ruangannya untuk beristirahat kembali.
***
Flashback 3 tahun lalu di China tepat sebelum menghilangnya Joko dan kematian dua orang koleganya.
Di suatu pagi, terlihat Joko berada di sebuah atap gedung apartemen yang sangat minim penghuni dan melihat suasana indah di kota Beijing dari atas gedung itu.
Saat itu Joko masih terlihat cukup rapi dan sangat tampan dengan model potongan rambut pada saat itu.
Joko memakai kaos hitam dan jaket kulit berwarna coklat yang membuat tubuhnya terlihat semakin gagah.
Ia memakai earphone kecil di telinganya, layaknya para intel atau agen yang sedang bekerja dan memata-matai.
*TINGG!!!!
Ponsel Joko pun berbunyi saat pesan SMS masuk ke ponselnya.
“Mereka bergerak, turun ke lantai utama. Di dalam lift menuju lantai 3.”
Saat menerima pesan teks itu, dengan cepat Joko menuruni anak tangga dan menunggu lift yang akan menuju ke lantai 3.
Joko telah berada di lantai 3 gedung dan berdiri tepat di depan lift yang akan menuju ke lantai utama. Joko juga melepas earphone kecil yang masih dipakainya agar tak dicurigai oleh siapapun.
Ia pun menekan tombol di lift, agar lift itu terbuka dan ia dapat bertemu dengan antek-antek yang akan ia habisi.
*CLING!!!!
Pintu lift itu berbunyi menandakan pintu akan segera terbuka.
Saat pintu terbuka, di dalam lift terlihat 2 orang pria dewasa sedang berdebat dan membicarakan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments