Setelah membakar habis semua barang terlarang itu, mereka bertiga kembali ke tempat tinggal sekaligus tempat persembunyiannya yang terletak di pinggiran kota Beijing.
***
Malam harinya, mereka bertiga sedang berada di dalam tempat tinggalnya untuk beristirahat dan menikmati bir yang telah mereka beli sebelumnya.
Al dan El duduk berhadapan dan berbincang bersama sambil menikmati bir, sedangkan Joko masih sibuk dengan semua persenjataan yang ia punya.
“Astaga. Aku yakin mereka sudah gila,” ucap El menghela nafas panjang.
“Ya, tentu saja. Itu sudah tidak diragukan lagi. Jumlah narkotika mereka yang hilang karena kita membakarnya, aku yakin beratnya lebih dari satu Ton. Menurutmu berapa harganya?” sambung Al.
“Dasar, Brengsek. Kenapa? Ada apa? Apa kau menyesal telah membakarnya?” ucap El yang mengira Al telah menyesal membakar semua sabu dan tidak menjualnya.
“Astaga. Ada apa denganmu? Aku hanya bertanya. Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?”
Joko pun masih tetap diam dan sesekali melihat bawahan mereka sedang berdebat kecil dengan masalah yang sepele.
“Dengarkan aku. Bulan depan ini, kita tepat menjadi 3 bulan semenjak kita berangkat ke China pertama kalinya. Apa yang akan kau lakukan saat semua ini berakhir?”
El kembali mengoceh bertanya dan menggoda Al dengan pertanyaan yang cukup menggiurkan untuk seorang agen yang selalu bekerja di lapangan.
“Saat aku kembali ke ARN setelah semua ini, aku akan meminta kepada direktur agar aku bekerja di kantor. Aku sudah tidak tahan lagi bekerja atau bahkan mendekati lapangan lagi.”
Al sepertinya menjawab dengan serius, karena ia memang sudah muak dengan semua yang terjadi di lapangan dan ia juga ingin menjauhi semua yang berhubungan dengan senjata dan kontak fisik.
“Astaga. Berhentilah membual. Wajahmu bahkan menunjukkan bahwa kau lebih cocok untuk bekerja di lapangan. Hahahaha.”
*TUKK!!!!
“Sial! Apa kau mau mati?”
Al melempar bungkus rokok dan mengenai jidat El yang terus menggodanya sedari tadi.
“Bagaimana denganmu, Senior?” tanya El pada Joko yang juga masih sibuk memeriksa pistol miliknya.
“Apa kau tak tahu? Senior kita bahkan lebih suka berada di lapangan daripada di rumahnya sendiri. Aku yakin dia akan meminta kembali dikirim ke lapangan, saat kita kembali ke ARN nantinya. Bukan begitu, Senior?”
Joko pun hanya melontarkan senyuman kecil pada Al yang mencoba mengajaknya mengobrol.
“Lantas? Bagaimana denganmu, El?”
“Hmmm. Aku ingin meminta kepada direktur untuk cuti selama sebulan dan berlibur ke Bali bersama kekasihku. Disana aku bisa beristirahat dengan tenang sembari menikmati indahnya pantai.”
“Apa kau tahu Bali? Asataga. Jangan bilang kau belum pernah sama sekali mendengar keindahan tempat itu.”
El pun semakin menggoda Al dengan mengoloknya.
“Dasar, Brengsek. Tentu saja aku tahu,” ucap Al yang kesal.
“Disana ada sebuah pantai yang bernama kuta. Kau akan melihat matahari terbenam yang sangat indah jika melihatnya dari pantai itu.”
“Kau juga dapat memesan sebuah villa yang cukup bagus dengan harga yang terjangkau di dekat pantai itu untuk beberapa minggu.”
El pun mulai membayangkan apa yang telah dinantikannya selama ini setelah ia kembali dari tugasnya.
Mereka berduapun terus mengobrol dan bergurau satu sama lain sembari menikmati bir dan kacang.
*BRAKKKK!!!
Dari luar tempat tinggal mereka tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang cukup kencang.
Joko pun langsung mengambil pistol kecilnya dan menyuruh 2 orang koleganya untuk bersiaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments