Begitupun Al dan El yang langsung berhenti mengoceh dan mengejek satu sama lain, dan mengikuti Joko dari belakang untuk melihat apa yang terjadi.
Joko terus berjalan kearah pintu dengan menodongkan pistol kecil dengan tangan kirinya.
Saat akan membuka pintu kamar, tiba-tiba,
*WHUSSS!!!!
***
Kembali ke masa kini, kembalinya Joko setelah menghilang selama tiga tahun.
Semua kisah di flashback itu adalah mimpi yang dialami oleh Joko. Sepertinya itu adalah mimpu buruk bagi Joko.
Joko bangun dari tidurnya dengan nafas yang tak karuan dan detak jantung yang cukup kencang.
Saat ia terbangun dari tidurnya, ada dokter lain yang akan mengobati Joko dan memberikannya terapi.
“Tenanglah, Tuan. Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan.”
Joko pun mengikuti arahan dari dokter untuk mengambil nafas sedalam-dalamnya, lalu menghembuskannya lagi.
*PRAKKKK!!!
Saat Si Dokter beranjak pergi mengambil sesuatu, Joko menjatuhkan semua peralatan dokter yang berada di meja, karena berusaha bangun dari tempat tidurnya, lalu mengambil pulpen yang sangat lancip dan menodongkannya ke Si Dokter.
Dengan badan yang masih sempoyongan, Joko terus berjalan mendekati dokter sambil menodongkan pulpen itu padanya.
Tentu saja hal itu membuat Si Dokter sangat ketakutan saat melihat apa yang dilakukan oleh Joko.
“Letakkan itu, Tuan!!!”
“LETAKKAN ITU!!!”
Si Dokter yang ketakutan pun melangkah mundur hingga terpojok di dinding kamar.
Saat Dokter sudah terpojok ke dinding kamar, tiba-tiba Joko mengarahkan pulpen yang lancip itu ke arah lehernya sendiri, seperti akan menusuk lehernya.
*JLEEBBBB!!!!
Dan benar saja. Jika Aji tidak datang dan menggantikan tangannya yang tertusuk, maka Joko benar-benar akan menusuk lehernya sendiri.
Kini tangan Aji lah yang harus menjadi korbannya. Tangan kanan Aji tetap menahan tangan Joko yang terus berusaha menusuk lehernya, hingga mengeluarkan banyak darah dari itu.
“Tenanglah, Joko,” ucap Aji yang masih menahan karena pulpen itu masih menancap di tangannya.
Joko pun akhirnya tak sadarkan diri, karena si Dokter berhasil memberikan bius untuk Joko dari belakang.
Tubuh Joko pun melemah dengan Aji yang menahanyya dan membawanya kembali ke tempat tidur.
Setelah mengurus Joko, Aji meminta bantuan kepada dokter untuk mengobati dan memberikan perban pada tangannya yang tertusuk dengan pulpen karena ulah Joko.
“Astaga. Aku tidak percaya dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan seperti itu setelah dia mengalami mimpi yang sangat buruk sepertinya.” ucap Dokter sembari mengobati tangan Aji yang terluka.
Setelah mengobati tangannya, Aji keluar dari ruangan medis dan menuju ke ruang Rina untuk melaporkan apa yang terjadi.
Sesampainya di ruangan Rina, Aji pun langsung duduk di sofa dan menghadap Rina yang sedang menikmati kopinya.
“Jadi, bagaimana? Apakah ada kemajuan?” tanya Rina.
Aji hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengucap sepatah kata pun.
“Apa ada cara lain yang bisa kita gunakan?”
“Sejujurnya, sudah tak ada lagi yang bisa kita gunakan saat ini, Bu. Kurasa dia hanya memerlukan waktu untuk beristirahat yang cukup, agar fisiknya kembali pulih seperti semula,” ucap Aji.
“Apa kau sudah mendengar rumor yang beredar belakangan ini?” ucap Rina.
“Rumor? Rumor apa itu, Bu?” tanya Aji yang kebingungan.
“Kudengar semua orang membicarakan tentang Joko yang memimpin semua agen elit dan melatihnya sebelum dia menghilang.”
Rina kembali megangkat secangkir kopinya, lalu menyeruputnya sejenak.
“Orang yang pernah dianggap sebagai agen terbaik itu adalah pelaku utama yang menyeret seluruh divisi. Akan tetapi, apakah kau tahu apa yang lebih menarik?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments